NovelToon NovelToon
[Transmigrasi]Wanita Licik Ke Tubuh Menantu Tak Diinginkan

[Transmigrasi]Wanita Licik Ke Tubuh Menantu Tak Diinginkan

Status: tamat
Genre:Action / Tamat / Mafia / Time Travel / Konflik etika / Dendam Kesumat
Popularitas:1.1M
Nilai: 4.8
Nama Author: medusa

(Cerita dewasa🌶️)

Kisah ini, berawal dari kejadian di mana Silvia di kepun dan buru oleh keluarga besar seorang ketua Mafia, lalu mengalami kecelakaan yang merenggut nyawanya....

Kemudian ia diberih kesempatan kedua untuk hidup kembali, merasuki tubuh seorang menantu yang tak diinginkan....

Mau tau kisah selanjutnya?
yuk...silahkan mampir.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon medusa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 31¹

...Tiba-tiba tangan Eduardo yang memegang foto Silvia terlihat bergetar hebat. Antonio yang melihat perubahan drastis pada sahabat lamanya itu menjadi khawatir. Ia segera bangkit dari duduknya dan melangkah mendekat....

"Kau baik-baik saja, Edo?" tanya Antonio cemas sambil menepuk pelan bahu Eduardo.

...Edo, teman lama Antonio ini, ternyata adalah seorang Ketua Intelijen Negara A. Ia memiliki hubungan yang erat dengan ayah angkat Silvia, karena mereka telah bersahabat sejak masa kecil. Setelah dewasa, keduanya menikah dan membangun keluarga masing-masing. Edo sendiri telah lama menikah dan dikaruniai seorang dua anak, namun berbeda dengan sahabatnya, ayah angkat Silvia, yang telah berbagai cara mencoba namun tak kunjung memiliki keturunan....

...Suatu ketika, Edo mendapat tugas untuk memantau seorang buronan yang melarikan diri ke Negara X. Di sana, secara tak sengaja, ia bertemu dengan Silvia yang saat itu disandera oleh buronan tersebut. Dalam situasi yang panik, buronan itu memutuskan untuk membawa Silvia bersamanya dalam pelarian hingga akhirnya mereka mengalami kecelakaan. Akibat benturan keras, Silvia mengalami hilang ingatan. Karena Silvia tidak ingat siapa dirinya dan siapa orang tuanya, Edo menghubungi sahabatnya. Sahabatnya itu setuju untuk mengadopsi Silvia dan meminta Edo untuk menghapus semua jejak informasi tentang masa lalu Silvia, demi melindunginya dan memberikan identitas baru....

"Antonio..." ucap Edo dengan suara tercekat, keringat dingin mulai membasahi dahinya. Ia mendongak, menatap Antonio dengan tatapan penuh penyesalan dan keterkejutan.

"Dia... dia adalah putri mendiang sahabatku."

"Apa maksudmu, Edo?" tanya Antonio dengan nada penuh selidik, matanya menyipit menatap raut wajah sahabat lamanya yang tampak pucat.

"Karena... karena aku sendiri yang menyerahkannya kepada sahabatku," jawab Edo terbata-bata, mencoba mengatur napasnya yang tiba-tiba terasa sesak. "Setelah kecelakaan mengerikan di masa lalu... anak malang itu tidak mengingat siapa kedua orang tuanya... kecuali namanya sendiri."

...Mendengar penjelasan Edo, amarah Antonio langsung tersulut. Ia teringat mendiang sahabat baiknya yang meninggal dalam keadaan depresi akibat terlilit hutang di mana-mana. Semua uang itu dihabiskannya untuk mencari kembaran putrinya yang hilang bertahun-tahun lalu. Antonio mengepalkan tangannya kuat-kuat hingga buku-buku jarinya memutih dan urat-urat di lengannya menegang. Kemudian......

Swhush!

"Tuan!" seru Aldo panik, dengan sigap meraih lengan Antonio dan menahannya tepat sebelum tinju itu mendarat di wajah Edo.

"Kau!" geram Antonio dengan mata merah menyala, mencengkeram kerah baju Edo kuat-kuat. Tanpa ampun, ia mengangkat tubuh sahabat lamanya itu tinggi-tinggi.

Swhush!

Brak!

...Dengan kasar, Antonio melemparkan tubuh Edo ke arah dinding ruang tamu. Benturan keras itu membuat Edo mengerang kesakitan dan beberapa pot bunga mahal yang tergantung di dinding jatuh dan hancur berkeping-keping, tanah dan pecahan keramik berserakan di lantai....

"Akhhkkk! Apa maksudmu, Antonio?!" teriak Edo kesakitan, mencoba bangkit meskipun tubuhnya terasa remuk akibat benturan keras dengan dinding.

"Gara-gara kebodohanmu menyembunyikan identitas Silvia, sahabat baikku meninggal dunia dalam kesedihan dan keputusasaan karena kehilangan putrinya! Bajingan!" umpat Antonio dengan geram, langkahnya mantap mendekati Edo yang masih terbaring lemah. Ia melipat lengan kemejanya ke atas, siap melampiaskan amarahnya.

"Memangnya... apa hubungan sahabat baikmu dengan Silvia?" tanya Edo panik, menatap Antonio yang semakin mendekat dengan tatapan penuh ketakutan. Ia tidak mengerti mengapa Antonio begitu marah padanya.

"Karena Silvia adalah putri kandung sahabat baikku!" pekik Antonio dengan suara bergetar penuh amarah, kembali mencengkeram kerah baju Edo dengan brutal.

Bug!

Bag!

...Tanpa ampun, beberapa bogeman keras Antonio layangkan bertubi-tubi ke wajah Edo. Darah segar seketika mengalir dari hidung dan sudut bibir pria paruh baya itu. Melihat pemandangan mengerikan itu, Aldo panik bukan kepalang. Ia segera berlari menghampiri Antonio dan berusaha menarik atasannya itu menjauh dari Edo yang sudah tampak tak berdaya....

"Tuan! Cukup! Dia bisa mati, Tuan!" teriak Aldo histeris, menarik-narik lengan Antonio dengan sekuat tenaga. Tenaga Antonio yang sedang dikuasai emosi begitu besar, membuat Aldo kesulitan untuk menghentikannya.

"Minggir kau! Lebih baik dia mati, biar dia bisa langsung meminta maaf pada mendiang sahabatku!" bentak Antonio murka, mendorong Aldo dengan kasar agar menjauh. Namun, Aldo tidak menyerah. Ia tetap berusaha melerai dengan memeluk Antonio erat dari belakang, menahan pergerakan atasannya yang sedang kalap.

...Melihat celah dalam pertikaian itu, Edo dengan susah payah bangkit berdiri. Tubuhnya terasa sakit di sekujur badan, dan wajahnya sudah penuh lebam dan darah. Dengan langkah goyah, ia bergerak menjauh dari Antonio, berusaha menjaga jarak aman....

"Antonio, sungguh aku tidak tahu kalau Silvia adalah putri sahabatmu!" seru Edo kalang kabut. "Saat Silvia hilang ingatan... aku terpaksa menghubungi sahabatku. Dia bersedia mengadopsinya, tapi dengan satu syarat: aku harus menghapus semua kenangan tentang Silvia. Maafkan aku!" Suara Edo tercekat, menatap Antonio yang diliputi amarah.

"Lepaskan Aldo!" raung Antonio, tubuhnya bergetar hebat berusaha melepaskan diri. "Aku ingin menghabisinya saat ini juga!"

"Ada apa ini?" Suara seorang wanita paruh baya tiba-tiba memecah ketegangan, tatapannya bingung menyapu mereka, lalu terhenti pada Edo. "Suamiku, apa yang terjadi? Kenapa kamu terluka? Dan... darah?" Lirihnya berubah menjadi kepanikan saat melihat noda merah di tubuh Edo.

"Sayang, kita hanya sedang berselisih paham," jawab Edo cepat, berusaha menenangkan istrinya sambil melangkah mendekat. Wanita itu, tak lain adalah istrinya sendiri, menatapnya dengan cemas.

...Namun istrinya malah mundur kebelakan dengan tubuh gemetar hebat, kemudian.......

...Namun, bukannya tenang, istrinya justru mundur selangkah demi selangkah, tubuhnya bergetar hebat tak terkendali. Kemudian......

"Tidak... tidak... darah... Aaaarrgggh! Darah!" raung istri Edo, suaranya pecah oleh histeria. Ia mencengkeram rambutnya sendiri dengan erat, menariknya kuat-kuat.

"Pelayan! Cepat! Bawakan kotak obat istriku kemari, sekarang juga!" teriak Edo panik, mendekap erat tubuh istrinya yang bergetar.

...Mendengar teriakan panik Edo, seorang pelayan dengan sigap berlari masuk ke dalam kamar, lalu kembali dengan tergesa-gesa sambil membawa sebuah kotak obat di tangannya....

"I-ini, Tuan," ucap pelayan itu gugup, menyodorkan kotak obat tersebut kepada Edo.

...Dengan tangan gemetar, Edo meraih kotak obat itu. Ia membukanya dengan terburu-buru, mengeluarkan sebuah jarum suntik dari dalamnya. Tanpa ragu, ia menyuntikkan cairan bening itu ke salah satu lengan istrinya. Perlahan, tubuh istrinya yang tadinya tegang mulai lemas, napasnya berangsur tenang, hingga akhirnya ia tertidur pulas dalam dekapan Edo. Rupanya, Edo baru saja menyuntikkan obat bius....

"Tunggu sebentar di sini," ucap Edo pelan, bangkit dengan hati-hati sambil menggendong tubuh istrinya yang terkulai. Ia melangkah menaiki anak tangga, menuju kamar mereka.

"Aldo, lepaskan aku," tegur Antonio dengan nada kesal. Asistennya itu justru terpaku memeluknya tanpa alasan yang jelas.

...Seketika, Aldo tersadar dari lamunannya. Ia segera melepaskan pelukannya, lalu berdiri tegak dan membungkuk dalam-dalam sebagai permintaan maaf....

...(Beberapa menit kemudian)...

...Keheningan kembali menyelimuti ruang tamu yang tadinya penuh ketegangan. Emosi Antonio perlahan mereda, dan ia dengan hati-hati membantu mengobati luka teman lamanya itu....

"Apa yang sebenarnya terjadi pada istrimu?" tanya Antonio lembut, setelah membuang kapas bekas obat ke dalam tempat sampah.

"Dia... dia mengalami trauma mendalam akibat kejadian mengerikan pada malam pembantaian itu," jawab Edo lirih, menundukkan kepalanya dalam kesedihan yang mendalam.

"Pembantaian?" ulang Antonio dengan nada bingung, dahinya berkerut menatap Edo penuh pertanyaan.

...Edo menarik napas dalam-dalam, mengumpulkan kekuatan untuk menceritakan kembali kejadian kelam yang menghantuinya dan istrinya. Kemudian, dengan suara pelan dan penuh kesedihan, ia mulai bercerita......

...(FLASH BACK ON)...

...Malam itu, saat Edo masih berkutat dengan pekerjaannya di kantor polisi, tiba-tiba telepon genggamnya berdering. Nama sang istri tertera di layar. Senyum hangat langsung menghiasi wajah Edo saat ia menjawab panggilan itu....

"Halo, sayang. Apa sudah puas bermain di rumah temanmu? Baiklah, aku akan menjemputmu sekarang," ucap Edo penuh kasih, membayangkan senyum ceria istrinya.

...Ia beranjak dari kursinya, berjalan keluar dari kantor dengan langkah ringan. Namun, tiba-tiba......

"Tidak! Jangan bunuh suamiku, aku mohon!" pekik suara histeris dari seberang telepon, membuat langkah Edo membeku di tempat. Jantungnya mencelos.

"Hei, wanita tua! Putri sialanmu itu sudah mati, dan sekarang giliran kau dan suamimu menyusulnya!" bentak suara kasar seorang pria, penuh amarah dan kebrutalan.

Bugh!

Bagh!

"Tolong! Jangan sakiti istriku!" raung suara sahabat Edo, terdengar menyayat hati dari seberang ponsel.

"Oh, rupanya kau masih punya tenaga? Bagaimana kalau kau menyaksikan kami memperkaos istrimu?" seringai suara pria itu, penuh kejijikan.

"Tidak! Jangan lakukan itu! Bunuh saja aku!" teriak sahabat Edo putus asa.

Srekkk... srekkk... srekk.

...Suara robekan kain yang kasar menggema dari seberang ponsel, menembus kesunyian. Jantung Edo seketika berpacu tak karuan....

"Aaaggrrrr! Hentikan! Aku mohon, hentikan!" jerit histeris istri sahabat Edo memecah keheningan, menusuk telinga Edo dengan kengerian yang tak terbayangkan.

...Seketika, kedua tangan dan kaki Edo terasa lemas tak bertulang. Tanpa sadar, ia berlari secepat kilat keluar dari kantor polisi, menerjang pintu mobil pribadinya tanpa memutus panggilan telepon yang masih terhubung....

...Dengan jantung berdebar kencang, Edo menginjak pedal gas dalam-dalam. Mobilnya meraung, meluncur meninggalkan area kantor kepolisian dengan kecepatan tinggi, membelah jalan raya negara A. Kedua tangan dan kakinya bergetar hebat, cengkeramannya pada setir mobil semakin kuat seolah ingin meremukkannya....

...Air mata Edo mengalir deras tanpa bisa dibendung, membasahi pipinya mendengar jeritan pilu istri sahabatnya yang terus menggema di telinganya melalui sambungan telepon yang masih terhubung. ...

...Dengan kasar, Edo menyeka air matanya yang mengganggu pandangan, lalu menginjak pedal gas semakin dalam, memacu mobilnya secepat yang ia bisa, berharap tiba di sana tepat waktu untuk menyelamatkan mereka....

...Namun, ironisnya, di tengah keputusasaannya, lampu lalu lintas di depannya berubah menjadi merah menyala. Frustrasi Edo mencapai puncaknya. Tanpa berpikir panjang, ia menyalakan sirine polisi yang terpasang di mobilnya. Raungan sirine memecah kebisingan jalanan, membuat mobil-mobil di depannya dengan terkejut berusaha menepi dan memberikan jalan. Akan tetapi, tiba-tiba......

Dor!

Dor!

Dor!

...Suara letusan pistol yang memekakkan telinga menghantam pendengaran Edo, membuatnya membeku seketika. Jantungnya serasa berhenti berdetak. Dengan tatapan kosong, Edo terpaku menatap lurus ke depan jalan raya, reflek menginjak rem mobil hingga berhenti mendadak. Beberapa saat kemudian, keheningan mencekam menggantikan suara jeritan dan tangisan yang tadinya memilukan. Suara dari seberang ponsel lenyap, menyisakan sunyi yang menakutkan....

"Tidak... tidak... Aaaarrgggh! Tidak!" raung Edo penuh keputusasaan, menghantam setir mobil dengan tinjunya berulang kali, melampiaskan rasa frustrasi dan ketidakberdayaan yang mencabik-cabik hatinya.

...Setelah mobil di depannya menepi, Edo tak lagi mempedulikan lampu lalu lintas yang masih merah menyala. Dengan brutal, ia kembali menginjak pedal gas dalam-dalam, menerjang lampu merah dan memacu mobilnya menuju rumah sahabatnya. ...

...Sesampainya di depan rumah yang tampak sunyi dan gelap, Edo membanting pintu mobil hingga terbuka lebar, lalu berlari masuk dengan langkah tergesa-gesa, menggenggam erat pistol di tangannya yang gemetar....

"Ana! Di mana kamu, sayang!" teriak Edo memanggil istrinya dengan suara penuh kecemasan dan ketakutan, sambil berlari menuju pintu masuk rumah yang terbuka lebar.

...Namun, keheningan mencekam menyambut teriakan Edo. Tidak ada jawaban, tidak ada sahutan dari istrinya. Saat kakinya melangkah melewati ambang pintu, indra penciumannya langsung disergap oleh bau anyir darah yang sangat menyengat, menusuk hidungnya dengan kengerian yang tak terlukiskan. ...

...Di tengah keheningan yang menindas, samar-samar Edo mendengar isak tangis yang lemah dan menyayat hati....

"Ana..." lirih Edo menyebut nama istrinya, langkahnya terasa berat saat ia memberanikan diri masuk lebih dalam ke dalam rumah yang kini terasa seperti neraka.

...Namun, baru beberapa langkah masuk, kaki Edo membeku di tempat. Pemandangan di hadapannya menghantamnya bagai badai. Istrinya, Ana, terduduk di lantai dengan tubuh berlumuran darah, isak tangisnya memilukan. ...

...Dalam pangkuannya, terbaring tubuh tanpa busana istri sahabatnya, sudah tak bernyawa....

...Mata Edo melebar, nanar menatap ke samping Ana. Di sana, sahabat baiknya terbujur kaku dalam genangan cairan merah kental, sebuah luka tembak mengerikan terbuka di kepalanya. Dunia Edo seolah runtuh dalam sekejap....

"Tidaaaak!" raung Edo histeris, air matanya langsung tumpah. Ia berlari secepat kilat menghampiri tubuh kaku sahabatnya, meraihnya dan menariknya erat ke dalam pelukannya.

...Tangis Edo pecah, suaranya memilukan menggema di dalam rumah yang sunyi dan penuh duka itu. Ia tak pernah membayangkan akan kehilangan sahabat terbaiknya dengan cara yang begitu mengerikan dan tragis. Pelukannya erat, seolah tak ingin melepaskan sosok yang begitu berharga dalam hidupnya....

...(FLASH BACK OFF)...

(Bersambung)

1
Wo Lee Meyce
aku hadir tukmu thor
yaty
Gila semuanya esem esem
Mcm artis cerita turki je
Rere Salsa
Kecewa
Rere Salsa
Biasa
Lily Formosa Lily
sangat bagus
Mama Nakal
uuhhhh Keren nya jinya😍😘❤️
Ricka Monika
mantab👍💕
Ricka Monika
kasihan Leon ya jd Beby sitter,keterlaluan tuh ayahnya 😁
Mama Nakal
kalo menurut aku sih storynya makin seru ajaaa...aku suka alur storynya...gak bertele² juga bagikuh...yah Thor terus semangat yah untuk berkarya nya....
✿🅼🅴🅳🆄🆂🅰✿: Makasih banyak Kak, karna aku saat ini sedang bingun, banyak yang bilang ceritaku menjijikanlah... gak sesuai lah...

Tapi melihat komen kakak aku jadi senang, artinya ceritaku tidak seburuk itu./Grievance/
total 1 replies
Ricka Monika
aduh Silvia ngapain di ceritain biarkan sj tuh rahasiamu SMP Pedro mati
Nonna Mel
bingung pada kalimat yang merupakan ayah mendiang mertuany,,maksunya yang merupakan ayah mertua mendiang kakanya x thor...?

lain x dicek ulang deh tulisannya biar reader gg bingung menafsirkannya
klo ada masukan jgn marah ya thor semangat 💪💪
✿🅼🅴🅳🆄🆂🅰✿: ok, terima kasih./Pray/
total 1 replies
Ricka Monika
yg salah suaminya kenapa orang lain yg dituduh merebut suaminya,aneh perlu diruqiah nih orang🤣🤭
hibatul wafiroh
keren papah mertuanya
aku suka Antonio semoga jadian Ama silvia
Ricka Monika
sama sama selingkuh aja PD marah marah
Ricka Monika
serem x wajahnya Antonio
Ricka Monika
Silvia cantik banget dan aku suka bibir seksinya
✿🅼🅴🅳🆄🆂🅰✿: /Chuckle//Chuckle//Chuckle//Chuckle/
total 1 replies
Alfa Kristanti
Luar biasa
𝐕⃝⃟🏴‍☠️𝐐ᵁᴱᴱᴺ❣️Angela🍁
mampuss kauu Etaaa 🤣🤣🤣
Sweet Girl
kok sering double double ya Tor...?
✿🅼🅴🅳🆄🆂🅰✿: Thor minta tolong, komen di bab yang terdapat ada doublenya, biar Thor perbaiki.🙏
✿🅼🅴🅳🆄🆂🅰✿: Efek samping akibat terlalu begadan sambil merevisi ulang./Frown/
total 2 replies
Nanin Rahayu
Leon kasihan thorr
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!