Di paksa ikut ke salah satu club malam, Amara tidak tahu jika ia di jadikan barang taruhan oleh kakak tirinya di atas meja judi. Betapa hancurnya hati Amara karena gadis berusia dua puluh tiga tahun harus ikut bersama Sean, seorang mafia yang sudah memiliki istri.
Amara di jadikan istri kedua oleh Sean tanpa sepengetahuan Alena, istri pertama Sean. Tentu saja hal ini membuat Alena tidak terima bahkan wanita ini akan menyiksa Amara di saat Sean pergi.
Seiring berjalannya waktu, Sean lebih mencintai Amara dari pada Alena. Hingga suatu hari, ada rahasia yang terbongkar hingga membuat Sean menceraikan Alena dan membuat Amara menjadi istri satu-satunya kesayangan Sean.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ni R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 16
"Selidiki keluarga Amara," titah Sean pada Daren.
"Baik tuan!" Jawab Daren.
"Malam ini juga aku mau mendengar laporan mu."
Daren hanya mengangguk kemudian pergi.
"Ada barang bagus," ucap Leon memberitahu. "Dia sudah terbaring di meja operasi."
"Apa masalahnya?" Tanya Sean.
"Pencandu,...!!' Jawab Leon singkat.
"Barang rongsokan kau berikan pada ku. Untuk apa?"
"Buat latihan!" Jawab Leon dengan santainya menghidupkan sebatang rokok.
"Aku tidak bisa pulang larut malam lagi," ujar Sean memberitahu Leon.
"Kenapa?"
"Amara terus mengomel tadi malam. Telinga ku panas mendengarnya!"
"Baguslah, itu artinya dia peduli pada mu. Ngomong-ngomong, kenapa kau tiba-tiba ingin menyelidiki keluarga Amara?"
Sean pun menceritakan pada Leon apa yang di ceritakan Amara padanya. Di siksa, tidak di sekolahkan bahkan nyaris di bunuh ibu tirinya.
Setelah menceritakan tentang Amara, Sean pergi ke salah satu tempat yang paling belakang di dalam markas ini. Hanya melihat dengan senyum sinisnya kemudian pergi begitu saja.
"Hai,....!!" Panggil Sean pada salah satu anak buahnya.
"Iya tuan, ada yang bisa di bantu?"
"Beri dia makan dua hari sekali. Buat sedingin mungkin ruangan itu jika malam!" Titah Sean.
"Baik tuan....!!''
Sean masuk ke dalam ruangan pribadinya, pria ini menatap dua bola mata yang sengaja di awetkan sejak empat tahun yang lalu.
"Suatu saat, kau akan melihat dengan mata mu di saat aku membunuh orang yang sudah membunuh mu," ucap Sean penuh dendam.
Entah bola mata siapa yang di awetkan Sean tapi, sampai ia belum menemukan pelaku pembunuhan pada adik perempuannya, Sean akan tetap menyimpan bola mata adik satu-satunya.
Sean kembali ke mansion, di carinya Amara di kamar dan ternyata ia sedang duduk di balkon kamar sambil memandang ke arah danau.
Bergejolak rasa penasaran dalam hati Amara untuk melihat secara langsung danau tersebut.
"Kenapa melamun?" Tegur Sean.
"Tidak kenapa-kenapa." Jawab Amara.
"Aku ada perjalanan bisnis ke luar kota selama tiga hari. Apa kau mengizinkan ku pergi?"
Untuk yang pertama kalinya Sean meminta izin pada sang istrinya.
"Tentu saja, suamiku pergi untuk mencari rezeki. Aku selalu mendukung mu, sayang!" Jawab Amara dengan tingkah centilnya.
"Kau sudah mencintaiku?" Tanya Sean.
"Mau tidak mau aku harus mencintai suamiku," ucap Amara lalu tertawa.
Sean memeluk Amara dari belakang.
"Kita tidak akan bertemu selama tiga hari. Mari saling memuaskan untuk malam ini," bisik Sean membuat Amara merinding.
"Sepertinya kau pria kesepian," ucap Amara.
"Alena memang istri ku tapi, rumah tangga kami begitu hampa."
"Kenapa begitu?" Tanya Amara penasaran.
"Hari kedua aku menikah, Alena dengan terang-terangan meminum obat penunda kehamilan bahkan dia mengatakan tidak ingin memiliki anak. Sejak hari itu lah hati ku mendadak mati di tambah lagi dia sudah membohongi selama beberapa tahun ini."
"Tapi, ku lihat kau dan dia sangat mesra!"
"Aku tidak bisa menceritakan semuanya pada mu, Amara. Cukup kau tahu jika kau sekarang satu-satunya istri ku," ucap Sean.
"Aku benar-benar tidak mengerti apa maksud dan tujuan mu," ujar Amara.
"Tetaplah menjadi istri yang polos. Aku suka kau apa adanya!"
"Entah kenapa aku begitu geli mendengar kata-kata mu," ucap Amara.
"Hai, kenapa begitu?" Tanya Sean melepaskan pelukannya.
"Aku belum pernah menjalin hubungan dengan laki-laki mana pun. Sekalinya ada, langsung menikah dengan mu!"
"Apa kau sudah mencintai ku?" Tanya Sean lagi.
"Kau suami ku, sudah kewajiban ku mencintai mu." Jawab Amara.
Sean kembali memeluk Amara dari belakang, menikmati senja dari kamar mereka. Sean terus mengingatkan agar Amara tidak pergi ke danau sana tapi, hal tersebut semakin membuat Amara penasaran.
Malam pun datang, selesai makan malam Sean pergi ke ruang kerja miliknya sebentar. Sesuatu yang selama ini di cari Alena, ternyata lantai di dalam ruangan tersebut bisa di buka.
Tidak ada yang tahu selain Sean dan Leon. Di dalam sana tersimpan harta benda milik Sean bahkan ada beberapa senjata api paling mahal dan bagus tersimpan di sana.
Tumpukan emas, uang dalam jumlah besar tersimpan rapi di dalam ruangan bawah tanah tersebut.
"Ini yang di cari Alena selama ini. Berkas kepemilikan beberapa perusahaan dan rumah sakit. Sumber uang yang paling utama dari keluarga ku," ucap Sean dengan tawa kecilnya.
Terus melihat-lihat sampai puas pada akhirnya Sean kembali ke kamar. Tidak ada yang tahu bagaimana cara membuka tempat itu selain Sean dan Leon. Bahkan pintunya pun terletak tepat di bawah meja kerjanya.
"Sudah selesai pekerjaannya?" Tanya Amara.
"Iya, apa kita bisa mulai sekarang?" Sean bertanya balik.
"Mulai apa?" Tanya Amara lupa.
Sean menarik nafas panjang kemudian membuangnya kasar.
"Bikin anak, apa lagi....!" Jawab Sean yang langsung menindih tubuh istrinya.
"Geli.....!!" Kata Amara saat Sean menggesekkan wajahnya di perut Amara.
"Aku mau anak kembar!" Ujar Sean.
Pria ini langsung melepas semua pakaian istrinya dan dirinya. Tidak ada pemanasan karena Sean yang sudah tidak tahan langsung memasukan mamasukan tongkat baseball miliknya ke dalam sawah lembab.
Aaaaaarh.......
Desaah Sean dan Amara terdengar begitu nikmat. Pak Pet dan Daren saling toleh tanpa suara.
"Pelan-pelan.....!!'' Ucap Amara.
"Iya sayang....!!" Jawab Sean yang langsung menggoyangkan pinggulnya.
Tak...tak...tak.....
Bunyinya sedikit menghentak memekik telinga. Pak Pet dan Daren menempelkan kuping mereka ke dinding serapat mungkin.
"Dari pada di remas, aku lebih suka di hisap!" Ucap Amara terdengar begitu jelas di telinga Pak Pet dan Daren.
"Seperti ini?"
Plok...plok....plok....
"Aku hampir keluar," ucap Sean.
Plok...plok...plok....
Amara merapatkan kedua kakinya.Tangannya mulai menjambak rambut suaminya.
Aaaaaaarh........
Desaah Sean dan Amara bersama-sama. Suara erangan terdengar menembus dinding kamar lagi.
Pak Pet dan Daren hanya bisa menelan ludah mereka kasar.
"Bangunkan lagi,....!!" Titah Sean pada istrinya.
Bagaimana tidak terdengar, dinding tempat mereka mengintip sangat mepet dengan ranjang milik Amara.
"Tuan sudah menemukan kembali ladang cintanya. Kita kapan ya pak Pet?" Tanya Daren berbisik.
"Ayo pergi, jangan ganggu mereka. Bahaya, bisa mati kita nanti." Ujar pak Pet.
Bergegas mereka berdua turun kebawah. Kepala yang panas, dada yang sesak tak bisa tersalurkan. Daren mulai memikirkan untuk mencari seorang istri.
Begitu juga dengan pak Pet yang sudah menduda sejak lima tahun yang lalu. Mendengar suara cinta sang tuan membuat jiwa muda pak Pet kembali berkobar.
tapi kalo lagi jutek tetep ngakak