Akibat salah bergaul dan tidak pernah mendengarkan nasehat orang tua. Vivian, baru saja duduk kelas 3 SMP mendapati dirinya tengah hamil. Vivian bertekad akan menjaga bayi tersebut tanpa ada niat sedikit untuk membuangnya. Vivian sangat menyayanginya, janin tersebut adalah darah dagingnya dan Aksel, mantan pacarnya. Disisi lain, hal yang paling Vivian hindari adalah Aksel. Vivian cukup menderita, Vivian tidak ingin Aksel masih dalam bayangnya.
Mereka masih sangat belia dan Aksel adalah anak laki-laki yang bisa menghilang seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Sedangkan Vivian seorang perempuan, yang menghadapi berbagai stigma masyarakat. Vivian memiliki tekad bahwa selagi otot yang kuat, tulang yang keras dan otak yang cerdas untuk mencukupi kebutuhan anaknya, dan yang terbaik untuk anaknya.
Lalu bagaimana Vivian melalui semua ini? Bagaimana dengan kedua orang tuanya?
Yuk ikuti kisah perjalanan, perjuangan serta tekad Vivian dalam Novel ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nysa Yvonne, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28- Flashback 10 (Keluarga Maximus)Bertemu
Note : detik-detik Flashback akan berakhir, Bagaimana akhir kisah keluarga Maximus tentang Alex, Aisha dan Olivia? Simak terus cerita ini, dan terimakasih atas dukungan teman-teman.
...----------------...
Olivia dan Tirta pun berangkat menuju rumah sakit, tempat yang biasa Olivia mengecek kandungannya. Tanpa mereka sadari Alex mulai bergerak mengarah titik tujuan mereka, Alex telah mengetahui keberadaan Olivia setelah seminggu masa pencariannya. Sekarang adalah secercah harapan Alex untuk membawa Olivia kembali.
"Hati-hati Oliv, maaf aku sedikit lancang..."Tirta meminta izin untuk memegangi Olivia yang hampir saya tergelincir.
"Iya nggak papa kok, makasih ya..."jawab Olivia sekenanya. Mereka berdua berjalan menuju kedalam rumah sakit. Serangkaian prosedur rumah sakit mereka lewati, dan kini tibalah giliran Olivia untuk memeriksakan kandungannya.
"Kamu tunggu disini aja ya, aku ke dalam dulu..."ucap Olivia.
"Iya, kalau ada apa-apa kabari aku aja..."jawab Tirta. Sebenarnya Tirta adalah seorang psikolog, waktu cukup bebas makanya hari ini ia bersedia untuk menemani Olivia seharian penuh. Keduanya dekat karena satu insiden kecil yang menimpa Olivia dan Ibunya Tirta sehingga mereka akrab hingga saat ini.
Tirta sebenarnya menaruh hati dari pandangan pertama melihat Olivia, namun sayang kebenaran pahit harus ia terima bahwa Olivia sudah bersuami. Tidak banyak Tirta ketahui, yang ia pahami bahwa Olivia memiliki masalah serius dengan suami, Tirta tidak memiliki hak untuk ikut campur. Toh itu urusan rumah tangga mereka, yang terpenting hubungan persahabatannya tidak terganggu akan hal itu. Jika Olivia meminta bantuan, maka Ia bersedia secara sukarela membantunya.
Beralih ke Poli Kandungan tempat Olivia di periksa.
"Buk... Kenapa suaminya ngga dibawa masuk?"tanya dokter tersebut dengan tersenyum. Olivia sedikit tertegun, sebenarnya tidak enak untuk menjawab, tapi ia harus menjawab kebenarannya.
"Maaf Dok, untuk saat ini suami saya tidak bisa hadir. Saya ditemani teman aja Dok."jawab Olivia yang sedikit logis.
"Owh ternyata begitu, maafkan saya Buk..."jawab Dokter dengan tidak enak hati.
"Tidak masalah kok Dok..."ucap Olivia dengan tersenyum.
"Baik kita lanjutkan saja pemeriksaannya."serangkaian pemeriksaan Olivia jalani dengan lancar. Semuanya terlihat baik-baik saja dan sehat, Olivia bahagia mendengar kabar itu. Sebenarnya untuk dibulan ini jenis kelamin si janin bisa kelihatan tapi sayangnya, janin itu masih malu-malu menampakkan diri.
"Terimakasih Dok untuk hari ini, saya akan mendengarkan saran-sarannya, kalau begitu saya permisi..."Olivia beranjak dari ruangan tersebut.
Merasa Olivia sudah selesai Tirta langsung menghampiri Olivia.
"Bagaimana pemeriksaannya? Apakah baik-baik saja?"Tirta penasaran dan menanyakan hal itu pada Olivia, mereka menuju parkiran.
"Sejauh ini, aku bersyukur semuanya baik-baik saja dan anakku ini sangat sehat dan aktif..."jawab Olivia sambil mengelus pelan perutnya dengan tersenyum. Sesampainya dimobil mereka Tirta membantu membukakan mobil untuk Olivia. Disusul dengan Tirta memasuki mobil tersebut.
"Syukurlah... Oke, kita kemana sekarang? Apa kamu lapar? Kita makan siang dulu? Kebetulan aku lapar..."tanya Tirta banyak yang stay pada kemudianya.
"Hmm... ya juga ya, udah jam makan siang. Aku pengen makan yang pedas-pedas aja deh, kita ke restoran yang menyediakan makanan pedas aja Ta..."jawab Olivia yang berpikir dahulu baru menetukan pilihannya.
"Oke... Siap nyonya Olivia..."Tirta berucap membuat Olivia tergelak.
"Hahaha, kamu ada-ada..." Mereka pun beranjak dari rumah sakit tersebut ke lokasi yang akan mereka tuju. Hari sangat baik bagi Olivia, moodnya bertambah berkali-kali lipat. Walaupun cukup menguras tenaga Olivia, tapi Olivia sangat menikmati momen ini.
Sesampainya ke toko kue Olivia, mereka pun menuju kedalam tampak toko sudah sepi dan kue-kue sudah terlihat kosong di etalase.
"Bu, sudah habis ya Bu? Kok udah sepi aja?"tanya Olivia dan menciumi tangan Bu Lastri.
"Iya nih, kebetulan sudah banyak yang habis, tapi untuk malam ini ada sebuah keluarga memesan toko ini untuk acara keluarga kecilnya. Ini rejeki buat kamu dan anakmu jadi Ibu terima aja."jelas Bu Lastri.
"Oh ya terimakasih ya Bu... Aku ke dalam bentar, Aku tinggal sebentar Ibu dan Tirta disini dulu."ucap Olivia dan masuk ke dalam, karna toko dan rumahnya satu lokasi yang sama, toko ini merupakan ruko, otomatis Olivia akan tinggal bersama Bu Lastri disini.
"Iya ngga papa kok."jawab Tirta dengan menampilkan senyum manisnya.
"Oh ya Bu ini beberapa makanan yang kami pesan, kata Olivia sih untuk nanti makan malamnya sama Ibu..."ucap Tirta sambil menyerahkan bungkusan tersebut.
"Baik terimakasih ya Nak Tirta... Ibu ke dapur dulu, tunggu sebentar disini ya..."Bu Lastri segera masuk kedalam.
Tanpa Olivia sadari ada sosok yang selama ini merindukan dirinya, dan mencari-cari keadaannya di toko itu sedang menikmati pesahan yang dihidangkan di toko kue Olivia. Tirta yang sendiri memandang ke sekeliling toko tersebut dan terlihat sedikit menarik perhatian dari pria yang duduk dengan tegap dengan setelan jas mahalnya. Tirta pun menghampirinya dengan bermaksud untuk berbasa-basi dan berkenalan.
"Permisi, Anda baru pertama kali ya datang ke toko ini?"tanya Tirta ramah.
"Iya"jawab Pria itu singkat. Bau maskulin dari pria tersebut tercium oleh Tirta.
"Perkenalkan saya Tirta, saya seorang psikolog ini kartu nama saya..."sebelum Tirta menyerahkan kartu nama tersebut, ia mengulurkan tangan untuk berjabat tangan, dan pria itu membalasnya.
"Boleh saya duduk?"tanya Tirta kembali.
"Iya silahkan"jawab Pria itu sambil membaca kartu nama milik Tirta. "hmm... hanya seorang psikolog sudah belagu"gumam pria itu dalam hati ada pikiran licik dari pria tersebut.
Merekapun berbincang-bincang walaupun Tirta lah yang mendominasi pembicaraan mereka. Tanpa mereka sadari Olivia sudah berada disekitar itu.
"Tirta, maaf menunggu lama... Loh pada kemana orang?"Olivia bingung menanyakan keberadaan Bu Lastri dan Tirta. Olivia langsung menuju dapur untuk menanyakan keberadaan Tirta.
"Bu, Tirta tadi kemana?"tanya Olivia membuat Bu Lastri yang sedang fokus memanggang kue jadi terkaget.
"Astaga!"Bu Lastri menjeda ucapannya "Loh bukannya ada didepan, coba deh kamu cek lagi Tirtanya."Bu Lastri kembali disibukan dengan pekerjaannya, Olivia hanya menggelengkan kepalanya. Bu Lastri adalah orang yang gigih dan pekerja keras untuk itulah Olivia sangat menyayanginya.
"Hoo yaudah deh Bu, Aku kembali ke depan dulu..."Olivia langsung kembali kedepan, dan benar saja Tirta sudah ada didepannya.
"Loh kamu masih disini? Kirain udah pulang..."ucap Olivia sambil memberikan kotak yang membungkus makanan yang dibawa Tirta sebelum mereka ke rumah sakit. Kotak itu tidak kosong ia mengisinya dengan beberapa kue buatan khas tokonya.
"Ini kasih Ibu ya, maaf merepotkan. Sekali lagi aku berterimakasih banget sama kamu..."tambah Olivia dengan tulus.
"Sama-sama, udah mulai gelap kasian Ibu dirumah sendirian. Aku pulang dulu yah, bye..."ucap Tirta dan berlalu pergi dari sana.
Hari sudah mulai gelap, Olivia segera mempersiapkan tokonya dengan semaksimal mungkin untuk pemesanan tokonya nanti. Namun masih ada satu orang yang masih duduk diam dalam tokonya seolah enggan beranjak dari sana. Ia membelakangi Olivia.
"Em... Permisi Mas? Maaf mengganggu ketenangannya kali ini, untuk hari ini toko ini ditutup di sore hari. Karena ada yang memesan toko kami, sekali lagi saya minta maaf atas ketidaknyamanannya"ucap Olivia tulus, mulai mendekati pria itu.
Baru berjarak beberapa meter, Olivia merasakan aroma familiar dan itu membuatnya sedikit mual. Olivia segera menghampiri pengunjung tersebut dan sudah berdiri dihadapan orang tersebut, dengan menunduk untuk menahan rasa mualnya. Dirasa tenang Olivia langsung menatap pengunjung yang dimaksud.
"Ma-Mass..."ucap Olivia sedikit tergagap.
...----------------...
Lanjut Bab Berikutnya👉👉
mank enak.