"Pergi dari sini...aku tidak ingin melihat wajahmu di rumah ini!!! aku tidak sudi hidup bersama penipu sepertimu." Bentakan yang menggema hingga ke langit-langit kamar mampu membuat hati serta tubuh Thalia bergetar. sekuat tenaga gadis itu menahan air mata yang sudah tergenang di pelupuk mata.
Jika suami pada umumnya akan bahagia saat mendapati istrinya masih suci, berbeda dengan Rasya Putra Sanjaya, pria itu justru merasa tertipu. Ya, pernikahan mereka terjadi akibat kepergok tidur bersama dikamar hotel dan saat itu situasi dan kondisi seakan menggiring siapapun akan berpikir jika telah terjadi sesuatu pada Thalia hingga mau tak mau Rasya harus bersedia menikahi mantan kekasih dari abangnya tersebut, namun setelah beberapa bulan menikah dan mereka melakukan hubungan suami-istri saat itu Rasya mengetahui bahwa ternyata sang istri masih suci. Rasya yang paling benci dengan kebohongan tentu saja tidak terima, dan mengusir istrinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan Tak disengaja.
Sinar matahari yang masuk dari cela ventilasi kamar membangunkan Thalia dari tidurnya. Sudut bibirnya terangkat kala menyaksikan tangan besar milik Rasya melingkar di perutnya. perlahan Thalia menyingkirkan tangan Rasya, namun sayangnya pria itu justru mengeratkan pelukannya. "Mau kemana, hm???." Tanya Rasya dengan suara berat khas orang bangun tidur.
"Mau ke kamar mandi, udah kebelet pipis nih, mas..." mau tak mau Rasya melepas pelukannya, membiarkan Thalia beranjak dari tempat tidur.
Beberapa menit kemudian Thalia kembali dari kamar mandi.
"Sayang...hari ini ibu, mas Abimana dan juga keluarga kecilnya akan tiba di Surabaya." beritahu Rasya yang kini sudah merubah posisinya dari tidur menjadi duduk bersandar pada sandaran tempat tidur.
"Hari ini????." cicit Thalia. "kenapa kamu tidak bilang dari semalam sih mas, biar aku bisa memasak untuk menyambut kedatangan mereka." balas Thalia seraya melangkahkan kaki ke arah Rasya.
"Maaf...soalnya mas juga baru ingat, tapi mereka baru akan sampai di kota ini sore nanti. So, kamu masih punya waktu untuk memasak jika tidak merasa direpotkan, sayang." jawab Rasya seraya turun dari tempat tidur hendak ke kamar mandi. Waktu kini telah menunjukkan pukul setengah tujuh pagi, ia harus segera bersiap berangkat kerja.
"Mas...."
Rasya menoleh."Ada apa..... mau mandi bareng???." tanya Rasya dengan senyuman menggoda.
Wajah Thalia sontak merona mendengarnya. "Apaan sih, mas."
Rasya jadi gemas sendiri melihat wajah merona istrinya. Kalau saja pagi ini ia tidak ada urusan penting, mungkin Rasya akan terus menggoda Thalia dengan kalimat-kalimat mes-umnya.
"Aku ingin meminta izin, boleh tidak pagi ini aku belanja ke supermarket." pamit Thalia yang rencananya akan memasak masakan istimewa guna menyambut kedatangan anggota keluarga suaminya tersebut.
"Kenapa tidak minta tolong sama bi Atun atau bi Inah saja yang belanja??? soalnya pagi ini mas nggak sempat nganterin kamu, sayang." ujar Rasya, mengingat selama ini setiap kali Thalia keluar rumah Rasya lah yang akan menemani.
"Tidak bisa mas, soalnya aku juga ingin membeli beberapa keperluan baby Faras. biar aku di antar sama mang Ujang saja."
Rasya tak langsung mengiyakan permintaan Thalia, pria itu justru berjalan ke arah nakas di samping tempat tidur untuk mengambil ponselnya.
"Halo. Selamat pagi, pak." terdengar suara seseorang dari seberang sana setelah panggilan Rasya tersambung.
"Pagi... hari ini kamu tidak perlu ke kantor. tolong temani istri saya ke supermarket!!!."
"Baik, pak." jawab seseorang yang tak lain adalah Riri, sebelum Rasya menyudahi panggilannya.
"Terima kasih ya, mas." ucap Thalia dengan wajah berbinar. karena sibuk dengan urusan masing-masing tidak terasa sudah hampir sebulan Thalia tidak bertemu dengan sahabat baiknya itu, maka tak heran jika Thalia begitu bahagia ketika Rasya mengizinkan Riri libur kerja sehari untuk menemani dirinya.
"Cuma ucapan terima kasih doang nih???." sindir Rasya dengan tatapan menggoda.
"Sudah siang mas, nanti kamu telat berangkat ke kantor." dengan wajah malu-malu, Thalia mendorong tubuh Rasya ke arah kamar mandi.
Rasya tersenyum melihat wajah malu-malu istrinya.
"Thalia.... Thalia.... kamu bahkan sudah melahirkan anak kita, tapi kenapa masih saja malu-malu saat aku menggoda mu, sayang." gumam Rasya seraya menanggalkan satu-persatu pakaian yang dikenakannya.
Setelah selesai mandi, bersiap dengan pakaian kerjanya, serta sarapan bersama, Rasya pun segera berangkat ke kantor. Dan tak lama kemudian Riri pun tiba di kediaman Rasya dan Thalia.
Mengingat Thalia sudah siap sejak beberapa saat yang lalu, maka setelah Riri tiba mereka pun segera bertolak menuju super market dengan diantarkan oleh mang Ujang.
"Kenapa baby Faras tidak di ajak sekalian sih Tha????." Tanya Riri saat mobil mang Ujang sudah bergerak meninggalkan gerbang rumah.
"Mana bisa begitu Ri, baby Faras masih terlalu kecil untuk di ajak main keluar." jawab Thalia. "Lagian kalau sampai baby Faras kecapean gara-gara di ajak keluar, bisa ngamuk entar bapaknya." sambung Thalia. Ia tahu betul sebesar apa kasih sayang Rasya terhadap putranya, maka tak heran jika Thalia sampai berpikir demikian.
"Iya juga sih.....mana suami kamu kalau ngamuk nyeremin banget lagi." Riri jadi teringat akan kejadian di kantor seminggu yang lalu, di mana Rasya terlihat begitu menyeramkan ketika memarahi Sarah, tatkala wanita itu kepergok menggunjing Thalia dan putranya. yang lebih parahnya lagi, Sarah kepergok menyebut putranya Thalia anak haram, bagaimana Rasya tidak meradang coba.
Tiga puluh menit kemudian mobil pak Ujang pun memasuki area parkiran supermarket.
"Mang Ujang tunggu di mobil saja!!." pinta Thalia sebelum turun dari mobil.
"Baik, Bu."
Mempersingkat waktu, mereka pun segera masuk ke dalam supermarket. Thalia mengambil Troli belanjaan lalu berjalan ke arah rak yang menyediakan bahan makanan seperti daging sapi, daging ayam dan juga yang lainnya.
"Kamu mau masak buat satu kecamatan apa gimana, banyak amat belanjaannya???." komentar Riri ketika melihat Thalia memasukan begitu banyak bahan makanan ke dalam Troli.
Thalia hanya tersenyum lalu berkata. "Hari ini anggota keluarga mas Rasya akan tiba dari ibu kota, makanya aku belanjanya lumayan banyak buat masak makan malam spesial menyambut kedatangan mereka." jujur Thalia.
"Anggota keluarga pak Rasya????." cicit Riri. "Termasuk pak Abimana, mantan kekasih kamu itu????." sambung Riri.
"Abang ipar... sekarang status mas Abi sudah menjadi Abang ipar ku, Riri." koreksi Thalia.
"Iya.... iya ...."
"Tha....apa kalian tidak merasa canggung jika bertemu??? secara kan kalian pernah menjalin hubungan asmara."Tanya Riri penasaran seraya mengikuti langkah Thalia.
"Tentu saja tidak. Lagian untuk apa harus canggung sedangkan beliau pun sudah memiliki keluarga, sama sepertiku." Jawab Thalia.
Riri kembali mengangguk, pertanda paham.
"Jika di lihat dari wajah pak Rasya, aku yakin abangnya pak Rasya pasti sama tampannya." komentar Riri dan Thalia hanya tersenyum mendengarnya. "Andaikan saja beliau masih bujangan, aku pasti jadi orang pertama yang akan mendaftarkan diri buat jadi kekasihnya." lanjut Riri berkelakar.
"Kamu bisa saja." keduanya pun tergelak bersama.
"Nak Thalia... Nak...Riri." seruan dari seorang wanita paru baya mengalihkan perhatian Thalia dan Riri ke sumber suara.
"Nyonya..." Riri yang menjawab sapaan wanita itu, sedangkan Thalia yang tidak mengenal sosok wanita dihadapannya itu hanya mengulas senyum ramahnya.
Melihat kebingungan di wajah Thalia, Riri lantas memperkenalkan wanita itu pada Thalia. "Oh iya Tha, kenalkan ini istrinya dokter Arfan, beliaulah yang telah mendonorkan darahnya untukmu waktu itu." beritahu Riri.
"Terima kasih banyak atas pertolongan anda Nyonya... entah apa yang akan terjadi pada saya jika saat itu anda tidak mendonorkan darah untuk saya."
Thalia mendengar cerita itu dari Rasya seminggu setelah ia siuman. namun begitu, ia belum pernah bertemu langsung dengan istri dari dokter Arfan tersebut setelah ia sadar, maka tak heran jika Thalia tidak mengenal rupa wanita itu.
Istri dokter Arfan melebarkan senyum pada Thalia, entah mengapa moodnya berubah seketika setelah bertemu dengan Thalia. "Panggil Tante saja, biar lebih enak!!!." pinta wanita bernama Lena tersebut.
"Tante senang sekali bisa bertemu kamu dengan kondisi sehat seperti ini, Thalia." senyum wanita itu seakan enggan surut dari bibirnya.
gak sabar nunggu Rangga tau kalo bosnya itu suaminya Riri