Anak dibawah umur dilarang mampir🙅
Harap bijak dalam membaca👍
Slow update 🙏
Silahkan mampir juga ke novel pertama Cimai, klik profil Cimai yaaa😍
"Menikah Dengan Adik Sahabatku"
------
Belum ada dalam pikiran Dira untuk segera mengakhiri masa sendirinya, ia masih trauma pasca ditinggalkan oleh suami yang teramat ia cintai pergi untuk selamanya dan disusul satu-satunya superhero yang selalu berada disisinya, yaitu Ibu.
Meskipun pada kenyataannya sosok pria yang selama ini selalu memperlakukan Dira dengan lembut, ternyata diujung usianya menunjukkan sebuah kenyataan yang teramat pahit, sehingga menyisakan luka dan trauma yang teramat mendalam bagi Dira.
Dira masih tetap mencintainya.
Disisi lain, putra sulung dari pemilik Raymond Group mengalami kegagalannya dalam berumahtangga.
Setelah berhasil dari masa keterpurukannya dan memilih tinggal diluar negeri, akhirnya ia kembali ke tanah air dan menggantikan posisi ayahnya, Erick Raymond.
Awal pertemuan yang tidak sengaja anta
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cimai, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 17 : Bisa-bisanya Dia Menggodaku
Edgar yang sudah berganti pakaian dengan setelan kemeja berwarna putih dan celana hitam itu menunggu Mentari di sofa sembari memainkan ponselnya. Sesekali ia melirik jam ditangannya, tetap saja membosankan menunggu wanita berdandan.
''Sempurna..'' ucap MUA itu bangga dengan hasil riasannya diwajah Mentari.
''Terimakasih Kak..'' ucap Mentari sembari menatap dirinya didepan cermin besar.
Setelah selesai dengan riasannya, Mentari dibawa untuk ke ruang ganti. Ia hanya menurut, karena tidak tau tentang akan kemana dirinya dan juga Edgar.
Assisten MUA yang perempuan tulen itu membawa Mentari ke ruang ganti dan memberikan sebuah paper bag yang berisi pakaian.
''Ini pakaiannya, Nona.'' ujar assisten tersebut.
Mentari menerima sembari tersenyum. ''Terimakasih..'' ucapnya.
Assisten tersebut mengangguk lalu membiarkan kliennya masuk ke dalam ruangan ganti.
Mentari membuka isi paper bag itu, sebuah dress berwarna putih tulang yang langsung ia tempelkan dibadannya, panjangnya sekitar diatas mata kakinya. Mentari langsung mengenakannya dengan hati-hati.
''Ohh Nona.. anda cantik sekali.. ah sangat manja dipandang, tuan Edgar pasti terpesona.'' ujar MUA itu.
Mentari hanya tersenyum, ia sebenarnya merasa kurang nyaman dengan pakaiannya karena bagian atas kurang tertutup sehingga pundaknya terpampang nyata. Namun, gimana lagi jika yang ada hanyalah itu.
Mentari menghampiri Edgar yang tengah menunggunya.
''Tuan, saya sudah selesai.'' ujar Mentari berdiri tak jauh dari Edgar.
''Lama sekali!'' cibir Edgar kemudian langsung menoleh.
Pandangannya tiba-tiba tidak berkedip, ia melihat sosok Ghadira Mentari yang berbeda dari biasanya. Biasanya sosok yang sangat simpel.
Edgar menatap Mentari dari ujung kaki hingga ujung kepala tanpa berkedip, membuat Mentari yang masih berdiri merasa tidak nyaman.
''Saya tetap jelek ya, Tuan? nggak papa kok kalau Tuan mau pergi sendiri, daripada saya bikin malu.'' ujar Mentari.
''Hah e.. tidak, tidak.. ayok jalan sekarang.'' ucap Edgar gelagapan. Pikirannya mulai lari jauh kemana-mana.
Edgar berbicara dengan MUA tersebut sebentar lalu langsung menggandeng tangan Mentari untuk segera pergi.
Perayaan anniversary tersebut mengusung tema pakaiannya berwarna putih, setiap tamu undangan yang hadir diwajibkan mengenakan pakaian warna tersebut. Edgar dan Mentari pun terlihat serasi layaknya pasangan sesungguhnya.
''Tuan..'' Mentari mencoba kembali membuka percakapan.
''Hemm..'' jawab Edgar.
''Sebenarnya kita mau kemana? kenapa harus-''
''Sudah kau diam saja, sebentar lagi sampai.'' potong Edgar tanpa menoleh.
Mentari mendengus kesal karena pertanyaannya dipotong begitu saja.
°°
Sebuah hotel berbintang ditengah kota menjadi tempat dilaksanakannya acara ulang tahun pernikahan klien Raymond. Terlihat wajah-wajah orang kaya sudah berdatangan ditempat itu dengan menunggangi mobil-mobil mewahnya.
Mentari turun dari mobil mengikuti Edgar, ia menatap tempat itu. Beberapa kali ia melihat wajah-wajah selebriti tanah air yang ia tau, ingin rasanya berteriak dan meminta foto bersama, namun, mengingat kedatangannya bersama siapa, ia hanya bisa membatin.
''Gandeng, biar kompak.'' bisik Edgar dengan melengkungkan lengannya agar tangan Mentari masuk menggandengnya.
''Hah?''
Mentari menatap lengan Edgar dan paham apa yang dimaksud, ia pun menggandeng dengan ragu-ragu.
Perasaan deg-degan tengah sama-sama mereka rasakan, Edgar langsung melangkahkan kakinya bersama dengan Mentari memasuki tempat acara.
Karpet merah menyambut kedatangan para tamu undangan, beberapa kameramen juga sudah siap mengabadikan setiap tamu yang datang. Edgar dan Mentari menghadap ke arah kamera dengan menampilkan senyum terbaiknya.
''Selamat malam, Tuan Edgar Raymond.. senang sekali anda sudah hadir..'' sapa pemilik acara tersebut.
''Tentunya saya hadir.'' jawab Edgar ramah.
Edgar berbincang-bincang dengan para tamu undangan lainnya, membahas tentang bisnis. Sementara Mentari seperti menjadi obat nyamuk di belakang Edgar.
''Awhh!'' pekik Mentari sembari meringis karena terkejut.
''Sorry, sorry..'' ucap seseorang pada Mentari, ia menatap wanita didepannya dengan seksama.
''Saya tidak apa-apa, Tuan.'' ujar Mentari.
Percakapan itu membuat Edgar dan beberapa koleganya langsung menoleh.
Baru saja ada seorang pria tidak sengaja menabrak Mentari karena berjalan sembari menggunakan ponselnya, dengan sigap pria itu menahan punggung Mentari. Namun, cepat-cepat Mentari melepaskan dirinya.
Edgar menatap sangat tajam pria itu, bisa-bisanya dia memegang punggung Mentari. Mentari menyadari hal itu, ia langsung mendekati suaminya.
''Di apakan kau sama laki-laki kurang ajar ini?!''
''Saya tidak sengaja menabraknya.'' sahut pria itu.
''Diam kau! berani-beraninya kau menyentuh wanitaku!'' gertak Edgar memberikan tatapan tajam.
''Benar Tuan, dia tidak sengaja menabrak saya.'' ucap Mentari lirih.
''Kau membelanya?'' pekik Edgar.
Mentari menggelengkan kepalanya, ia takut melihat tatapan mata Edgar yang tajam.
°°
Edgar mengajak Mentari pulang lebih cepat saat acara belum selesai, ia tidak tahan melihat mata-mata genit yang menatap Mentari. Disisi lain Mentari juga senang karena dirinya sangat tidak nyaman.
Mentari tidak berani menegur Edgar yang terlihat masih emosi. Bahkan sesampainya dirumah, ia hanya masuk kamar sebentar dan langsung ke ruang kerjanya, padahal besok akhir pekan.
Mentari tidak mau ambil pusing, ia segera membersihkan badannya dan berganti piyama, ia juga menyiapkan piyama untuk suaminya. Saat nanti Edgar masuk ke dalam kamar dan dirinya sudah tidur, maka, bajunya sudah siap.
Arrrghhh
''Gila sekali ini pikiran! bisa-bisanya dia sangat menggodaku..'' gumam Edgar.
Gak berusaha ikhlas toh Edgar jga memperlakukan dia lembut ko, gak grasak-grusuk mementingkan napsunya sendiri,,,