Ketika semua hanya bisa di selesai dengan uang. Yang membuat ia melakukan apa saja untuk bisa mendapatkan uang, juga termasuk menju*l tubuhnya sendiri.
Tidak mudah menjadi seorang ibu tunggal. di tengah kerasnya sebuah kehidupan yang semakin padat akan ekonomi yang semakin meningkat.
Ketika terkuaknya kebenaran jati diri putrinya. apakah semua akan baik-baik saja? atau mungkin akan bertambah buruk?
Ikuti kisahnya dalam. Ranjang Penyelesaian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bunda Qamariah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan Asya dan Dave
Aulia tiba di rumah Dave. P p
"Terima kasih." Ucap Aulia usai ia turun dari mobil Vegam bersama putrinya.
"Cuma terima kasih? Kau tidak ingin mengajakku masuk?"
Aulia menggeleng. "Saya tidak berani. Saya permisi." Aulia segera meninggalkan Vegam. Sebelum Dave melihatnya.
Tanpa Aulia menyadari kalau Dave berada di balkon kamar melihat Vegam mengantarnya pulang.
Tak tahu kenapa. Melihat kebersamaan Vegam dengan wanita yang sudah bertukar status menjadi istrinya. Membuat hati Dave seperti terbakar api cemburu.
Apa dia sudah mulai mencintai Aulia? Sepertinya Dave salah satu laki-laki yang tidak punya pendirian. Bukankah dia sendiri yang mempertegas pada mama Rosalina, kalau wanita yang dia cintai tetap Lusia dan tidak akan pernah menganggap keberadaan Aulia.
Lantas, apa yang dia rasakan sekarang? Kenapa Dave justru merasa tidak ikhlas membiarkan Aulia bersama laki-laki lain, termasuk Vegam.
"Dari mana saja kau? Kau pikir rumah ini hot------" bentak Dave terhenti saat melihat Asya.
Dave merasa seperti ada ikatan batin dengan gadis kecil yang duduk di atas roda itu. Ini pertama kali Dave melihat Asya secara langsung.
Sebelumnya Dave tidak pernah melihat Asya. Karena mereka memang jarang berkunjung ke rumah keluarga Lusia.
Apalagi setelah Asya dan bundanya pindah dari rumah almarhumah ibu Aulia yang sekarang dihuni oleh Badas beserta istri barunya. Membuat Dave sama sekali tidak punya kesempatan lagi untuk bertemu dengan adik tiri dan juga putri adik tiri istrinya.
Perlahan langkah kaki Dave, membawanya mendekat pada Asya.
"Siapa namamu?" Tanya Dave menatap lembut gadis kecil itu.
"A-Asya, Om." Jawab Asya seperti takut manarik ujung baju bundanya.
Asya takut dengan Dave, karena tadi sempat mendengar Dave membentak bundanya. Berbeda dengan Vegam, meski wajah pria itu cenderung dingin, tapi Vegam pintar mengambil hati Asya saat pertemuan pertama mereka yang berhasil membuat gadis kecil itu tertawa kegirangan hanya karena melihat sulap receh dari Vegam.
"Tolong, jaga nada anda di depan putri saya. Dia tidak seperti anak kecil pada umumnya, yang bisa tumbuh normal." ucap Aulia segera mengusap bulir bening yang tiba-tiba mengalir melihat Asya ketakutan hingga gadis itu seperti ingin menangis.
Kelemahan Aulia ada pada Asya. Sekuat apapun hatinya. Kalau sudah bersangkutan dengan Asya, dia akan menjadi wanita yang tidak berdaya.
Asya benar-benar membawa pengaruh besar dalam hidup Aulia.
Dave yang tadinya ingin marah. Timbul rasa bersalah melihat putri Aulia, yang tidak dia ketahui adalah putri kandungnya bersama Lusia.
"Maaf." Ucap Deva tanpa mengalih pandangannya dari Asya.
Dave melangkah lebih dekat pada Asya. "Panggil Om, ayah." Ucap Dave mengusap pucuk kepala Asya.
Sentuhan Dave membuat ketakutan Asya perlahan mereda. Mungkin benar kalau ikatan batin antara ayah dan anak sangat kental. Sehingga Asya begitu mudah merasa nyaman.
"Mari ayah gendong, kita naik ke lantai atas," ajak Dave mengulur tangan ingin menggendong Asya.
Dave sangat merindukan sosok putrinya yang meninggal. Sehingga ia melihat Asya persis seperti putrinya.
Andaikan saja Dave tahu kalau yang ada di hadapannya adalah putri kandungnya. Mungkin dia akan menjadi laki-laki yang paling bahagia sedunia.
Ragu-ragu Asya ingin menyambut tangan Dave. Gadis kecil itu melihat bunda seolah-olah meminta izin.
Aulia mengangguk pelan. Aulia sendiri tidak mungkin memisahkan antara ayah dan anak. Dia membiarkan Dave bisa bersama dengan putrinya meski Dave tidak tahu siapa sebenarnya Asya.
"Berhenti kamu, mas! Jangan sesekali kamu menyentuh anak haram itu!"