"Aku hamil lagi," ucap Gladys gemetar, ia menunduk tak berani menatap mata sang pria yang menghunus tajam padanya.
"Gugurkan," perintah Gustav dingin tanpa bantahan.
Gladys menggadaikan harga diri dan tubuhnya demi mimpinya menempuh pendidikan tinggi.
Bertahun-tahun menjadi penghangat ranjang Gustav hingga hamil dua kali dan keduanya terpaksa dia gugurkan atas perintah pria itu, Gladys mulai lelah menjalani hubungan toxic mereka.
Suatu ketika, ia bertemu dengan George, pelukis asal Inggris yang ramah dan lembut, untuk pertama kalinya Gladys merasa diperlakukan dengan baik dan dihormati.
George meyakinkan Gladys untuk meninggalkan Gustav tapi apakah meninggalkan pria itu adalah keputusan terbaik?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nara Diani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian 34
"Guci cantik yang Anda pakai untuk menampung ego dan nafsu Anda itu sudah lama retak dan sebentar lagi akan pecah."
Berkali-kali Gustav menggelengkan kepala mengusir kata-kata Nick yang terus terngiang-ngiang di otaknya.
"Tidak, Gladys tidak akan pernah meninggalkanku!" tekan Gustav meyakinkan diri sendiri, entah mengapa dadanya tiba-tiba berdenyut hebat seakan jantung Gustav hendak melompat keluar.
Sekelebat bayangan dari masa lalu kembali berputar menghantui Gustav, ia mengerang karena kepalanya berdenyut seperti mau pecah.
Pria itu mengacak rambut frustrasi, bersama langkah sempoyongan dan sadar Gustav mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh menuju apartemen Gladys.
Karena pengaruh alkohol, mobilnya beberapa kali hampir menabrak pengendara lain hingga para pengemudi jalan raya menyumpah padanya tapi Gustav tidak peduli, pikirannya sangat kacau yang ia inginkan saat ini hanya melihat Gladys.
Setibanya di gedung apartemen, Gustav langsung menuju ke unit Gladys, ia buka pintu kasar-kasar tidak sabaran menuju kamar dan pria itu pun bernapas lega begitu menemukan Gladys sedang tertidur di atas ranjang mereka.
Ada rasa lega seperti terpaan angin segar begitu melihat wajah gadisnya tertidur pulas di sana.
Gustav mendekat menyingkirkan rambut yang menutupi wajah Gladys.
"Dia di sini, dia tidak pergi," gumam pria itu mengusap-usap wajah Gladys namun sesaat kemudian Gustav mengerut begitu merasakan kalau tubuh Gladys panas.
"Dia sakit?" Tangannya turun ke leher dan dada memastikan suhu tubuh Gladys dan benar saja panas semua.
"Ck, dasar lemah!" decak Gustav menarik tangannya dari Gladys.
Ia berjalan menuju laci meja rias Gladys mengambil cooling pad dewasa, perempuan ini sering sekali demam, saking seringnya hingga selalu ada stok cooling pad di apartemen.
Ia kembali lagi buka satu per satu baju Gladys hingga tersisa pakaian dalam saja agar panas badannya cepat keluar, normalkan suhu AC agar tidak terlalu dingin juga menempel cooling pad tadi pada kening Gladys.
"Dasar menyusahkan!"
Gustav turut membuka kemeja serta celana panjangnya lalu ia ganti dengan celana pendek setelah itu naik ke ranjang bergabung dengan Gladys.
"Bagaimana bisa kau pergi dariku, huh? Merawat diri saja kau tidak becus," decak nya mendorong pelan kepala Gladys hingga merosot agak menjauh darinya.
Namun, ia tarik lagi kepala itu mendekat. Ia usap-usap dan peluk di dada.
"Mana ada yang mau menampung perempuan lemah dan sering sakit seperti kau ini?" kekeh Gustav menciumi pipi lembut Gladys.
Perempuan itu bahkan tidak terusik sama sekali, ia sangat pulas, entah karena kelelahan atau efek demam.
"Kau beruntung karena aku mau memungut mu," ucapnya mencium pipi Gladys lagi sebelum akhirnya ikut terlelap.
Bermenit-menit usai Gustav terlelap mata Gladys terbuka lebar. Ia mengusap keningnya yang tertempel cooling pad, sebenarnya Gladys sudah sadar ketika Gustav masuk.
Ia enggan membuka mata karena masih kesal dan marah pada pria itu, Gladys pura-pura tidur saja, untungnya Gustav tidak curiga.
Ia sempat was-was ketika Gustav membuka bajunya, si sinting ini bisa saja melakukan hal-hal aneh padanya tanpa kenal waktu.
Gladys bernapas lega ketika merasakan cooling pad tertempel di dahinya, untunglah Gustav masih punya akal sehat untuk tidak menyetubuhi orang sakit atau demam ia bisa saja menjadi lebih parah karena dipaksa bekerja keras semalaman oleh pria ini.
Gladys bangun pelan-pelan dari pelukan pria itu meraih ponselnya yang tergeletak di meja nakas.
"Aktingmu bagus juga, Kucing."
Gladys membeku.