Sejak paham akan jati dirinya, Ringgo berontak dan menjadi 'liar' hingga 'Papa' terpaksa 'mengkarantina' dirinya hingga menjadi seorang perwira. Hatinya pernah patah karena kekasihnya mencintai Rudha, 'kakaknya sendiri'.
Kericuhan masih belum usai saat tanpa sengaja dua gadis hadir dalam hidup Letnan Ringgo dan Letnan Arre tanpa ada hati pada dua gadis malang tersebut. Kelakuan bengal mereka nyaris membuat dua wanita nyaris bunuh diri hingga mereka harus menanggung sesuatu atas keadaan.
Ujian Tuhan belum terhenti hingga petaka datang dan mengubah jalan hidup mereka melalui hadirnya Letnan Ribas.
Akankah hati mereka bersatu atau malah akan menjadi masalah pada akhirnya dan di saat yang sama, seorang wanita itu menggoyahkan perasaan para pria??
SKIP yang tidak tahan dengan KONFLIK. PENUH KONFLIK.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NaraY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
7. Selangkah lebih maju.
"Papaaaaa..!!!!" Mama Dilan menghambur memeluk Papa Rama. "Sudahlah, Pa. Serapatnya menimbun bangkai, pasti akan tercium juga."
Papa Rama sejenak memejamkan matanya. "Papa hanya tidak ikhlas Dara mengetahuinya dari orang lain."
Mama Dilan mengusap pipi Papa Rama dan memeluknya. "Mama tau setiap malam Papa masih memanjatkan do'a meskipun do'a tersebut teramat sangat mustahil. Sebenarnya Mama malu mengatakannya tapi... di usia Papa yang sangat matang, tunggulah lima bulan lagi. Mama beri hadiah Papa anak perempuan."
"Allahu Akbar..!!" Papa Rama balas memeluk Mama Dilan dengan tangis haru nya. "Di jaga betul ya, Ma..!!"
Tepat di saat yang sama, Bang Rudha dan Bang Ribas tiba di tempat.
"Bajiruuuuuttttt...!!!" Bang Arre mengacak-acak rambutnya.
"Aseeeemm.." Bang Ringgo menepuk keningnya dan menggeleng gemas.
"C*k.. J****k... aku nggak mau punya adik perempuan lagi..!! Repot..!!!!!" Ucap geram Bang Ribas.
Bang Rudha menahan tawanya tapi hanya bisa menghela nafas panjang setelahnya.
...
Bang Rudha, Bang Ringgo, Bang Arre dan Bang Ribas membuat sidang perkara atas kelakuan Murti putri Bi Pon.
"Tapi itu kenyataannya kan, Den..!!" Kata Murti.
"Itu benar, tapi tidak ada hak mu untuk mengatakan hal itu." Tegur Bang Ringgo.
"Kamu besar bersama kami tapi kamu juga tidak boleh sembrono. Kamu besar dan bersekolah bersama Dara tapi bukan berarti kamu bisa semuanya ikut campur dalam keluarga kami..!!" Bang Ribas pun ikut angkat suara.
"Maaf..!!" Hanya itu saja jawaban dari Murti.
"Maaf?? Apakah masalah langsung akan selesai dengan kata maaf???" Imbuh Bang Rudha.
"Lalu Murti harus bagaimana?? Nanti saat menikah juga Pak Rama tidak akan bisa menjadi walinya." Jawab Murti.
braaaakkkk..
Bang Arre yang sejak tadi terdiam sudah tidak bisa membendung rasa kesalnya. "Itulah sebabnya kami tidak bisa menyayangimu seperti kami menyayangi Dara. Papa mendidik kami, mendidik Dara dan mendidikmu dengan cara yang sama. Tapi hatimu terlalu kotor, Murti..!!! Kamu menghancurkan hati seorang gadis tanpa dia siap menghadapinya."
Murti terdiam memalingkan wajahnya seakan sama sekali tidak ada penyesalan di dalam hatinya.
"Bibi minta maaf, Den. Memang Bibi yang salah sudah bercerita pada Murti." Kata Bi Pon.
"Bawa pergi anak bibi dan jangan kembali ke rumah ini lagi..!!" Usir Bang Ringgo.
"Masalah seperti ini kalian besarkan??? Lalu bagaimana dengan kelakuan Dara dan temannya yang suka tidur dan mabuk dengan laki-laki. Apa harus juga kesebarkan berita ini di media agar nama besar Papa kalian menjadi hancur????" Ancam Murti.
"Murtiiiii.. sudah, jangan buat ulah..!!" Cegah Bi Pon.
"Biarlah Bu, sejak dulu aku kesal kenapa Pak Rama hanya sayang dengan Dara padahal status kami sama-sama bukan anak kandung." Pekik Murti.
Dara terhuyung lemas dan Bang Ringgo sigap menahan tubuh adiknya.
"Dara tiba di rumah ini saat dia masih bayi dan baru terlahir. Sedangkan kamu baru tiba di saat kamu TK. Dara sudah menjadi 'darah' kami sedangkan kami tidak paham kenapa Papa bisa membawa tuba ke rumah ini." Jawab Bang Ribas.
Murti tidak bisa menjawab apapun kemudian tanpa pamit segera meninggalkan ruangan.
"Bibi sungguh mohon maaf ya, Den..!!" Bibi segera menyusul langkah Murni, putrinya.
"Daraaaa..!!!!" Bang Arre keget saat melihat Dara pingsan. Ia langsung menarik Dara dari dekapan Bang Ringgo dan membawanya masuk ke kamarnya.
...
Asap rokok mengepul menemani siang Bang Ringgo.
"Om.. benarkah kita akan pengajuan nikah?" Tanya Niken ragu.
"Iya. Kamu sudah siap?? Tidak akan rumit, hanya formalitas saja karena saya juga banyak pekerjaan." Jawab Bang Ringgo.
"Sebenarnya, Niken tidak siap."
"Kenapa?" Tanya Bang Ringgo.
"Niken takut."
"Takut apa?" Selidik Bang Ringgo sembari menghembuskan asap rokoknya.
"Takut sama Bang Nando dan Bang Fauzi." Jawab Niken jujur.
"Itu urusan saya. Ayo cepat jalan..!!!" Ajak Bang Ringgo.
"Tapi di Batalyon pasti ada Bang Nando dan Bang Fauzi." Kata Niken mengulang lagi ucapannya.
"Apa yang kamu takutkan??? Saya yang mengajakmu pengajuan lebih dulu berarti saya adalah laki-laki yang akan menjadi suami kamu, bukan Kapten Nando atau pun Letnan Fauzi." Ucap tegas Bang Ringgo.
"Om belum tau siapa Kapten Hernando. Preman pun tidak berani mendekat. Itulah sebabnya mulai dari luar negeri hingga disini Niken selalu aman." Jawab Niken.
"Ayo berangkat..!!" Ajak Bang Ringgo seolah tidak mau tau.
...
Seluruh anggota sudah kembali ke Batalyon pada jam ishoma. Bang Ringgo bersama Bang Arre menghadap masuk ke ruangan Bang Hernando.
"Selamat siang, Letnan Pringgondani dan Letnan Arre ijin menghadap..!!" Laporan Bang Ringgo.
"Masuk..!!"
Bang Nando mendongak menatap tamunya yang datang. Terlihat dua juniornya menggandeng wanita masing-masing. Cukup terkejut Bang Nando melihat kekasihnya, Niken berada dalam 'genggaman tangan' Bang Ringgo.
"Niken???????"
Niken pun menunduk tidak berani menatap wajah Bang Nando dan langsung mundur ke belakang punggung Bang Ringgo.
Nampak Bang Nando berusaha keras menormalkan detak jantungnya sembari mempersilakan kedua juniornya untuk duduk di sofa.
Tatapan mata Bang Nando terus menatap wajah Niken hingga tangan Niken terasa dingin, ketakutan dan gemetar.
"Sebelumnya, bisakah Abang bicara dengan Niken?" Tanya Bang Nando.
"Ijin, Abang. Ada urusan apa?" Ucap Bang Ringgo dengan sengaja.
"Ada yang harus saya bicarakan dengan calon istrimu." Kata Bang Nando.
"Mohon maaf, tapi jika tidak ada kepentingan mendesak untuk di bahas sebaiknya semua di bicarakan disini saja. Bukankah Abang tau lingkungan kita, tembok pun bisa mendengar." Jawab Bang Ringgo.
"Saya ingin bertanya, kenapa Niken bisa pengajuan nikah denganmu? Saya dan Niken ada kedekatan khusus." Bang Nando tak lagi menutupi kenyataan.
Paham situasi semakin memanas, Niken pun angkat bicara. "Abang tidak segera melamar Niken. Dan lagi.. ibunya Abang.............. Maaf.. Niken menerima pinangan Om Ringgo." Niken pun memutuskan menjawab singkat saja.
Bang Nando tersenyum pahit dan getir mendengarnya. "Apakah yang Abang lakukan dan Abang perjuangkan selama ini tidak berarti di matamu??"
Bang Nando mencoba meraih tangan Niken tapi Bang Ringgo menahannya.
"Tolong hargai keberadaan saya. Saya disini sebagai calon suami Niken..!!" Ucap tegas Bang Ringgo.
.
.
.
.
petinggi ma anak buah jg tenang
😂😂