Rahasia Sang Wanita Besi
Sebagai sekretaris pribadi, Evelyn dikenal sempurna—tepat waktu, efisien, dan tanpa cela. Ia bekerja tanpa lelah, nyaris seperti robot tanpa emosi. Namun, di balik ketenangannya, bosnya, Adrian Lancaster, mulai menyadari sesuatu yang aneh. Semakin ia mendekat, semakin banyak rahasia yang terungkap.
Siapa sebenarnya Evelyn? Mengapa ia tidak pernah terlihat lelah atau melakukan kesalahan? Saat cinta mulai tumbuh di antara mereka, misteri di balik sosok "Wanita Besi" ini pun perlahan terkuak—dan jawabannya jauh lebih mengejutkan dari yang pernah dibayangkan Adrian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nuah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18: Terungkapnya Wajah yang Tersembunyi
Bab 18: Terungkapnya Wajah yang Tersembunyi
Malam itu, Evelyn dan Zayne berdiri diam di tengah kekalutan yang melanda. Setiap gerakan mereka terhitung penuh perhitungan, diwarnai dengan kecemasan yang tak terungkapkan. Setelah terjebak dalam pengepungan oleh anggota Crimson Order yang terlatih, mereka tak punya banyak pilihan selain menunggu dengan waspada. Para musuh mereka mengelilingi setiap sudut ruangan, dan tak ada ruang untuk melarikan diri.
Evelyn menggertakkan giginya. Wajahnya yang biasa terlihat tenang kini menunjukkan kegelisahan yang luar biasa. Keadaan ini mengingatkannya pada masa lalu—kapan pun dia dan timnya terjebak dalam situasi serupa, dia selalu bisa menemukan jalan keluar. Tapi malam ini berbeda. Sesuatu yang lebih besar, lebih gelap, terasa menggantung di udara.
Zayne berdiri di sampingnya, matanya menelisik setiap sudut ruangan dengan cermat, mencari titik lemah yang bisa mereka manfaatkan. Namun, tatapannya tak bisa lepas dari Evelyn. Sekali lagi, dia merasakan ketegangan antara mereka. Semua yang telah terjadi, setiap momen yang terjalin di antara mereka, kini terasa seperti bayangan yang membayanginya di saat yang paling kritis.
"Evelyn, kita harus mencari cara untuk keluar dari sini," bisik Zayne, suaranya tegas meski terkesan sedikit cemas. “Mereka tahu siapa kita, dan kita tidak bisa membiarkan mereka menang.”
Evelyn mengangguk pelan, namun sorot matanya masih penuh kebingungan. "Aku tahu, Zayne. Tapi ada sesuatu yang lebih besar dari ini. Mereka tidak hanya menginginkan kita. Ada sesuatu yang lebih mereka lindungi, dan kita harus mencari tahu."
Sebagai seorang pemimpin yang tangguh, Evelyn tahu bahwa perasaan dan keraguan tidak boleh menguasai mereka di saat seperti ini. Meski begitu, dalam hatinya, dia merasa seperti ada sesuatu yang hilang, seolah ada teka-teki yang belum mereka pecahkan.
Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar mendekat. Seorang pria tinggi besar muncul dari balik bayangan. Wajahnya tertutup dengan topeng yang sama dengan yang dikenakan pemimpin kelompok Crimson Order sebelumnya, tapi ada sesuatu yang berbeda pada gerak-geriknya. Ada aura kekuasaan yang tak bisa disangkal, seolah dia lebih dari sekadar seorang eksekutor biasa.
Dia berhenti tepat di depan Evelyn dan Zayne, matanya memandang tajam, seolah menilai seberapa kuat mereka bertahan.
"Akhirnya kita bertemu," kata pria itu, suaranya rendah dan penuh ketegasan. "Aku sudah menunggu lama untuk pertemuan ini."
Evelyn menatap pria itu dengan tajam. Ada sesuatu yang tidak beres dengan semuanya, dan dia bisa merasakannya. "Siapa kamu?" tanyanya, berusaha tetap tenang meskipun dalam hatinya ada gelombang pertanyaan yang menghantui.
Pria itu hanya tersenyum samar, lalu perlahan melepaskan topeng yang menutupi wajahnya. Evelyn dan Zayne terkejut melihat siapa yang ada di balik topeng itu. Sosok yang muncul bukanlah orang asing, melainkan seseorang yang pernah mereka kenal, seseorang yang telah lama hilang dari radar mereka—seseorang yang ternyata memiliki kaitan erat dengan masa lalu mereka.
"Aku... adalah orang yang kalian cari," ujar pria itu dengan senyuman dingin. “Aku adalah pemimpin dari Crimson Order.”
Evelyn terkejut, mulutnya terasa kaku. "Tidak mungkin," gumamnya, suaranya hampir tak terdengar. “Kau...kau...”
Zayne pun tampak tak bisa berkata-kata, wajahnya terbalut kebingungan. “Kenapa… kamu melakukan ini?” tanyanya dengan kesal. “Kenapa kita harus terlibat dalam permainan ini?”
Pria itu mengangkat bahu, seolah tak terpengaruh oleh amarah mereka. "Kalian berdua terlalu banyak menggali. Kalian terlalu banyak bertanya, dan akhirnya kalian sampai di tempat yang seharusnya tak pernah kalian temui. Crimson Order bukan hanya sekadar organisasi. Kami adalah bagian dari sesuatu yang lebih besar, lebih tua, dan lebih berbahaya."
Evelyn merasa darahnya berdesir. Ada sesuatu dalam perkataan pria itu yang membuatnya semakin terperangkap dalam jaring-jaring tak terlihat. "Apa maksudmu dengan sesuatu yang lebih besar?" tanyanya dengan suara tegang. "Apa yang sebenarnya kalian rencanakan?"
Pria itu menatapnya lama, seolah sedang menimbang apakah dia akan memberi jawaban yang lebih jelas. Lalu, dengan senyuman dingin, dia berkata, "Kalian akan segera mengetahuinya. Tapi untuk sekarang, kalian tidak punya pilihan selain mengikuti apa yang sudah digariskan. Waktu kalian hampir habis."
Dengan gerakan yang sangat cepat, para anggota Crimson Order yang sebelumnya mengelilingi mereka bergerak maju, siap untuk menangkap mereka. Evelyn merasakan perasaan panik yang tumbuh di dalam dirinya, namun dia berusaha keras untuk tetap tenang. Mereka tidak bisa menyerah begitu saja.
Zayne bergerak cepat, melompat untuk melindungi Evelyn. "Kita harus bertarung, Evelyn! Ini satu-satunya cara kita bisa keluar hidup-hidup!"
Namun, sebelum mereka bisa bergerak lebih jauh, pria itu mengangkat tangannya, memberi isyarat pada para anggota Crimson Order untuk mundur. "Tunggu," katanya dengan suara tenang namun penuh perintah. "Aku tidak akan membunuh kalian… setidaknya belum. Tapi kalian harus mengerti, ini bukan akhir dari semuanya."
Evelyn tidak mengerti apa yang dimaksud pria itu, namun dia merasa ada sesuatu yang sangat besar yang sedang terjadi. Sebuah permainan besar, dan mereka hanya sebagian kecil dari itu. Dan meskipun dia tahu bahwa bahaya mengintai mereka di setiap langkah, dia tidak bisa menahan rasa penasaran yang semakin menguasainya. Ada terlalu banyak teka-teki yang belum terpecahkan, dan dia bertekad untuk mengungkap semuanya, tidak peduli seberapa berbahayanya.
Pria itu mundur beberapa langkah dan memberi isyarat pada Zayne dan Evelyn untuk mengikuti mereka. "Ikut aku. Jangan salah paham. Aku tidak ingin kalian mati sekarang. Ada hal yang lebih penting untuk kalian ketahui."
Zayne menatap Evelyn, dan sejenak mereka saling bertukar pandang. Tanpa kata-kata, mereka menyadari bahwa satu-satunya jalan keluar adalah dengan mengikuti pria itu. Keputusan ini bisa berbahaya, tapi mereka tak punya pilihan lain.
Evelyn akhirnya mengangguk. "Baiklah, kita ikut."
Pria itu tersenyum dingin, lalu memimpin mereka keluar dari ruang bawah tanah yang gelap menuju lorong-lorong yang lebih jauh ke dalam kompleks yang tidak mereka kenal sebelumnya.
Di saat yang sama, ada seseorang yang menyaksikan kejadian ini dari jauh, seseorang yang telah lama menunggu saat ini tiba. Dia tahu bahwa malam ini adalah titik balik dalam permainan ini—dan keputusan yang akan dibuat dalam beberapa jam ke depan akan menentukan siapa yang akan mengendalikan masa depan dunia ini.
"Segalanya akan berubah malam ini," ujar orang itu, sebuah senyum misterius tersungging di wajahnya.
.
.
.
Ada tulisan lain juga yang kegajeannya gak kalah dari novel ini, kalo kepo bisa banget kalian klik link yang di sematkan di bawah ini:
Tapi kalo gak tertarik, usahakan untuk tertarik ya heheh, aku sayang kalian semua kawan ...
Kalo berkenan boleh singgah ke "Pesan Masa Lalu" dan berikan ulasan di sana🤩
Mari saling mendukung🤗