Berawal dari permintaan sahabatnya untuk berpura-pura menjadi dirinya dan menemui pria yang akan di jodohkan kepada sahabatnya, Liviana Aurora terpaksa harus menikah dengan pria yang akan di jodohkan dengan sahabatnya itu. bukan karena pria itu tak tahu jika ia ternyata bukan calon istrinya yang asli, justru karena ia mengetahuinya sampai pria itu mengancam akan memenjarakan dirinya dengan tuduhan penipuan.
Jika di pikir-pikir Livia begitu biasa ia di sapa, bisa menepis tudingan tersebut namun rasa traumanya dengan jeruji besi mampu membuat otak cerdas Livia tak berfungsi dengan baik, hingga terpaksa ia menerima pria yang jelas-jelas tidak mencintainya dan begitu pun sebaliknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sikap Ibu.
Baru saja melebarkan senyum menyadari situasi yang ada, tiba-tiba suara pintu kamar mandi menyurutkan senyum di bibir Livia.
Abimana melangkah keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil, sementara tubuh tegapnya hanya di balut sehelai handuk putih yang dililitkan pada pinggangnya.
Livia tidak dapat menepis kenyataan bahwa Abimana memiliki pahatan tubuh yang nyaris sempurna, apalagi dalam kondisi seperti ini, pria itu terlihat semakin sek_si.
Livia menggelengkan kepala, menepis pikirannya yang sempat memuji keindahan tu_buh Abimana.
"Siapkan pakaian kerjaku!!."
"Saya, tuan...???. Livia sampai menunjuk diri sendiri untuk memastikan.
"Memangnya ada orang lain di sini" kalimat Abimana tidak terdengar seperti pertanyaan, melainkan sindiran.
Livia meneguk ludah dibuatnya.
"Baik, tuan." berlalu menuju lemari pakaian.
Cukup lama Livia menatap satu per satu stelan jas yang tergantung rapi di dalam lemari, khawatir Abimana tidak suka dengan pilihannya.
Tidak ingin membuat Abimana mengamuk karena terlalu lama menunggu, Livia pun segera menyambar salah satunya. toh semua pakaian kerja Abimana telah tergantung komplit, lengkap dengan dasinya, tinggal pilih salah satunya apa susahnya, begitu pikir Livia.
Livia memilih berlalu menuju kamar mandi ketika Abimana hendak mengenakan pakaiannya.
"Kenapa nggak ganti baju di kamar ganti sja sih..." di dalam kamar mandi Livia menggerutu tak jelas, kesal sendiri dengan sikap Abimana yang suka seenak jidatnya.
Beberapa saat kemudian Livia keluar dari kamar mandi, dengan wajah yang terlihat lebih segar usai mandi. Jangan tanya di mana gadis itu mengganti pakaiannya, karena Livia melakukan semua kegiatannya tersebut di dalam kamar mandi. ia keluar dari kamar mandi sudah dalam kondisi berpakaian lengkap, tanpa ada drama mengenakan bathrobe segala.
"Temani saya sarapan!!!."
Sebenarnya Livia masih malas bertemu dengan ibu mertuanya, namun ia bisa apa kalau abimana sudah memberi perintah.
Livia tak sebodoh itu untuk tidak menyadari sikap yang ditunjukkan oleh ibu mertua, terlihat jelas jika wanita itu tidak menyukainya.
"Baik, tuan."
Livia berjalan di belakang langkah Abimana.
Jika Rasya dan Nahla menyambut pasangan suami-isteri tersebut dengan senyuman, ibu justru memasang wajah datar.
"Selamat pagi mas Abi.... selamat pagi kak Livia...."
Semakin kesal saja ibu saat putrinya ikut menyapa Livia, dengan wajah ramahnya. namun wanita bisa apa selain memendam kekesalannya di dalam hati, tak ingin sampai merubah mood Abimana. Kalau mood Abimana berubah buruk, bisa di pastikan akan berdampak pada seisi rumah, termasuk dirinya.
Pagi ini untuk pertama kalinya, Livia sarapan bersama dengan anggota keluarga suaminya, termasuk Abimana sendiri.
"Apa kau sudah sarapan????." Seperti biasa, asisten Purba sudah berada di kediaman Sanjaya sejak pukul setengah tujuh.
"Sudah, tuan." sudah sarapan atau pun belum, jawaban Asisten Purba akan tetap sama. tapi kebetulan untuk pagi ini pria itu memang sudah selesai sarapan sebelum bergerak menuju kediaman Sanjaya.
Livia nampak menghabiskan sarapannya dalam diam. ia sadar jika ibu sesekali menatap padanya, tentunya dengan tatapan merendahkan. Namun begitu, Livia tak mau terlalu ambil pusing, menghadapi Abimana saja rasanya kepalanya seperti mau pecah, apalagi kalau harus ikut memikirkan sikap ibu, bisa-bisa kepalanya akan benar-benar pecah.
Abimana beranjak dari tempat duduknya. Livia pun ikut beranjak, hendak kembali ke kamar. Pastinya suasana di meja makan semakin tidak nyaman untuknya setelah kepergian Abimana, begitu pikir Livia.
"Mari, Nona!!!."
Asisten Purba mengisyaratkan pada Livia untuk mengantarkan Abimana hingga ke depan.
Melirik sejenak ke arah ibu, Rasya dan Nahla yang masih duduk di kursi masing-masing, lalu kemudian menyusul langkah Abimana, hendak mengantarkan pria itu hingga ke depan.
"Seperti yang tuan Abimana katakan beberapa hari lalu, aku masih boleh bekerja kan, tuan???."
Di sela langkahnya, Livia menyempatkan diri untuk bertanya pada asisten Purba.
"Untuk hal itu sebaiknya anda tanyakan langsung saja pada tuan Abimana, Nona."
Livia mengangguk, menurutnya apa yang dikatakan Asisten Purba ada benarnya, akan lebih baik jika ia meminta izin secara langsung pada Abimana.
Semangatnya yang tadinya menggebu-gebu untuk meminta izin, lenyap begitu saja setelah berada di hadapan pria itu.
"Katakan!!!."
Suara Abimana mengejutkan Livia.
"Haaaahhhh????."
Apa kelihatan banget ya kalau aku ingin mengatakan sesuatu padanya????. Livia.
Meremat ujung baju yang dikenakannya. "Apa besok aku boleh kembali bekerja, tuan????."
"Lakukan apa pun yang kau inginkan!!!." jawaban acuh di lontarkan Abimana sebelum kemudian masuk ke mobilnya.
"Terima kasih, tuan." menundukkan kepala sambil mengulas senyum. selain masih bisa menghasilkan cuan dengan jerih payah sendiri, setidaknya ia tidak harus berdiam diri di rumah itu seperti kambing congek.
"Ayo Jalan!!!." titah Abimana pada asisten Purba yang sudah berada di balik kemudi.
"Baik, tuan."
"Apa sudah tidak ada yang bisa dilakukan anak gadis zaman sekarang, selain menghalalkan segala cara untuk mendapatkan pria kaya." kalimat sindiran yang terlontar dari mulut ibu tak mampu menghentikan langkah Livia.
"Ternyata selain materialistis, kamu juga tidak punya sopan santun ya....saya jadi penasaran, bagaimana kedua orang tua kamu mendidik anak perempuannya sampai tidak punya sopan santun seperti ini."
Livia sontak menghentikan langkahnya, menoleh pada ibu. "Anda boleh menghina saya sepuas hati anda, Nyonya, tapi tolong jangan bawa-bawa orang tua saya!!." tegas Livia.
Ibu membelalakkan matanya. "Waaaahhhhh....baru sehari menjadi istri Abi, kamu sudah berani kurang ajar ya sama saya.." sepertinya ibu merasa tersinggung dan tidak terima dengan sikap Livia.
Livia kembali mengayunkan Langkah menuju kamar Abimana.
"Pantas saja anaknya arogan, menurun dari ibunya ternyata." bergumam kesal.
Menyaksikan Livia tak lagi terlihat oleh pandangannya, Rasya yang tadi tak sengaja mendengar perdebatan kecil antara ibu dan Livia lantas menghampiri ibu.
"Bu... tidak bisakah ibu bersikap layaknya ibu mertua pada menantu perempuannya, dengan memperlakukan kak Livia dengan baik."
"Untuk apa kamu membela gadis kampungan itu, hah.." kata ibu tak terima
Rasya menghela napas, menurutnya sikap ibu terhadap Livia terlalu berlebihan, apalagi ibu sampai membawa-bawa orang tua Livia segala. "Rasya tidak ingin membela siapapun Bu, Rasya hanya tidak ingin sampai sikap ibu yang terus-terusan seperti ini akan berdampak buruk pada diri ibu sendiri nantinya."
Sama seperti Rasya, sebenarnya ibu juga ragu menunjukkan rasa tidak sukanya terhadap Livia, namun sikap acuh Abimana pada gadis itu membuat ibu yakin Abimana tidak akan mempermasalahkan sikapnya itu.
"Mas mu tidak mencintai gadis itu. dan ibu juga yakin mas mu tidak akan mempermasalahkan nya."
Dengan perasaan kesal, ibu berlalu.
Rasya hanya bisa geleng kepala melihat sikap ibu.
Di kamar.
"Untung saja tuan Abimana masih mengizinkan aku untuk tetap bekerja. kalau tidak, aku bisa gila menghadapi ibunya."
Menjatuhkan diri di tempat tidur. "Waaaahhhhh.... empuk sekali...." memejamkan mata, menikmati kenyamanan di atas kasur empuk tersebut selagi pemiliknya tidak ada.
Terima kasih sayang sayangku.... sudah menyempatkan waktu untuk selalu setia menikmati karya receh ku. 😘😘😘😘😘
mulut mu itu pernah ngomong apa ke Livia,coba ingat2 dulu...
😒😒😒😒
blom lagi liat mertua Livia...
istri ngambek itu bahaya lho...
ntar kamu gak dapat jatah ronda lagi 😂😂😂😂
kamu harus tegas,jangan mau di stir Abi...👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻