Alinea Alexandra sangat bahagia saat orang tuanya menjodohkan dirinya dengan Diksi Galenio, pria yang selama ini diam-diam dia cintai.
Namun, kenyataan tak sesuai dengan harapannya, Alinea harus menelan pil pahit karena hanya dijadikan istri rahasia oleh Galen.
"Kamu tidak perlu bertingkah seperti seorang istri! Karena Aku menikahimu hanya untuk balas budi. Satu lagi, rahasiakan pernikahan ini dari kekasih ku!" Diksi Galenio.
Namun, saat Alinea terus memperjuangkan cintanya, Dia justru dipertemukan kembali dengan mantan kekasihnya.
Apakah Alinea akan terus berjuang untuk mendapatkan cinta suaminya?
Atau menyerah dan memilih mantan kekasihnya?
"Aku tunggu jandamu!" Skala Bumi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kikan dwi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 35
"Kenapa Kamu lama sekali? Aku sudah tidak sabar!"
"Maaf, tadi sedikit macet," sesal Ruby.
"Buka bajumu!"
Brakkk
"JADI BEGINI KELAKUANMU SELAMA INI DI BELAKANGKU??"
Semua mata tertuju pada Galen yang tiba-tiba masuk ke dalam apartemen.
"Mas, Kamu di sini?" Tanya Ruby sambil mengernyitkan keningnya.
"Jadi, Kamu---"
Galen memperhatikan sekitar ruangan itu, ada kamera dan juga beberapa properti keperluan lainnya. Di ruangan itu juga ternyata tidak hanya ada Ruby dan sang produser. Tetapi ada juga seorang fotografer dan juga beberapa crew lainnya yang terlibat dalam produksi.
"Aku kan sudah bilang, aku ada pemotretan, Mas!" Ucap Ruby. "Jangan bilang, Mas masih mencurigai aku, makanya Mas ikutin aku sampai ke sini, iya?" Ruby menatap kecewa pada suaminya.
Galen terdiam, hatinya masih tidak percaya pada ucapan istrinya. Namun di sisi lain, apa yang terlihat di depan matanya memanglah tidak mencurigakan. Namun entah mengapa, hatinya tetap merasa ada yang ganjal.
"Maafkan, aku. Aku terpengaruh ucapan Moana," ucap Galen penuh sesal. "Sekali lagi maafkan aku, Sayang!"
Ruby tersenyum dan menghampiri suaminya yang berdiri di ambang pintu. Wanita itu memeluk Galen, dan dalam hatinya wanita itu bersorak karena sepertinya Galen kembali mempercayainya lagi.
"𝘉𝘢𝘨𝘶𝘴, 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘔𝘢𝘴 𝘎𝘢𝘭𝘦𝘯 𝘱𝘦𝘳𝘤𝘢𝘺𝘢!"
Ruby melerai pelukannya, wanita itu menatap Galen dengan tatapan sendunya. "Kamu sudah melihat dengan mata kepala Kamu sendiri kan, Mas? Kecurigaan Kamu itu sama sekali tidak benar!"
"Aku percaya, Sayang. Maafkan aku. Aku janji, aku akan selalu percaya sama Kamu!"
Ruby tersenyum lega karena Galen kembali mempercayainya. Walau bagaimanapun juga, dia masih membutuhkan Galen untuk menjadi sosok ayah untuk bayi yang sedang dikandungnya.
Galen kemudian memutuskan untuk pergi dari apartemen itu.
"Ini bayaran untuk kalian, sekarang kalian pergi dari sini!"
Sepeninggal Galen, Chandra pun mengusir orang-orang yang dia bayar untuk berpura-pura menjadi crew nya.
"Sepertinya Mas Galen percaya, dan semoga saja Dia tidak akan mencurigai ku lagi, Dad." Keduanya duduk di sofa dengan Ruby yang berada di pangkuan pria yang di panggil Daddy itu.
Berawal dari kecurigaan Ruby yang merasa diikuti saat menuju apartemen selingkuhannya. Dan benar saja, Ruby melihat mobil Galen di belakang mobilnya. Ruby yang panik pun kemudian menelpon Chandra dan menceritakan semuanya pada pria itu, termasuk Galen yang sudah mencium kebusukannya.
Sampai akhirnya Chandra membuat sandiwara ini supaya suami Ruby itu tidak lagi mencurigainya. Sekaligus membuat Galen kembali mempercayai istrinya itu, dengan cara memperlihatkan sendiri apa yang Ruby kerjakan.
"Tentu saja, Daddy yakin suami bodoh Kamu itu pasti percaya sama Kamu." Pria itu menyingkap dress yang dipakai Ruby kemudian mengusap pelan perut wanitanya. Memasuki kehamilan bulan ke tiga membuat perut Ruby belum terlalu terlihat.
"Sampai kapan aku harus menyembunyikan kehamilan ini, Dad?" Pria itu tidak menanggapi ucapan wanitanya, karena tangan dan mulutnya tengah asyik memainkan gunung kembar kesukaannya.
Tanpa mereka sadari Galen yang sebenarnya tidak pergi dari tempat itu mendengar dengan jelas percakapan Ruby dan Chandra. Pria itu juga tidak berhenti mengumpat Ruby saat melihat dengan mata kepalanya sendiri wanita yang berstatus sebagai istrinya itu bergerak liar di atas pria selingkuhannya.
"𝘉𝘳𝘦𝘯𝘨𝘴𝘦𝘬! 𝘑𝘢𝘥𝘪 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘮𝘢 𝘪𝘯𝘪 𝘙𝘶𝘣𝘺 𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳-𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘰𝘥𝘰𝘩𝘪 𝘬𝘶, 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘣𝘪𝘭𝘢𝘯𝘨, 𝘣𝘢𝘺𝘪? 𝘑𝘢𝘥𝘪 𝘙𝘶𝘣𝘺 𝘴𝘦𝘥𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯𝘥𝘶𝘯𝘨 𝘢𝘯𝘢𝘬 𝘱𝘳𝘪𝘢 𝘪𝘵𝘶? 𝘛𝘢𝘱𝘪 𝘬𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘸𝘢𝘬𝘵𝘶 𝘪𝘵𝘶 𝘥𝘰𝘬𝘵𝘦𝘳 𝘣𝘪𝘭𝘢𝘯𝘨 𝘙𝘶𝘣𝘺 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘩𝘢𝘮𝘪𝘭?"
Galen terus berkutat dengan pikirannya sendiri, sampai akhirnya pria itu mendengar suara desahan saling bersahutan dari dalam apartemen itu. Galen tahu apa yang terjadi tanpa harus melihatnya, pria itu pun memilih pergi dengan membawa rasa kecewa, penyesalan dan amarah pada dirinya sendiri.
"Kenapa aku begitu bodoh, aaaarrrrrggghhhh!!!" Galen berteriak sambil mengacak-acak rambutnya frustrasi. "Aku akan membalas kalian, lihat saja! Tapi sekarang aku akan lihat dulu sampai di mana permainan kalian."
...----------------...
"Sayang, aku merindukanmu!" Skala memeluk wanita yang sebentar lagi akan menjadi istrinya. Pria itu membawa tubuh wanitanya berputar-putar, membuat sang wanita ikut tertawa.
"Kak, hentikan! Aku pusing."
Skala baru menghentikannya setelah Alinea mengeluh pusing. Pria itu menatap dalam mata kekasih pujaannya itu. "Aku sangat merindukanmu. Kamu semakin cantik, Sayang!" Skala mendekatkan wajahnya, jarak keduanya yang hanya terpaut beberapa senti saja membuat keduanya merasakan hembusan napas satu sama lain.
"Sedang apa kalian?"
"𝘚𝘪𝘢𝘭!"
Skala yang tinggal sedikit lagi menjangkau bibir ranum Alinea, mengumpat dalam hati karena lagi-lagi Orion datang mengacaukan kesenangannya.
"Kamu ngapain sih, Bang? Ganggu aja!" Kesal Skala.
Orion menajamkan bola matanya, menghadapi kelakuan Skala yang terus menyosor pada adiknya membuat abang Alinea itu nyaris kehilangan kesabarannya.
"Kalian bisa sabar nggak, sih? Hanya tiga bulan saja."
Alinea mengabaikan ocehan abangnya, Dia memilih kembali bekerja daripada harus mendengar ceramah panjang lebar dari abangnya itu. Tidak bisa di pungkiri Alinea pun memendam kerinduan yang sama dengan Skala, berdekatan dengannya saja membuat wanita itu khilaf.
"Hanya Kamu bilang? Tiga bulan itu lama." Skala mendengus kesal. "Maklum saja Kamu tidak memiliki kekasih, tidak tahu rasanya jatuh cinta. Apalagi tersiksa nya merindukan seseorang orang."
Celetukan Skala itu semakin membuat Orion meradang. Skala seperti sengaja menjadikan kelemahannya itu sebagai senjata untuk mengolok-olok dirinya.
"Anggaplah Kamu yang paling mengetahui segalanya tentang cinta, tapi bisakah Kamu menjelaskan rasanya ditinggalkan itu seperti apa? Bukankah itu juga bagian dari cinta?"
Ucapan Orion itu berhasil membungkam mulut besar Skala. Sama halnya dengan Skala, Orion pun memiliki senjata untuk membungkam mulut Skala. Dan masa lalu Skala yang pernah meninggalkan Alinea itu menjadi senjata yang Orion gunakan untuk membuat Skala diam seribu bahasa.
"𝘚𝘪𝘢𝘭! 𝘋𝘪𝘢 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘨𝘶𝘯𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘴𝘢𝘭𝘢𝘩𝘢𝘯𝘬𝘶 𝘥𝘪 𝘮𝘢𝘴𝘢 𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘢𝘵𝘬𝘶 𝘥𝘪𝘢𝘮!"
"𝘋𝘪𝘢𝘮 𝘬𝘢𝘯 𝘢𝘬𝘩𝘪𝘳𝘯𝘺𝘢? 𝘋𝘢𝘴𝘢𝘳 𝘒𝘢𝘭𝘢𝘫𝘦𝘯𝘨𝘬𝘪𝘯𝘨, 𝘢𝘬𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘥𝘢𝘳𝘪𝘮𝘶!"
𝘛𝘰 𝘉𝘦 𝘊𝘰𝘯𝘵𝘪𝘯𝘶𝘦𝘥