Diamnya Seorang Istri

"Hallo, sayang!" panggil Rian.

"Istrimu benar- keterlaluan! Sudah mulai berani membantah!" ucap Iris.

"Aku tidak membantah, Bu. Aku melakukan apa yang menurutku benar. Aku hanya ingin menolong Mas fajar. Aku kasihan dengannya. Dia yang baru saja menolongku dari preman." jawab Aya, membuat Rian yang masih terhubung dengan ibunya mendengar semua ucapan istrinya.

"Apa? Preman? Kamu di serang preman di mana, Sayang? Kamu baik-baik saja, kan? Kamu tidak apa-apa kan? Preman itu tidak melukai mu, kan?" tanya Rian cemas.

"Aku tidak apa-apa, Mas. beruntung, ada Mas fajar yang menolongku. Jadi, aku mau membalas budi, aku mau menolong Mas fajar!" ucap Aya tegas.

"Aku pulang!" titah Rian, membuat Iris marah.

"Untuk apa kamu pulang, kamu di sana saja. Biarkan ibu yang mengurus istrimu di rumah!" cegah Iris.

"Tapi, Bu. Aku harus mengecek keadaan istriku."

'Apa ibu sudah tahu tentang pengkhianatan Mas Rian? Jika sudah tahu, kenapa kalian sengaja merahasiakan ini padaku? Apa salahku?' batin Aya.

"Ibu tahu, di mana Mas Rian?" tanya Aya membuat Iris terdiam.

"Dan kamu, Mas! Kamu meeting di luar kota dan kamu akan pulang? Memangnya, kamu mau sampai rumah jam berapa?" sambung Aya lagi.

Melihat situasi yang semakin panas. Akhirnya, fajar pamit untuk pulang. Dia tidak tega jika melihat Aya yang selalu di salahkan oleh ibu mertuanya.

"Aku pulang, hujan sudah mulai reda. Dan terimakasih atas jamuannya." ucap fajar.

"Kamu mau pulang pakai apa, Mas? Mau cari taksi di mana? Sedangkan hujan masih sedikit deras?"

"Aku--" ucapan fajar terhenti, dia berpikir sejenak, "Tidak perlu mencemaskan aku. Aku seorang pria," ucap fajar.

Aya mengambil kunci mobilnya dan memberikannya pada fajar, "Pakai saja mobilku, Mas. Tenang, ini mobilku sendiri, bukan mobil Mas Rian atau yang lain. Kamu pakai, ya!" pinta Aya.

fajar menatap ibu mertua temannya yang sedang menatapnya. Dia menggelengkan kepalanya. "Tidak perlu, aku bisa cari atau--"

"Mas, aku mohon, pakai mobilku. Aku selamat juga karenamu." ucap Aya lagi membuat mau tak mau, Fajar mengambil kunci mobil temannya.

"Terimakasih, Ay. Besok, aku akan mengembalikan mobilmu. Kalau begitu, Aku pamit!" titah fajar.

"Biar aku antar Mas sampai teras rumah!" titah Aya yang di setujui oleh fajar.

Iris yang melihat percakapan dan tutur bahasa tubuh menantunya dengan pria asing pun tersenyum tipis. Dia menunggu menantunya di depan pintu utama.

Setelah mengantar temannya ke depan teras rumah. Aya masuk ke dalam rumah. Di saat dia masuk ke dalam rumah. langkahnya terhenti karena ibu mertuanya yang sedang berdiri menghadangnya.

"Sudah berani selingkuh terang-terangan?" tanya Iris.

"Siapa yang selingkuh, Bu? Aku sudah berulang kali bicara, kalau aku dan Mas fajar tidak selingkuh. Aku hanya menolong Mas fajar, apa aku salah menolong orang yang sudah menolongku?" jawab Aya jujur.

"Menolong? Aku tahu, itu alasan kalian saja! Aku tahu, kalian ingin bermesraan karena Rian tidak ada di rumah, kan?" ucap Iris lagi.

"Bu, maaf. Aku bukan wanita seperti itu. Aku masih memikirkan perasaan Mas Rian!" ucap Aya berjalan masuk ke dalam kamarnya.

Setelah masuk ke dalam kamarnya, Aya segera mengunci pintu kamarnya dengan rapat.

"Kalian! Aku yakin, ibu sudah mengetahui pengkhianatan Mas Rian di belakangku, buktinya ibu tidak menanyakan keberadaan Mas Rian. Dia malah menuduhku. Apa salahku! Apa!" gumam Aya di selingi isak tangisnya.

Sedangkan di satu sisi. Rian memasukkan ponselnya ke dalam saku. Dia memutar tubuhnya dan melihat istri siri nya yang terbangun sedang menatapnya.

"Ada apa, Mas? Kenapa mukamu gelisah?" tanya Vina.

"Aku harus pulang, Vin! Ibu ada di rumah Aya!" ucap Rian.

Vina menurunkan kakinya ke lantai. Dia berjalan menghampiri suaminya, "Jangan, Mas! Jika ibu di rumah Aya, kamu bisa minta ibu datang dan menginap di sini. Kamu jangan pulang, sudah berapa hari kamu bersama Aya. Ini waktu kita berdua, ingat! Anakmu yang meminta kamu di sini. Anakmu merindukanmu, Mas!" pinta Vina memohon.

"Tapi kasihan Aya, Vin. Aku meninggalkannya dalam keadaan tidak baik-baik saja. Aku harus pulang. Besok aku ke sini lagi. Aku pulang, ya!" ucap Rian mengusap perut istrinya yang mulai buncit.

"Mas, kamu tidak kasihan dengan anakmu. Anakmu sendiri yang meminta loh!" rayu Vina.

"Maaf, sayang. Aku harus pulang, Aku harus memenangkan hati Aya, dia juga istriku. Aku harus bersikap adil. Aya sedang membutuhkan aku!" ucap Rian berjalan keluar kamar meninggalkan Vina yang sedang menahan kesal.

'Aya, Aya, Aya, terus! Apa dia tidak memikirkan perasaanku. Padahal, aku yang sedang mengandung anaknya! Jika terus seperti ini, aku tidak yakin, setelah aku melahirkan, aku akan tetap menjadi istri Mas Rian. Bisa-bisa aku di buang!' batin Vina meremas pakaian tidurnya dan berjalan menuju jendela kamarnya.

Rian berjalan dan masuk ke dalam mobilnya. Dia benar-benar mencemaskan istri yang sangat di cintai.

"Aku tidak mau Fajar merebut Aya dariku. Aku mencintai Aya, aku sengaja melakukan semua ini karena Ibu. Aku sengaja mengatakan cinta pada Vina, agar Vina percaya padaku dan mau menjadi istri siri ku agar ibu mendapat cucu!" gumam Rian dengan tangan fokus menyetir.

Tak membuat waktu lama. Akhirnya Rian sampai di depan rumahnya. Dia berlari masuk ke dalam rumahnya, membuat Iris terkejut.

"Rian, kenapa kamu pulang? Ini masih malam?" tanya Iris dengan nada lirih.

"Aku sangat mencemaskan Aya. Jadi, aku pulang saja!" ucap Rian berjalan dan masuk ke dalam kamarnya.

Setelah masuk ke dalam kamar. Aya dapat melihat istrinya sedang tertidur. Rian tersenyum, dia berjongkok dan mendarat ciuuman singkat di kening serta bibiir istrinya membuat Aya menggeliat karena merasakan geli.

"Hoam!" Mata Aya terbuka lebar saat melihat suaminya ada di hadapannya.

Karena merasa kecewa, Aya tidak membalas senyuman suaminya. Dia merubah posisi menjadi memunggungi suaminya, membuat Rian mengerutkan keningnya.

"Kamu tidak senang, aku pulang lebih awal, sayang?" tanya Rian berjalan dan merangkak naik ke atas tempat tidur.

Aya berpura-pura memejamkan mata. Dia tidak ingin berbicara dengan suaminya. Apalagi saat suaminya memanggil dirinya dengan sebutan sayang, perasaannya seketika hancur.

Sedangkan Rian. Dia berusaha menggoda istrinya agar tidak marah.

"Sayang, ada apa, Hem? Apa yang terjadi? Kenapa kamu jadi seperti ini? Apa salahku?" tanya Rian.

"Mas, aku ngantuk! Aku mau tidur. Kamu bisa, kan! Jangan mengganggu tidurku. Ini sudah malam!" ucap Aya dingin.

"Mobilmu di mana, sayang? Aku tidak melihat mobilmu di garasi?" tanya Rian mengalihkan pembicaraan.

"Di bawa Mas fajar!" jawab Aya.