Runa seorang gadis cantik yang sudah lelah menjalin hubungan dengan kekasihnya yang posesif memilih mengakhiri sepihak. namun apakah Abi akan membiarkan gadis yang sudah di claim sebagai miliknya lolos dari genggamannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wattped Love, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bully
Runa, Cika, dan amel berjalan santai di koridor kelas. Mereka bertiga berniat ke kantin untuk mengisi perut. Karena sudah jam istirahat banyak anak-anak yang sudah keluar dari kelas untuk istirahat. Ada yang duduk di depan, pergi ke kamar mandi, ada yang ke perpustakaan, juga ada yang ke kantin seperti mereka.
Antariksa adalah salah satu sekolah SMA favorit di jakarta. Tidak heran jika murid-muridnya berasal dari keluarga kalangan atas. Mengingat biaya SMA antariksa cukup besar. Bulanannya aja sepuluh juta, belum lagi untuk keperluan buku, praktek, dan lain-lainnya.
Tidak heran jika ada murid beasiswa pasti anak itu memiliki kepintaran yang cukup namun biaya yang kurang. Tapi ya tetap saja mereka tidaklah setara. Janganlah salahkan jika anak-anak beasiswa tidak punya banyak teman di antariksa. Dan yang penting mereka harus kuat mental. Tak jarang anak-anak orang kaya yang membuli anak-anak miskin. Seperti contohnya yang di lakukan runa saat ini.
Brakk
Runa menggebrak meja kantin kencang. Matannya menatap tajam gadis berkacamata bulat yang menundukkan kepalanya.
" LO BUDEG APA TULI HAH! GUE BILANG KUAHNYA DI PISAH BODOH BUKAN DI CAMPUR! GANTI CEPET!" bentak runa keras.
" Ta~tapi kak ua-ku udah abis." balas gadis culun itu terbata.
Tubuhnya gemetar saking takutnya dengan kakak kelasnya itu. Bodohnya ia lupa dengan permintaan runa saking kagetnya saat di suruh membeli makanan dengan uangnya. Padahal ia hanya membawa uang dua puluh ribu, sedangkan harga bakso di kantin antariksa dua puluh lima ribu. Jadilah ia mengutang dulu di kantin. Untung penjual baksonya baik. Dengan terpaksa ia juga tidak bisa makan siang karena uangnya habis. Tapi jika ia harus mengganti bakso lagi dari mana ia dapat uangnya.
" LO PIKIR GUE PEDULI!" ucap runa tersenyum acuh.
" CEPETAN LO GANTI SEBELUM GUE LEMPAR NIH MANGKOK DI KEPALA LO!" sentak runa mengangkat mangkok bakso di depan gadis culun itu. Entah siapa namanya runa tidak peduli.
Cepat-cepat gadis berkacamata bulat itu kembali mendatangi penjual bakso yang harganya mahal itu. Sebelum kuah panas bakso mengguyur tubuhnya. Semoga ia bisa mengutang lagi.
Kedua sahabatnya hanya menikmati ulah runa sembari menyeruput minuman yang mereka pesan. Hari ini Amel dan Cika tidak ikut campur karena mereka pikir gadis di depannya itu terlalu lemah untuk di keroyok.
Sedangkan murid lain ada yang iba, ada juga yang ikut mendukung apa yang runa lakukan. Melihat anak-anak miskin yang runa bully seperti hiburan tersendiri bagi mereka. Khususnya murid-murid yang tidak jauh berbeda dari runa dan kedua sahabatnya.
Runa memutar bola matanya malas saat melihat kekasihnya datang bersama antek-anteknya menghampiri mejanya. Dengan santainya Abi duduk di dekat runa menggusur Cika dari tempat duduknya. Cika
mendengus pasrah, mau tak mau ia pindah di samping Amel dari pada kena amukan psikopat.
" Kam...." belum selesai Abi berucap seorang gadis berkacamata bulat menghampiri meja mereka. Dengan tangan gemetar gadis itu meletakkan bakso yang di pisah dalam dua mangkuk sesuai pesenan runa tadi. Bakso, mie, dan kuahnya terpisah.
Biasanya runa tidak pernah pilih-pilih cara penyajian. Entah itu di pisah, di campur, bukan masalah baginya yang penting rasa baksonya mantul. Tapi karena ingin mengerjai gadis culun itu jadilah runa sedikit bertingkah.
" I~ni kak." ucap gadis itu dengan suara pelan dan bergetar. Kepalanya menunduk tidak berani menatap siswa-siswi most wanted antariksa.
Mata runa berbinar melihat baksonya sudah datang. Tanpa mengucapkan terimakasih runa langsung menyeruput kuah bakso yang masih original. Rasa hangat menjalar di tenggorokannya seketika.
" Ngapain loh masih di sini? Sana pergi hus...hus.." usir Amel yang melihat gadis culun itu masih saja berdiri di depan mereka.
" Emm...i~tu kak bakso ya~ng tadi boleh buat aku ngga kak?" tanya gadis itu penuh harap. Perutnya sangat lapar belum di isi makanan dari pagi. Uangnya habis tidak tersisa di palak kakak kelasnya.
Amel mengangkat mangkok yang berisi bakso masih utuh tapi sudah sedikit dingin.
" Ini maksud Lo?" Amel menujuk bakso di tangannya pada gadis itu.
" I~ya kak."
Dengan tanpa perasaan Amel menumpahkan isi mangkok di lantai kantin. Kuah itu tumpah tidak tersisa dengan sia-sia sedikit mengenai sepatu gadis itu. Bulatan bakso menggelinding di bawah meja.
"Tuh ambil." ucap Amel menujuk dengan dagunya.
Cika, Deni, dan Alex menahan bibirnya yang berkedut menahan tawa. Melihat wajah gadis berkacamata bulat yang pasrah menahan air mata. Sedangkan runa acuh lebih memilih menikmati baksonya.
" Ngga mau?" tanya Cika tersenyum miring.
Tidak tahan dengan ulah kakak kelasnya yang membuatnya sangat malu dan rendah. Gadis itu beranjak pergi. Biarlah perutnya lapar dari pada hatinya sakit setiap mendengar cemoohan mereka. Ia mengusap sudut matanya yang berair.
Baru berjalan tiga langkah. Kakinya berhenti saat mendengar suara berat.
"Tunggu." ucap orang itu.
Gadis itu sudah memejamkan matanya bersiap mendengar kalimat pedas lagi. Namun mau tak mau gadis itu berbalik badan.
" Iya kak." balas gadis itu sangat pelan.
" Nih buat Lo." Abi menyodorkan selembar uang berwarna merah pada gadis yang sudah kekasihnya bully itu. Anggap saja sebagai imbalan sudah membelikan runa makanan.
Mata gadis itu membulat melihat uang yang di berikan Abi kepadanya. Perlahan gadis itu mencoba berani menatap Abi mencari kebohongan di sana. Takut jika cowok itu hanya mempermainkannya. Tapi di lihat dari wajahnya yang datar tidak ada niat jahat seperti yang ia pikirkan.
Dengan tangan yang bergetar ia menerima uang itu. Katakan ia tidak sopan tapi dirinya benar-benar butuh uang itu. Selain untuk membayar hutang tukang bakso juga untuk membelinya makan siang.
" Makasih kak." ucap gadis itu tulus lalu buru-buru pergi sebelum uangnya di ambil teman-teman Abi.
" Hemm."
Runa mengunyah baksonya dengan bibir yang mengerut tanpa suara. Dirinya sebal melihat Abi menolong gadis culun itu. Sejak kapan psikopat itu jadi baik bak dewa sampe-sampe mau menolong orang lain. Sejak dulu tidak pernah tuh runa mendengar Abi membela gadis yang ia bully. Apa jangan-jangan Abi suka gadis itu? Rendah sekali selingkuhannya nanti. Tapi baguslah jika benar jadi ia tidak perlu repot-repot mengotori tangannya untuk menyingkirkan Abi dari hidupnya yang tenang.
Amel,Cika,Deni,dan Alex pun tidak kalah terkejut melihat apa yang di lakukan Abi. Lidah mereka kelu untuk mengajukan protes. Padahal sedang asik-asiknya tapi mau membantah juga tidak berani. Amel yang dulunya sangat cerewet saja bisa kicep di depan Abi setelah mendengar cerita dari runa.
Selesai memakan makanannya runa berniat kembali ke kelas. Kedua sahabatnya memang tidak memesan makanan hanya memesan minuman saja.
" Mau kemana?" tanya Abi menahan tangan runa yang hendak pergi.
" Kelas." balas runa cuek enggan melihat Abi.
" Duduk aku belum makan." Abi menarik tangan runa lembut agar kembali duduk.
Terus masalahnya sama gue apa cibir runa dalam hati.
" Temenin aku makan dulu." pinta Abi memaksa.
" Berdua." lanjut Abi mengkode sahabatnya agar pergi dari hadapannya sekarang juga.
Alex dan Deni yang paham arti tatapan Abi. Keduanya langsung menarik tangan dua cewek agar pergi dari sana.
" Ehhh apa-apaan nih." kaget amel dan Cika saat tangannya di tarik paksa Alex dan Deni. Keduanya berteriak saat di seret tanpa lembut sedikit pun keluar dari kantin. Tangannya melambai-lambai pada runa meminta tolong.