Gagal menikah dengan calon tunangannya tidak membuatnya putus asa dan tetap kuat menghadapi kenyataan.
Kegagalan pertunangannya disebabkan karena calon suaminya ternyata hanya memanfaatkan kebaikannya dan menganggap Erina sebagai wanita perawan tua yang tidak mungkin bisa hamil.
Tetapi suatu kejadian tak terduga membuatnya harus menikahi pemuda yang berusia 19 tahun.
Akankah Erina mampu hidup bahagia dengan pria yang lebih muda darinya??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fania Mikaila AzZahrah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 32
Pukul 5 pagi, Suara Alarm membangunkan Erina.
Erina menggerakkan tangan dan mematikan Alarm. Kemudian menatap pria yang baru saja menjadi suaminya.
Ini adalah malam pertama untuk Erina dan Shaka menjadi suami Istri.
Dengan tersenyum simpul dan sentuhan lembut di pipi, Erina menatap wajah suaminya dan membangunkannya.
"Mas Shaka, Bangun Mas! Sudah pagi."
Ucap Erina membangunkan suaminya.
Shaka mengerjakan kelopak mata yang berbulu lebatnya. Yang mana lebih mirip seorang wanita.
"Jam berapa sekarang?" tanya Shaka dengan suara serak Khas bangun tidur.
"Sudah jam 5, Mas. Kita Shalat Berjamaah, Yah Mas?" Jawab Erina melirik Alarm. Kemudian menyibak selimut sambil berdiri.
"Peluk dulu bentar ya, Istri ku?" Shaka menarik Erina kedalam pelukannya.
"Sayang, Udah mau lewat waktu subuh loh." Ucap Erina mencoba bangun.
Arshaka menarik tangannya Erina hingga Erina terjatuh ke atas tubuh seksi suaminya yang tidak memakai pakaian apapun yang memperlihatkan dada bidangnya yang berotot keras.
“Ahh!” Teriak Erina bersamaan ketika tubuhnya melayang dan terjatuh tepat ke atas dada sixpacknya Arshaka.
“Jangan teriak-teriak sayangku, suamimu ini hanya ingin memeluk bentar saja,” Arshaka memeluk Erina dengan erat.
“Mas Shaka kita harus utamakan kewajiban dulu, takutnya waktu shalatnya keburu habis. Kalau mau itu habis sholat kita lanjut lagi yah,” tawarnya Erina.
Erina gegas bangkit dari atas tubuh suaminya, karena ia malu-malu berbicara seperti itu yang ujung-ujungnya mengenai hubungan ranjang mereka.
Apalagi ketika ia merasakan sesuatu dibawah sana, ada yang keras tapi bukan batu ada yang tegak, tapi bukan keadilan.
Arshaka tersenyum lebar,” istriku memang perempuan sholehah jadi semakin cinta kalau gini.”
Erina malah menarik tubuhnya Arshaka yang hanya memakai celana boxer saja agar segera bangkit dan tidak bermalas-malasan.
“Aku memang istri sholehanya Mas Akmal Amelio Arshaka, tapi bukan saatnya gombal kita harus cepat-cepat ambil air wudhu,”
Erina menarik tangannya Arshaka dan menyerahkan pakaian kepada suaminya untuk segera dipakainya. Kedua pasutri itu, kemudian berjalan ke arah belakang rumah dan menuruni tangga.
Arshaka curi-curi pandang memperhatikan cara jalan istrinya yang masih sedikit mengangkang.
“Istriku, masih sakit nggak?” Tanyanya yang sedikit sedih dan kecewa pada dirinya sendiri karena semalam sudah menggempur tubuh istrinya berulang kali.
Erina tersenyum tipis,” Alhamdulillah sudah enggak apa-apa kok.”
Erina berjalan lebih duluan menuruni tangga dengan perlahan dan hati-hati. Dia tidak menampik kalau bagian daerah sensitifnya masih terasa sedikit ngilu dan perih tapi, dia malu untuk berkata jujur kepada suaminya.
“Ah jangan boong, mana ada orang yang gak kesakitan tapi jalannya ngangkang gitu,” ucapnya Arshaka tanpa berkata apa-apa langsung mengangkat tubuh istrinya lalu menggendongnya ala bridal style.
Erina melingkarkan tangannya ke leher jenjang suaminya,” Mas, aku berat loh.”
“Apa kamu lupa waktu kamu tengelam di sungai, aku juga gendong kamu kayak gini. Aku gak ngeluh tuh,” ujarnya Arshaka yang sebenarnya sedikit berbohong.
“Masa sih nggak ngeluh, bukannya dulu ada orang yang ngomel-ngomel katanya aku berat karena beban hidupku dan dosaku banyak,” Erina terkekeh jika harus mengingat kejadian ketika pertama kali bertemu dengan suaminya.
Arshaka sontak tersenyum lebar,” kalau gak ada kejadian malam itu mungkin kita nggak berjodoh ibu Polwan cantik tapi galak.”
Erina memukuli pelan dadanya Arshaka,” katanya cantik tapi kok ngikut galaknya? Gak ikhlas banget mujinya!” sungutnya Erina.
Arshaka menurunkan istrinya dengan sangat hati-hati, dia tidak ingin istrinya kenapa-kenapa. Keduanya langsung mengambil air wudhu setelah membersihkan tubuh mereka.
Arshaka memimpin shalat subuh berjamaah mereka yang sedikit terlambat. Keduanya khusyuk menjalankan kewajibannya.
“Wahai Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami penyejuk mata dari pasangan dan keturunan kami serta jadikanlah kami sebagai pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa,” Arshaka mengucapkan doa-doa terbaik untuk kebaikan rumah tangganya.
Erina menengadahkan kepalanya ke atas bersama dengan kedua tangannya,” Ya Allah Yang Maha Hidup, Yang Maha berdiri sendiri, Yang mempunyai Keagungan dan Kemuliaan, aku memohon padamu agar engkau menunjukkan dan menjadikan suamiku seorang laki-laki yang shalih, ahli takwa, ahli ibadah di malam hari dan ahli puasa di siang hari, jadikanlah ia orang yang patuh padamu, ahli berbuat baik pada kedua orang tuaku dan kedua orang tuanya, penjagaku dan anak-anaknya, takut padamu dalam setiap perkara, senantiasa menjaga waktu-waktu shalat pada waktunya telah tiba.”
Arshaka mengecup keningnya Erina dan tak lupa selalu membaca doa dan meniupkan keubun-ubun istrinya dengan penuh kasih sayang.
Tak terasa cairan bening jatuh membasahi pipinya ketika suaminya mengecup ubun-ubunnya.
Arshaka menyeka air mata yang menetes membasahi pipi putih mulus istrinya seputih pualam.
“Aku percaya bahwa kamu tidak akan memilih pergi meninggalkanku. Tapi aku takut jika kepergianmu bersifat harus. Aku takut jika suatu saat nanti kamu diambil oleh-Nya,” Shaka mengecup kedua pasang kelopak mata indahnya Erina.
Erina menggesek-gesek pelan ujung hidungnya dengan hidung bangirnya Arshaka.
“Setelah bertahun-tahun lamanya aku bertanya-tanya siapa jodohku, akhirnya kini kamu hadir lengkap jiwa dan raga. Kenapa baru sekarang, Mas? Buat apa jika aku pergi jauh-jauh waktu itu jika pada akhirnya jawabannya adalah kamu?”
Kedua pasangan suami istri saling mengungkapkan perasaannya masing-masing.
“Jangan pernah berhenti mencintaiku, seperti matahari yang selalu mencintai bumi.” Arshaka mengecup punggung tangan istrinya.
Erina mencium bibir suaminya sekilas, “Kau ajarkan aku kesetiaan, sehingga aku setia. Kau ajarkan aku arti cinta, sehingga aku mampu mencintaimu seperti ini.”
Erina dan Arshaka merapikan alat sholat yang barusan dipakainya. Keduanya kembali memadu kasih di pagi hari itu. Saling membahagiakan satu sama lainnya hingga penginapan yang terbuat dari kayu itu kembali bergoyang seolah terjadi gempa tektonik dengan skala richter 8,9 magnitudo.
Pak Raffi dan Bu Ulfa pagi ini, menggantikan Arsyila mengantar makanan ke tempat kedua pasutri itu berada.
“Mas, semoga saja menantuku menyukai makanan yang ibu masak,” Bu Ulfa menenteng sebuah rantang susun yang berisi makanan.
Pak Raffi memarkirkan motornya tepat di depan pagar,” insha Allah, anak mantu kita itu anak sultan tapi enggak milih-milih makanan. Apa kamu lupa kalau Erina selalu memuji masakanmu, istriku.”
“Alhamdulillah, semoga saja kali ini juga menantu kita itu senang menikmati masakan kampung yang aku buat,”
Keduanya berjalan beriringan bergandengan tangan layaknya pasangan suami yang masih muda.
Langkah kaki keduanya terhenti ketika merasakan papan yang mereka injak bergetar dan bergoyang. Telinga mereka mendengar suara-suara aneh dan ghaib dari arah dalam rumah.
Bu Ulfa dan Pak Raffi saling melempar pandangan,” Mas, kayaknya kita berkunjung bukan waktu yang tepat.”
Pak Raffi tersenyum canggung ketika mendengar suara ribut-ribut yang didominasi suara putranya.
“Sayang, ahhh! Kamu cantik banget,” racaunya Arshaka.
“Mas Shaka, auh pelan-pelan,” racau Erina.
“Istriku, taruh saja rantangnya di depan pintu. Mereka selesai pasti melihat makanan yang kita bawa untuk mereka,” ujarnya Pak Raffi kemudian gegas berjalan ke arah bawah.
“Semoga saja calon cucu kita segera launching ke dunia ini,” cicitnya Bu Ulfa yang geleng-geleng kepala mendengar suara anaknya.
Janganlah berbuat kejam pada Elma pak dokter karna naluri seorang ibu itu biar apapun yg terjadi akan selalu melindungi anaknya dari marabahaya..
Kamu ga tau hal apa aja yg menimpa Elma semasa mengandungkan putramu.. Ùh sesak dadaku author.. 😭😭😭😭😭
Sabarlah pak dokter..