Runa seorang gadis cantik yang sudah lelah menjalin hubungan dengan kekasihnya yang posesif memilih mengakhiri sepihak. namun apakah Abi akan membiarkan gadis yang sudah di claim sebagai miliknya lolos dari genggamannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wattped Love, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tersangka
" Iihhh ayah.... emangnya ayah mau apa pisah dari putri ayah yang cantik dan imut ini." rayu runa menampilkan wajah imutnya yang di buat-buat.
" Yahh kalo untuk kebaikan kamu kenapa tidak. Sekarang kamu kan udah kelas 12 jadi harus ke lebih rajin belajarnya biar lulus dengan nilai terbaik." ujar Hendra menasihati.
Sebenernya Hendar juga tidak sanggup jika harus jauh dari putri satu-satunya. Tapi bagaimana pun memimpin perusahaan besar tidaklah mudah. Mereka harus memiliki sifat berdiri dengan dengan kakinya di atas kakinya sendiri. Banyak sekali musuh-musuh yang harus mereka hadapi. Entah musuh dari luar ataupun dari dalam.
Dan sebagai orang tua ia juga tidak bisa selalu ada di dekat putrinya. Suatu saat pasti ada waktunya ia atau istrinya di panggil tuhan. Jadi sebelum itu terjadi Hendar berjanji akan membuat hidup putrinya jauh lebih baik darinya. Menjaganya dari orang-orang yang berniat tidak baik pada runa.
" Udah ah runa mau berangkat dulu udah telat." ucap runa berusaha menghindar. Ia mencium kedua pipi Hendra dan Laras.
" Hati-hati sayang, jangan makan sembarangan." nasihat Laras tidak main-main. Sudah sering kali putrinya itu mengabaikan kesehatannya.
" Iya bunda."
" Kalo runa ngga lupa." teriak runa berlari kecil menjauhi ruang tamu sebelum bundanya itu ngamuk.
" Anak itu." guman Hendra menggelengkan kepalanya pelan.
" Persis sekali dengan mas." balas Laras yang mendengar gumanan suaminya. Ia menata piring-piring kotor menjadi satu.
" Enak aja, mas pas waktu muda baik ya, rajin, pinter, ganteng, nurut sama orang tua. makanya kamu diam-diam jatuh cinta sama mas." goda Hendra menaik turunkan aslinya tersenyumlah lebar.
" Ngga yah." bantah Laras tapi pipinya bersemu merah.
Astaga Laras malu sendiri jika mengingat kelakuan ja'imnya saat kuliah dulu. Ia akan menaruh surat cinta di loker milik suaminya juga makanan hasil masakannya sendiri diam-diam. Ia pikir tidak ada yang tau dengan apa yang Laras lakukan. tapi ternyata Hendra sendirilah yang sudah menyadari lebih dulu siapa yang suka memenuhi lokernya. Tapi anehnya saat itu Hendra membiarkan Laras berbuat sesukanya di loker miliknya. Lama-lama ia jadi tertarik dengan sosok perempuan pendiam pemilik jepit rambut berwarna pink itu. Dan sekarang perempuan itu sudah menjadi istrinya sejak tujuh belas tahun yang lalu. Tidak terasa ternyata usianya sudah tidak muda lagi. Putrinya sebentar lagi lulus dari SMA.
" Mau mas kasih semua buktinya sayang." ujar Hendra menarik pinggang istrinya membawanya duduk di pangkuannya. Memeluk erat tubuh mungil istrinya yang sangat ia cintai sejak dulu sampai sekarang. Cintanya tidak pernah pudar pada Laras, justru setiap hari rasanya gelora di hatinya semakin membara. Istrinya yang masih terlihat cantik di usianya yang sudah tidak muda lagi membuat Hendra ekstra menjaga Laras dari laki-laki di bawahnya yang masih sering ia dapat melirik penuh kagum Laras.
Itulah kenapa ia sudah tidak mengijinkan Laras menjadi sekretarisnya. Ia tidak mau sampai di tinggalkan istrinya karena bertemu orang-orang yang lebih hebat di luar sana. Sungguh ia tidak sanggup melihat Laras bahagia dengan pria lain.
" Ihh lepas mas, malu nanti kalo ada yang liat." ucap Laras berusaha melepaskan pelukannya suaminya.
" mana ngga ada siapa-siapa kok." bantah Hendar tidak mau melepaskan pelukannya.
" Mas kangen sayang." bisik Hendra meletakkan kepalanya di pundak Laras. Mencium wangi tubuh istrinya.
" Kangen gimana? Orang setiap hari ketemu." balas Laras pasrah membiarkan tubuhnya berada di kungkungan Hendra.
" Mas kayanya ngga mau ke kantor hari ini, mau buat adik aja buat runa." bisik Hendar lembut.
Plak
Laras menepuk lengan kekar Hendra. Emangnya mau sampai runa marah punya adik di usianya yang sudah besar. Bisa-bisa putrinya itu ngambek dan kabur ke rumah neneknya. Dan mengadu yang tidak-tidak. Bisa pusing Laras mendengar ceramah ibu mertuanya yang panjang lebar.
" Hahaha....mas bercanda sayang." kekeh Hendra mengecup pipi Laras.
Lagian kalo Hendra serius ingin memiliki anak lagi. Pasti sudah lama ia buat, tapi ia tidak tega melihat istrinya kesakitan saat melahirkan. Cukup satu anak saja.
" Tapi kalo prosesnya jadi ya sayang, adik mas udah bangun." guman Hendra sedikit menahan suaranya. Saat merasakan pantat nakal istrinya bergerak-gerak di atas miliknya yang sudah tegang.
" Baperan banget sih adik mas." keluh Laras yang merasa suaminya itu tidak ada puas-puasnya.
Tanpa menjawab Hendra mengangkat tubuh istrinya di gendongannya. Untuk melakukan hal yang menyenangkan.
***
" Makasih pak." ujar runa pada sopirnya.
" Sama-sama non."
Runa turun dari mobilnya. Ia berjalan menuju kelasnya. Sudah banyak siswa yang hadir di sekolah. Gini-gini runa jarang sekali telat yah. Di koridor kelas banyak anak-anak yang bersantai menunggu bel masuk. Ada juga yang piket,sekedar duduk atau pun menggosip. Seperti saat ini telinganya mendengar bisikan-bisik tetangga.
" Ihhh kak runa kok tambah cantik sih. Bikin itu aja."
" Kulitnya mulus banget anjir kira-kira pakai skincare apa yah pasti mahal."
" Akhirnya ngga sia-sia gue belajar biar bisa masuk antariksa ketemu langsung sama kak runa."
" Kak runa motivasi gue banget ahhh."
" Pengin cantik juga kaya kak runa."
" Ya ampun jalannya aja anggun banget."
Dan masih banyak lagi.
Bibirnya tersenyum miring mendengar pujian-pujian dari siswa lain yang di tunjukkan kepadanya. Bukan rahasia umum runa selalu menjadi idola siswa-siswa lain. Selain karena cantik ia juga bersalah dari keluarga yang berada dan cukup berpengaruh di antariksa.
Sampai di kelas runa menatap tajam Cika dan amel yang tengah berbincang di kursinya santai tanpa merasa bersalah sudah meninggalkan dirinya.
" AMEL, CIKA GUE BENCI KALIAN BERDUA!" teriak runa keras menghampiri kedua sahabatnya.
Amel dan Cika terlonjak kaget mendengar teriakan runa. Keduanya melihat sang empu yang tengah menatap tajam dan bibir yang di monyongkan ke depan.
" Lo kenapa sih anjirr?" tanya Cika bingung. Sahabatnya itu aneh datang-datang teriak-teriak ngga jelas. Kasihan sekali teman-teman kelasnya jadi budeg mendengar suara cempreng runa.
" Ini nih anak yang pulang ngga bilang-bilang, gue udah khawatir banget di kira lo di culik
apa ilang ternyata udah balik duluan." sewot Amel melipat kedua tangannya di dada.
" HAH GIMANA-GIMANA?" tanya runa tidak paham. Bukannya dirinya yang di tinggalkan kenapa jadi dirinya yang di salahkan. Wah-wah sepertinya ini ada yang tidak beres.
" Lo pikun apa amnesia?"
" Di mana lo semalam coba. Kita udah cari kemana-mana ngga ketemu. ternyata Lo pulang duluan karena nenek loh di bandung sakit parah. Minimal ngomong kek jangan asal kabur aja. Untung Lo baik-baik aja." marah Amel tapi percayalah ia sangat khawatir dengan runa kemarin malam.
" Kata siapa?"
" Wahh beneran amnesia nih anak, mel tunjukin pesan nih bocah kemarin malam." suruh Cika.
Runa menerima hp yang Amel sodorkan. Ia membaca dari atas sampai bawah pesan yang sahabatnya kirim. Benar saja ada pesan yang terkirim dari dirinya tanpa ia tau siapa yang mengirim. Karena runa tidak merasa mendapatkan pesan itu apalagi membalasnya.
" Udah percaya sekarang?" tanya Amel sarkas.
Runa mengangguk-anggukan kepalanya paham. Ohhh pantes saja tidak ada pesan yang mencari keberadaannya. Ternyata ada udang di balik bakwan. Sepertinya runa tau siapa orang yang berani-beraninya menyabotase ponsel miliknya. Hanya satu orang yang terduga besar menjadi tersangka.
" Abi!"
Sudah pasti kekasihnya itu yang melakukannya. Bisa di jamin seratus persen. Runa mendudukkan pantatnya di kursi miliknya dengan lemas. Ia malas jika harus berurusan dengan Abi lagi. Lebih baik ia membiarkan masalah ini dari pada runa di buat emosi dengan kata-kata Abi yang seakan ingin membuat dirinya jadi pembunuh saat itu juga.