Regina, memilih bercerai dari sang suami yang telah menikahinya selama 5 tahun.
Dia selalu tidak terlihat di depan sang suami karena perempuan lain yang dicintai suaminya.
Namun setelah bercerai, ternyata malah menjadi awal dari kisah cintanya bersama sang adik ipar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon To Raja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
4. Pria yang sebenarnya dicintai
Drrtt.... Drrtt... Drrtt...
Ponsel di atas nakas samping tempat tidur berdering, tapi dua insan yang dalam keadaan polos di bawah selimut masih belum terjaga.
Sampai ketika pintu kamar diketuk oleh seseorang, barulah Regina mengerjapkan matanya, dan merasa begitu risih dengan suara yang mengganggu di pagi hari.
"Tuan, anda sudah bangun? Saya akan membuka pintunya," suara dari balik pintu membuat Regina mengerutkan keningnya, terutama ketika ia menyadari ada sebuah lengan yang melingkar di pinggangnya dan tubuh polosnya terasa menyentuh kulit hangat di belakangnya.
Regina langsung berbalik, dan matanya melotot sempurna saat melihat situasi yang terjadi.
Arvin!
Regina menjerit dalam hati bersamaan dengan pintu yang terbuka membuat Regina segera menarik selimut menutupi tubuhnya membuat Arvin yang masih lelap dalam tidurnya kini terganggu dan membuka matanya.
Sang asisten yang membuka pintu pun terdiam di tempatnya, menganga melihat tuan mudanya ternyata sedang menghabiskan malam bersama seorang perempuan.
Padahal kemarin malam dia jelas yakin sudah menutup pintu apartemen saat Arvin masuk ke apartemen, tapi Dari mana datangnya perempuan itu?
Tunggu!
Siapa perempuan yang telah menghabiskan malam,,, 'Gawat! Tuan sudah tidak perjaka lagi!' sang asisten yang cepat berbalik, menutup pintu kamar dengan tubuh menegang, dia benar-benar tak percaya Arvin akan lebih dulu melepas perjakanya dibanding dia.
Kalau begitu Sekarang dia hanya tinggal sendirian saja yang menjadi perjaka?
"Ini tidak masuk akal!" Ucap sang asisten dalam rasa tak percayanya.
Sementara Arvin yang berada di dalam kamar, dia juga sangat terkejut, pria itu dengan cepat duduk dan menarik selimut dengan kasar hingga membuat tubuh polos perempuan yang bersama-sama dengannya langsung terekspos.
"Apa yang kau lakukan?!" Regina kembali menarik selimut tersebut dan menutupi tubuh polosnya.
Air mata menggenang di pipi Regina, tidak tahu apa yang terjadi, tapi bagaimana bisa pria ini tiba-tiba saja muncul?
Sementara Arvin, dia hanya diam saja memandangi perempuan di hadapannya, Bagaimana bisa Regina ada di sini? Bukankah kemarin malam dia hanya membayangkan saja? Kenapa jadi....
Kemarin malam jelas dia yakin dia hanya bermimpi, tapi,,, Kenapa di pagi hari mimpinya malah jadi kenyataan?
"Apa yang sudah kita lakukan? Hiks,, hiks,," Regina menangis sambil gemetar memegang selimut untuk tetap menutupi tubuhnya.
Dia berusaha berpikir jernih, tetapi pikirannya begitu kacau, sulit untuk mencerna apa yang telah terjadi hingga hanya air mata yang mampu berbicara mewakili emosinya.
Arvin pun merasa sangat bersalah melihat perempuan yang tampak menangis tersedu-sedu itu, dia tidak tahu harus berbuat apa untuk menghiburnya sehingga Arvin hanya bisa turun mengambil pakaiannya dan segera memakainya.
Setelah beberapa saat, Arvin menatap Regina yang masih terisak di tempat tidur, "aku akan bertanggung jawab, apapun yang kau inginkan untuk kulakukan, aku bertanggung jawab, aku pasti akan melakukan semua yang kau inginkan," ucap Arvin sebelum dia keluar dari kamar itu dan mendapati asistennya masih menunggunya dengan wajah yang begitu buruk.
"Kau penghianat besar!" Sang asisten tidak tahan untuk memaki pria di hadapannya, "Kau bilang kau menyukai Regina, Tapi sekarang kau tidur dengan perempuan lain yang--"
Mulut sang asisten langsung di bekap oleh Arvin dan menarik asisten itu keluar dari apartemennya.
Setelah tiba di luar, Arvin melototi asistennya sambil berkata, "Bukankah aku menyuruhmu untuk libur hari ini?"
"Heh! Jadi Itu alasanmu menyuruhku untuk libur? Karena kau ingin bersenang-senang dengan perempuan?! Ck!! Ck! Baiklah! Aku akan libur! Pegang ini! Kau selesaikan sendiri!" Geram sang asisten menyerahkan tas kerja kepada Arvin dan segera berjalan menuju lift dengan penuh kekesalan.
Bukankah Arvin mengatakan sangat mencintai Regina? Kenapa pria itu sekarang tidur dengan perempuan lain?
Benar-benar tidak bisa dipercaya, pria yang selama ini ia kenal merupakan pria baik-baik ternyata.... Apa ini efek alkohol?
Sementara Arvin yang ditinggalkan, ia kembali masuk ke dalam rumah, segera pergi ke kamar mandi yang terletak di dekat dapur. Arvin membersihkan tubuhnya selama kurang lebih 15 menit dengan terburu-buru lalu menenggelamkan dirinya di dapur untuk menghilangkan ingatan mengenai malam gila yang telah Ia habiskan bersama Regina.
Sementara di dalam kamar, Regina masih terisak di tempat tidur, ia berusaha keras untuk melupakan apa yang terjadi dan meyakinkan dirinya bahwa semuanya akan baik-baik saja.
Sampai ia lelah menangis dan lelah berpikir, Regina akhirnya memasuki kamar mandi dan membersihkan diri, namun menyadari dia tidak membawa pakaiannya, perempuan itu menggigit Bibir bawahnya menatap pintu kamar.
"Kau bilang kau menyukai Regina," ucapan asisten Arvin kembali terngiang di pikiran Regina.
Setelah menenangkan diri beberapa saat, Regina akhirnya membuka pintu dan mengulurkan kepalanya keluar.
Karena apartemen yang cukup kecil, maka dapur dan ruang tamu di desain dengan hanya dipisahkan oleh ketinggian lantai.
Selain itu, hanya ada satu kamar di apartemen tersebut dan satu ruang kerja sehingga begitu Regina mengulurkan kepalanya ke luar, tatapannya langsung bertemu dengan Arvin yang sibuk di dapur.
Arvin ingin berkata sesuatu pada Regina, namun menyadari apa yang telah terjadi, dia menahan diri dan menunggu Regina lah yang berbicara.
Regina pun menggigit Bibir bawahnya sesaat, sebelum akhirnya berkata, "Aku membutuhkan koperku."
"Ya," Arvin mengangguk mengambil koper yang terletak di ruang tamu, dan segera membawakannya ke depan pintu.
Saat Regina mengulurkan tangannya keluar untuk mengambil kopernya, Arvin melihat bekas ciuman yang ada pada tubuh Regina, dia langsung berbalik dan merasa bersalah.
Kalau dia tahu itu bukan mimpi, dia akan memperlakukan Regina dengan lebih baik lagi dan tidak akan meninggalkan sedikitpun noda di tubuh Perempuan itu.
Rasa bersalah langsung menyelimuti seluruh perasaan Arvin.
Regina yang di kamar pun cepat-cepat menggunakan pakaiannya, ia menatap ranjang yang berantakan dan menggelengkan kepalanya tatkala ia merasa tidak sanggup untuk membayangkan apa yang terjadi, Dia pun tidak berani untuk menyentuh ranjang tersebut lagi untuk membersihkan kekacauan di sana.
Regina lalu keluar kamar, menarik kopernya dan bersiap untuk meninggalkan apartemen tersebut.
"Sarapanlah dulu," ucap Arvin membuat Regina menghentikan langkahnya, tangannya begitu erat memegang gagang kopornya dan menatap ke arah makanan yang telah disediakan di atas meja.
Dia merasa tidak enak untuk menolaknya, lagi pula dia harus menjelaskan apa yang terjadi dan bagaimana bisa dia berada di apartemen tersebut sehingga Regina akhirnya melangkah ke meja makan dan duduk berhadapan dengan Arvin.
Regina mencicipi beberapa sendok makanannya sebelum memberanikan diri berkata, "aku minta maaf, akulah yang salah datang ke rumahmu dan tidur di kamarmu. Aku,,, Aku tidak akan memintamu untuk bertanggung jawab atas apa yang terjadi. Semua ini murni kesalahanku."
"Tidak! Akulah yang salah, aku tidak bisa mengendalikan diriku terhadapmu," Arvin menyela ucapan Regina membuat Regina terdiam memegangi sendok dan garpunya dengan erat.
Regina menyipitkan matanya, "Kau,, kata-kata asistenmu..."
"Hah,,," Arvin menghela nafas, dia benar-benar kesal pada asistennya, tapi semuanya sudah terjadi dan dia tidak mungkin bisa menghapus ingatan Regina sehingga pria itu meletakkan garpunya dan dengan serius menatap Regina sambil berkata, "mungkin kau sudah tidak ingat lagi, tapi dulu kita pernah bertemu di panti asuhan Ananda. Saat itu umurku 10 tahun, dan kau sekiranya berumur 8 tahun. Kita menghabiskan banyak waktu bersama, dan saat itulah aku mulai,,, aku mulai memikirkan seseorang dalam pikiranku yang terbawa sampai... Hah,,, Aku tidak tahu bahwa saat aku kembali dari luar negeri untuk menghadiri pernikahan perjodohan Kakakku, ternyata orang itu adalah kau, seandainya aku pulang lebih awal,,, Tidak mungkin Kakak kembarku yang menikah denganmu. Aku pasti akan memaksa kakek untuk mengubah perjodohannya dan--"
"Jadi pria itu adalah kau? Bukankah saat itu kau bilang kau anak pertama--"
"Aku berbohong, aku takut kau mungkin akan mendengar desas-desus dari orang lain kalau anak kedua menderita sebuah penyakit dan kau tidak mau lagi berteman denganku," ucap Arvin tertunduk dengan rasa menyesal.
Regina pun terdiam, dia menatap pria di depannya dengan rasa tak percaya, Dia pikir dia telah mencintai orang yang salah selama ini dan pria yang bertemu dengannya saat ia berumur 8 tahun telah banyak berubah, Namun ternyata....
"Aku juga sudah mendengar tentang kabar kakakku yang pulang membawa seorang perempuan ke rumah kalian. Aku--"
"Kami sudah lama merencanakan untuk bercerai," sela Regina membuat Arvin terkejut.
"Kalian akan bercerai?" Tanya Arvin tak percaya, selama ini ia melihat Regina sangat mencintai Kevin, namun sekarang tiba-tiba ada kabar seperti ini?
Padahal sudah dari dulu ia menahan diri terhadap Regina, karena ia melihat cinta Regina begitu besar pada Kevin meski Kevin sepertinya tidak pernah menganggap Regina seperti seorang perempuan. Namun dia bersikukuh untuk menjaga perasaannya dan menghargai Regina yang berusaha melindungi harga dirinya.
Namun sekarang... Kevin benar-benar keterlaluan!
Bisa-bisanya ia menghancurkan seorang perempuan yang tulus dan kuat seperti Regina!
Namun dibalik itu, Arvin seolah ingin merasa menang, dia seperti baru saja mendapat kabar bahagia.
Regina terdiam cukup lama sebelum menganggukkan kepalanya, "Ya, kami sudah merencanakannya, namun belum sempat menandatangani surat cerainya. Aku juga pergi dari rumah Karena Kevin kembali membawa seorang perempuan ke rumah dan,,, dia membiarkan perempuan itu tinggal di rumah kami. Aku pikir kau masih lama tinggal di luar negeri, jadi aku berpikir untuk menginap di sini beberapa hari sebelum memutuskan untuk mengambil langkah selanjutnya, namun tidak tahu kalau akhirnya akan seperti ini... Aku benar-benar minta maaf," kata Regina menyesal.
"Tidak! Akulah yang minta maaf! Kau Jangan menyalahkan dirimu, Ini semua adalah murni kesalahanku. Aku pun akan melakukan segalanya Untuk bertanggung jawab padamu," ucap Arvin.
Seketika mata Regina menjadi panas mendengar ucapan Arvin, Ini pertama kalinya dia mendengar seorang pria begitu tulus untuk memperlakukannya dengan baik, sangat berbeda dengan pria yang selama ini tinggal bersama-sama dengannya, meski berkali-kali menyakiti hatinya, Kevin tidak pernah sekalipun mengeluarkan kata maaf dari mulutnya, apalagi mengatakan tentang tanggung jawab seorang suami pada istri.
Namun memikirkan bahwa selama ini dia telah mencintai orang yang salah, Regina tidak bisa menahan diri dan akhirnya menutup wajahnya dengan kedua tangan lalu mulai terisak.
Arvin menjadi sangat panik melihat itu, dia cepat-cepat berdiri dan menghampiri Regina, langsung memeluk Regina untuk setidaknya memberi sandaran pada Regina agar menjadi lebih tenang.
"Hiks,,, hiks,, hiks,,," Regina meluapkan segala emosinya dalam pelukan Arvin,,, inilah yang sesungguhnya, pria yang ia cintai selama ini adalah Arvin,,, bukan si pria kejam bernama Kevin itu!
ya gak ada yg mau ama selwna yg pwnyakiran..
❤❤❤❤😉
begitu tau kepastian pisisi Kevin di perusahaan dan dan dikeluarga dia langsung berniat merebut Arvin
haa... betapa bodohnya kau Kevin
😀😀😀❤❤❤❤