Warning bijak membaca!!!
Rangga adalah seorang pemuda yang gemar membuat syair, hingga pada suatu malam dia bermimpi dikejar oleh seseorang kakek misterius yang mengaku sebagai titisan pendekar syair berdarah, sejak itu semua syair yang tercantum menjadi sebuah mantra sakti. dilarang keras untuk mempelajari atau menghafalkan syair yang ada di novel ini, karena semua hanya imaginasi author saja
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hafit oye, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kepentingan Dan Hawa nafsu
Suasana langit mulai redup, sang mentari perlahan mulai tenggelam, hanya menyisakan bias memerah diujung langit, garengpung yang bersuara semenjak sore tadi, saat ini sudah tidak terdengar lagi, suasana yang memang sudah dingin karena berada dikawasan pegunungan, kian membuat menggigil bagi yang belum terbiasa ditempat seperti itu.
Seorang wanita keluar dari gubuk tempat tinggalnya, walau hanya sebuah gubuk namun didalamnya terdapat kasur yang sangat empuk yang memang sengaja disediakan, wanita itu tidak lain adalah Berliana, dengan mengenakan jaket penutup blues yang dikenakannya, dipadu dengan rok pendek dengan mengenakan stocking cukup tebal, namun begitu udara dingin masih bisa menyusup kulit, hingga membuat giginya kadang kadang saling beradu.
Setibanya di depan rumah eyang Cantilan, Berliana langsung membuka pintu yang terbuat dari kayu jati, sudah terlihat saat pintu itu setengah terbuka, eyang Cantilan dan Baladewa tengah duduk bersila diatas tikar pandan, Berliana sama sekali tidak menghiraukan 10 pasang mata dari murid muridnya Baladewa yang menatap dengan pandangan mesum yang berada diluar rumah eyang Cantilan.
Begitu pun dengan eyang Cantilan dan Baladewa, melihat Berliana sudah berada didepan pintu, pandangan mereka menjelajah ke setiap lekuk tubuh wanita itu. Bagi laki laki tua itu, dengan adanya Berliana adalah suatu hal keindahan yang jarang didapat sebelumnya, yang datang untuk sebuah tujuan, yaitu balas dendam, karena hal itulah eyang Cantilan menyanggupi permintaan wanita itu asal bersedia membayar dengan tubuhnya kapan pun eyang Cantilan mau.
" Aku harap malam ini jatahku kang. " Baladewa membisikan ditelinga eyang Cantilan namun sorot matanya tidak lepas menatap wanita itu.
" Hehehe, iyaa, karena tadi siang kamu melakukannya saat dia bagai gedebong pisang, jadi kamu belum terlalu puas. Bukan begitu Baladewa? " Tawa kecil terdengar sebelumnya berkata dengan membisiki telinga Baladewa, Walau ucapan terdengar bisik bisik masih cukup terdengar oleh Berliana, wanita itu hanya melempar senyum bahkan dibuat sedikit menggoda.
Berliana pun duduk dengan menekuk kedua kaki dihadapan mereka, rambut yang memang panjang dibiarkan tergerai sebagai cara membuat mereka supaya semakin tergoda olehnya, yang terpenting apa yang diinginkan olehnya bisa dipenuhi oleh kedua yang jika dilihat sudah selayaknya sebagai seorang ayah dan seorang kakek itu.
" Aku menunggu apa yang tuan guru dan eyang harapkan dariku malam ini, badanku sudah cukup segar setelah sedikit beristirahat. " Berlian berucap seraya memainkan rambut bagian depan, tentunya dengan tatapan yang menggoda.
" Sesuai permintaanku tadi siang, sekarang juga tolong layani aku. " Baladewa sepertinya sudah tidak tahan ingin langsung menerkam wanita yang ada dihadapannya.
" Tenanglah Baladewa, sepertinya semua sudah di ubun ubun, hahaha. " Eyang Cantilan tertawa keras.
" Benar kang, setidaknya sebelum kita melakukan perjalanan jauh besok, tubuh kita menjadi bugar, kakang bisa tahu kehebatan permainan ku malam ini...Hahaha. " Baladewa berucap di akhiri tertawa tidak kalah cukup kerasnya dari eyang Cantilan.
" Iya kalau begitu buktikan, aku kasih waktu 6 jam, jika kamu keluar sebelum 6 jam, kamu harus mengaku kalah denganku. "
" Baik kang, kita lihat saja nanti... " Baladewa menyungging senyum seraya pandangan melirik kearah Berliana, Berliana merespon dengan senyum menggoda.
Aku harus bertahan demi balas dendam terhadap Rangga, walau tubuhku yang menjadi korban hawa nafsu tua Bangka, aku akan buktikan jika aku bisa mengalahkannya, membuat seorang Rangga bertekuk lutut padaku, Berliana mengucap dalam batinnya, bahwasannya memang diantar kejahatan itu tidak ada unsur kebaikan, mereka berbuat sesuatunya atas dasar kepentingan dan hawa nafsu semata.
" Bagaimana cantik, apa kita bisa memulainya sekarang? kamu bisa kekamar terlebih dulu, biar aku menyusul mu kesana. " Baladewa mengucap dengan mengedipkan mata, dengan rahang menunjuk kearah kamar.
" Baik tuan guru, kalau begitu aku tunggu dikamar. " Ucap Berliana seraya mengedipkan mata pada Baladewa. Setelah itu melangkah menuju kamar eyang Cantilan.
Setelah berada didalam, Berliana membuka stoking tebal yang menutupi kakinya, membuka jaket yang menutup blues yang dikenakan malam ini, hawa dingin langsung menerpa tubuhnya, ditambah angin dingin mengalun masuk melalui ventilasi udara yang berada dikamar. Walau begitu Berliana berusaha melawan yang memang membuat dirinya menggigil. Walau sudah 1 bulan hidup digunung, tubuhnya belum terlalu bisa beradaptasi begitu saja.
Terlihat oleh Berliana knop pintu kamar bergerak, seiring dengan itu perlahan pintu kamar terbuka. Baladewa sudah berdiri dipintu kamar dengan menatap Berliana tidak berkedip, perlahan melangkah masuk dan menutup kembali pintu kamar.
" Apa kamu sudah siap menerima gempuranku malam ini, cantik? " Ucap Baladewa seraya melangkah kearah Berliana yang masih berdiri di dekat sisi tempat tidur.
" Aku ingin tahu, bagaimana perkasanya tuan guru, tadi siang tuan guru melakukannya saat aku tak sadarkan diri, jadi aku tak bisa merasakan kehebatan permainan tuan guru. " Berliana tak kalah memasang gaya tubuh yang menggoda.
Begitu Baladewa dihadapan Berliana, Baladewa lalu mendorong sedikit kasar ketempat tidur. Hingga saat dia terjatuh ditempat tidur, rok Berliana menyingkap keatas. seketika itu juga terlihat pemandangan yang semakin membuat nafsu Baladewa semakin memuncak.
Saat Baladewa sudah disisi tempat tidur, kedua kaki Berliana ditarik hingga menjuntai kelantai. Lalu dengan cepat Baladewa menelungkup diatas tubuh Berliana dengan satu tangan masih menahan tubuhnya. dengan tatapan penuh rasa gejolak birahi yang memuncak.
" Apa kamu ingin kelembutan atau sedikit kasar cantik? " Suara baladewa dengan diiringi nafas yang sudah memburu, membisik di telinga Berliana.
" Lalukan apa yang tuan guru inginkan, jika semua membuat tuan guru puas, lakukanlah. Tubuh ini milik tuan guru malam ini. ah... " Tubuh Berliana sedikit menggelinjang diatas tempat tidur dengan ada sedikit desahan lembut yang sengaja dikeluarkan.
Cup!
Bibir mereka sudah saling bertemu.
Hawa dingin yang tadi sempat terasa ditubuh Berliana berubah menjadi hawa panas membara. Berliana pun sudah mulai terangsang. Saat tangan Baladewa terus menjalani tubuhnya.
Hampir setengah jam mereka melakukan pemanasan kini blues Berliana sudah tergeletak dilantai begitu juga bra yang dikenakan olehnya. Yang tersisa hanya balutan pakaian dalamnya saja.
Baladewa menarik tangan Berliana supaya berdiri, setelah berdiri kembali mencumbui Berliana, kali ini terlihat sedikit kasar. Saat sudah berada didekat tembok kamar, tubuh Berliana sedikit didorong oleh Baladewa. Hingga punggung Berliana sedikit membentur ketembok, hal itu membuat nafsu binatang baladewa semakin tak bisa dibendung lagi.
Saat itu baladewa melepas satu pakaian yang tersisa ditubuhnya, hingga Berliana bisa melihat pusaka baladewa yang besar, panjang dan kecokelatan sudah berdiri tegak tanpa penghalang, siap menggempur sisi pertahanan lawan. Berliana kali ini menelan ludah menyaksikan pusaka milik Baladewa.
Blussss!!!
Akhhh!!!
Berliana dengan reflek mendongakan kepala dengan guratan urat dilehernya nampak terlihat. Wajahnya semu memerah.
Pantas saja aku merasa perih dan sakit setelah dia setubuhi dalam keadaan aku tak sadarkan diri tadi siang, ucap Berliana dalam hatinya.
Baladewa kembali mendorong..
Bluss!!
Heggg!!
Punggung Berliana semakin menjauh dari tembok, hanya kepala yang mendongak menempel ditembok tepat di ubun ubun nya. Sakit yang awalnya dirasakan oleh berliana, pelan pelan berubah menjadi kenikmatan yang tak bisa terbayangkan
Brakk!!!
Tiba tiba saja pintu kamar hancur...
Arrrgghhhh!!!
Gedebug!!!
Bersama dengan itu eyang Cantilan sudah mengaduh kesakitan dibawah kaki Baladewa yang tengah bersetubuh dengan Berliana.
" Hah!! " Baladewa sangat terkejut melihat apa yang dilihatnya.