NovelToon NovelToon
Sedingin Hati Suami Tentaraku

Sedingin Hati Suami Tentaraku

Status: tamat
Genre:Tamat / Duda / Kehidupan Tentara
Popularitas:506.5k
Nilai: 4.7
Nama Author: Hasna_Ramarta

Halwa mencintai Cakar Buana, seorang duda sekaligus prajurit TNI_AD yang ditinggal mati oleh istrinya. Cakar sangat terpukul dan sedih saat kehilangan sang istri.

Halwa berusaha mengejar Cakar Buana, dengan menitip salam lewat ibu maupun adiknya. Cakar muak dengan sikap cari perhatian Halwa, yang dianggapnya mengejar-ngejar dirinya.

Cakar yang masih mencintai almarhumah sang istri yang sama-sama anggota TNI, tidak pernah menganggap Halwa, Halwa tetap dianggapnya perempuan caper dan terlalu percaya diri.

Dua tahun berlalu, rasanya Halwa menyerah. Dia lelah mengejar cinta dan hati sang suami yang dingin. Ketika Halwa tidak lagi memberi perhatian untuknya, Cakar merasa ada yang berbeda.

Apakah yang beda itu?
Yuk kepoin cerita ini hanya di Noveltoon/ Mangatoon.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasna_Ramarta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bb 30 Kedatangan Teman-teman Cakar

   Dua hari, terpaksa Halwa tidak masuk kerja. Demi merawat Cakar. Sebetulnya Cakar sudah agak mendingan demamnya, bahkan sakit kepalanya sudah tidak terasa lagi. Hanya efek dari sisa demam, Cakar merasakan tubuhnya masih lemas.

   "Halwa, nanti sore teman-teman kantor aku mau menengok aku sakit. Kamu persiapkan minum dan makanan kecil untuk menjamu mereka," beritahu Cakar.

   "Dan ingat, ya. Jangan permalukan aku!"

   Halwa termenung sejenak, dalam hatinya sangat menyayangkan kenapa teman-teman Cakar mesti menjenguk segala, bukan sakit parah atau lama juga, baru dua hari sakit saja sudah ditengok.

   "Ihh, tahu begini, lebih baik tadi aku masuk saja. Mana ada Sersan Nilam lagi," gumam Cakar dan terdengar oleh Halwa yang masih berdiri di pinggir ranjang. Cakar pikir Hawa sudah pergi dari kamar, setelah ia menyampaikan beritanya.

   "Rupanya Mas Cakar memperingatkan aku supaya jangan permalukan dia, karena ada Sersan Nilam yang akan datang juga menjenguk. Kenapa juga Sersan satu itu harus menjenguk? Semoga saja mereka tidak jadi menjenguk," renung Halwa sembari berharap orang kantor Cakar tidak jadi menjenguk.

   Halwa bergegas meninggalkan kamar, membuka pintu pelan dan menuruni tangga menuju dapur.

   "Bikin kue apa ya? Bingung."

   "Assalamualaikum, Bu. Ibu bisa ke rumah, tidak, Bu? Nanti sore teman-temannya Mas Cakar akan datang menjenguk. Halwa bingung harus bikin apa, dan tidak tahu berapa orang yang akan datang," Halwa menghubungi Bu Aminah, sang ibu.

   "Baiklah, tunggu ibu di rumah." Jawaban Bu Aminah.

   Tidak berapa lama Bu Aminah datang dengan diantar ojeg. Tiba di depan teras rumah, tidak terduga Cakar sedang berada di sana berjemur. Cakar menyambutnya, meskipun dia begitu heran.

   Cakar merasa heran dengan kedatangan ibu mertuanya yang tiba-tiba. Apakah ada masalah di rumah ibu mertuanya sehingga dia datang ke rumahnya untuk meminta bantuan.

   "Ibu. Apakah tidak ada masalah di rumah?" sambut Cakar langsung memberi pertanyaan sebagai rasa khawatir.

   "Nak Cakar, di rumah Alhamdulillah tidak ada masalah apa-apa. Ibu datang kemari atas permintaan Halwa. Oh, iya, bagaimana keadaan Nak Cakar, kata Halwa sudah baikan?" Bu Aminah balik bertanya.

   "Alhamdulillah, Bu. Sekarang Cakar sudah mendingan." Cakar menjawab seraya mempersilahkan ibu mertuanya masuk.

   "Nak Cakar, ibu bawakan jejamuan untuk kesehatan. Ini herbal alami, dan baik dikonsumsi setelah pasca sakit supaya imun tubuh kita semakin kuat," celoteh Bu Aminah sembari berjalan menuju dapur.

   "Kenapa Ibu harus repot-repot bawa jamu untuk Cakar? Tapi terimakasih, Bu. Sudah bawakan Cakar jamu," ucap Cakar mengakhiri kalimatnya tepat tiba di dapur.

   "Halwa, Ibu datang." Cakar memberitahukan Halwa yang sedang di ruang cuci baju. Halwa mengerjakan dua pekerjaan pagi ini sekaligus. Mencuci serta memasak. Halwa mencuci seprenya yang kena bau bawang ungu saat memijat tubuh Cakar kemarin dan semalam.

   "Ibu," sambutnya keluar dari ruang cuci baju lalu menyalami Bu Aminah. Bu Aminah senang melihat Halwa memperlihatkan senyumnya ketika bertemu dirinya, dengan begitu perasaannya akan sedikit lega. Bu Aminah menduga Halwa sudah mulai bahagia dan dicintai Cakar.

   "Ibu bawa apa, banyak banget?" Halwa merasa penasaran dengan bawaan ibunya yang banyak.

   "Ibu bawa jamu-jamuan untuk suami kamu. Setelah sakit, jamu-jamuan ini bagus untuk pemulihannya dan daya tahan tubuhnya."

   Halwa merapikan semua bawaan ibunya ke atas meja, kemudian sebagian ia simpan di rak dan di kulkas. Tiba-tiba notifikasi WA Halwa berbunyi. Halwa segera melihat siapa yang mengirimkan chat untuknya.

   "Halwa, temui aku di kamar," perintah Cakar yang sejak memberitahukan ada ibunya Halwa datang, ia langsung meninggalkan dapur. Halwa tidak menunda lagi perintah Cakar, ia segera bergegas menuju kamar menghampiri Cakar.

   "Sebentar, ya, Bu. Halwa tinggal dulu," pamit Halwa pada Bu Aminah yang sedang membereskan bawaannya. Bu Aminah cukup menjawab iya tanpa menoleh.

   Tiba di kamar, Halwa masuk. Di dalam kamar mendapati Cakar tengah duduk berselonjor di atas sofa.

   "Mas Cakar, ada apa, Mas?" Cakar langsung bangkit dan mengarahkan tubuhnya ke arah Halwa.

   "Kamu sengaja panggil Ibu ke sini? Untuk apa?" tanya Cakar langsung tanpa basa-basi.

   "I~iya, Mas. Aku sengaja panggil Ibu ke sini. Untuk membantu aku menyiapkan kue-kue buat menjamu teman Mas Cakar nanti sore." Halwa menjawab dengan perasaan mulai tidak enak.

   "Kenapa kamu tidak diskusikan sama aku? Biasanya kamu banyak omong dan apa-apa bilang sama aku. Ingat tidak, saat baru-baru menikah, kamu selalu banyak bicara dengan suara cemprengmu. Tapi kini tanpa bicara dulu, kamu main panggil Ibu?" tegur Cakar marah. Halwa tidak menduga kemarahan Cakar karena kedatangan ibunya.

   "Aku minta maaf, Mas. Aku tidak bilang dulu sama kamu."

   "Lantas buat apa kamu panggil Ibu, aku tidak mau merepotkan yang lain? Kalaupun mau panggil orang, sudah ada Bi Rona asistennya ibuku tidak perlu merepotkan ibumu," ucap Cakar mulai ngegas.

   "Tapi Ibu juga ikhlas kok Mas dipanggil ke sini, Ibu tidak merasa direpotkan." Halwa kembali menjawab

   "Aku tahu Ibumu pasti ikhlas dan tidak merasa repot. Tapi tahu tidak, kalau Ibumu itu di rumah jualan? Berhubung kamu memanggilnya ke sini, maka hari ini Ibumu tidak jualan. Makanya apa-apa itu bicarakan dengan suami, jangan ambil keputusan sendiri," sengornya lagi membuat Halwa merasa bersalah dan menyesal telah mengambil keputusan yang menurut Cakar salah.

   "Aku minta maaf, Mas. Aku tadi sempat bingung mau bikin kue apa buat nyuguhin teman-teman Mas Cakar, lalu tanpa pikir panjang aku panggil Ibu. Sekali lagi aku minta maaf," ucapnya menyesal.

   "Lagipula hanya beberapa orang yang datang, tinggal beli kue saja malah repot panggil Ibumu," dengusnya kesal lalu kembali ke sofa menjatuhkan tubuhnya.

   Halwa merasa bersalah sekaligus sedih dengan teguran Cakar, lalu ia keluar kamar dan segera menghampiri Ibunya di dapur.

   "Halwa, buat bolu pisang saja yang gampang dan pastinya enak. Kebetulan ibu bawa pisangnya, sayang banget kalau tidak dimanfaatin." Tiba di dapur, Bu Aminah sudah menyambutnya dengan kalimat barusan. Halwa urung memberitahukan kalau bikin kuenya tidak jadi bikin, tapi beli.

   "Bolu pisang, Bu?" Halwa merasa tergugu.

   "Iya, bikin bolu pisang. Kamu juga sudah pandai bikin adonan bolu pisang. Kenapa harus bingung-bingung? Tambahannya kita bikin saja bakwan, ibu juga bawa sayuran," ujar Bu Aminah memberikan saran yang cemerlang disaat Halwa merasa bingung dan sedih.

   "Boleh, Bu. Jadi bikinnya nanti saja jam dua menjelang teman-temannya Mas Cakar datang. Sekarang kita siapkan saja bahan-bahannya." Halwa setuju. Masalah Cakar yang marah tadi tinggal terserah nanti. Dia berpikir, saat ada ibunya di sini, Cakar tidak mungkin akan memarahinya.

   Jam empat tiba, sepertinya di depan rumah sudah ada tamu yang datang untuk Cakar. Cakar pun sudah mempersiapkan diri dengan berpakaian yang rapi dan wangi, tentu saja pakaian itu sudah disiapkan Halwa sebelum-sebelumnya.

   "Halwa segeralah bersiap, sambut teman-teman suami kamu dengan baik. Jangan lupa berdandan, jangan perlihatkan dirimu yang bau dan kucel setelah masak. Biar suamimu senang dan tidak malu," peringat Bu Aminah seakan memahami situasi yang ada.

   Halwa tidak membantah, dia segera ke kamar dan membersihkan diri. Berdandan dengan cantik tapi tidak berlebihan.

   Sebetulnya Halwa bingung harus menghampiri atau diam di dapur, tapi ucapan Bu Aminah tadi masih terngiang-ngiang. Akhirnya Halwa menghampiri suaminya ke ruang tamu menyambut tamu.

   Halwa berusaha ramah menyambut tamu-tamu suaminya termasuk pada Nilam sang KOWAD yang diduga sedang dekat dengan Cakar.

   Cakar sejenak menatap Halwa, dia takut penampilan Halwa justru memalukan. Namun, sungguh diluar dugaan, Halwa justru begitu sederhana dan anggun. Sikap ramahnya membuat teman-teman Cakar dan ibu buahnya serta yang lain gampang akrab dan berbaur.

   "Syukurlah yang sakit sudah sembuh. Pasti besok sudah mulai aktifitas lagi," seru Bu Teti.

   "Tentu saja dong, Bu."

   Melihat teman-teman Cakar mulai memasuki ruang tamu, seketika ruang tamu itu menjadi riuh oleh obrolan para pelayat Cakar. Halwa juga melirik Sersan Nilam yang sejak tadi hanya diam saja, tapi sesekali menoleh ke arah Cakar dan memberi senyuman. Halwa segera meninggalkan ruang tamu dan menghampiri ibunya untuk membawa semua kue dan bakwan yang dibuat tadi.

   "Waduhhh, terimakasih banyak suguhannya Mbak Halwa. Bolu pisangnya masih hangat dan enak, legit lagi. Pasti yang bikin adonan lebih legit nih," ucap Bu Teti bercanda disambung tawa oleh yang lain. Ucapan Bu Teti yang bernada banyol, tidak menjadikan Halwa tersinggung, semua teman-teman Cakar seperti sudah biasa mendengar ibu buahnya selalu bikin banyolan seperti itu, mereka justru terkekeh-kekeh.

   Suasana semakin riuh. Semua teman-teman Cakar yang kononnya menjenguk, menikmati suguhan sederhana di atas meja berupa bolu pisang dan bakwan yang masih panas buatan Halwa dan Bu Aminah.

   "Bakwannya enak, sambelnya juga enak, cocok dicocol sama bakwan," seru yang lain menikmati.

   "Mas Cakar, semoga kamu cepat pulih dan besok di tunggu di ruangan. Terimakasih dari kami rombongan yang sudah bikin heboh, kami yang menengok justru kami yang kenyang." Bu Teti sebagai ibu buah memberikan ucapan sebelum berpamitan.

   Cakar terlihat senang dengan kedatangan teman-teman satu ruangannya.

   "Cak, kami pamit dulu, ya. Salam buat istrimu. Beruntung banget kamu punya istri dia, pandai masak dan menjamu tamu. Dibandingkan dengan yang dulu, kalah," bisik Tian diangguki Rian dan Ardi, mereka seperti tahu keadaan dimasa lalu Cakar. Mereka kompak tertawa ngakak sebelum benar-benar pergi.

   Satu per satu taman Cakar pulang dengan membawa perut kenyang. Cakar senang melihatnya. Dia menatap kepergian teman-temannya.

   "Abang, maaf aku tidak bisa kasih apa-apa buat Abang. Ini ada kue bolu buatan mama aku. Oh iya, ada salam dari Kak Nizam, katanya sih cepat sembuh."

   Bersamaan dengan itu Halwa datang menuju ruang tamu. Dia sedikit tersentak ketika melihat Sersan Nilam masih ada di sana dan kini berhadapan dengan Cakar memberikan sesuatu untuk Cakar.

   Halwa berdiri di muka pintu, inginnya pergi lagi dari sana, tapi Sersan Nilam justru memanggilnya.

   "Mbak Halwa, aku memberikan ini untuk suami kamu," ucapnya seraya menyodorkan sebuah bungkusan yang di dalamnya kue bolu.

   "Terimakasih banyak, Mbak. Dan terimakasih juga sudah menjenguk suami saya," balas Halwa seraya menerima bingkisan itu.

   "Aku pulang ya, Bang. Jangan lupa besok," pamitnya sembari memukul pelan lengan Cakar. Halwa tidak berkata apa-apa saat Sersan Nilam bersikap begitu akrab dengan suaminya.

   "Hati-hati, Dek," ucap Cakar. Ada hati yang terenyuh sedih saat mendengar Cakar mengucap kata hati-hati untuk Nilam. Untuk dirinya mana pernah Cakar bilang hati-hati.

   Tanpa berpamitan pada Halwa, Nilam pergi diantar tatap Cakar sampai motor Sersan Nilam menghilang.

1
Anonymous
bintara itu bukan pangkat tapi jenjang…. ada sersan, lettu, letda ya penulis 😁
Nasir: Iya betul Kak... wkwkw... . Terimakasih ya koreksinya.
total 1 replies
Uthie
Cerita yg menarik disimak 👍👍👍👍👍👍👍
Nasir: Mksh byk... 🥰🥰🥰🥰
total 1 replies
Uthie
sy lanjutttt aahhhh.... 💃💃💃💃
Nasir: Mksh Kak...
total 1 replies
Uthie
sukurin 😜
Uthie
Cakar kaya bocah banget dahhh... ambekan 😂😂😂
Nasir: Wkwkkwkwkwkk...
total 1 replies
Indah Rianti
Luar biasa
Nasir: Terimakasih byk Kak....
total 1 replies
Uthie
cewek stresss 🤨
budak jambi
dasr wanita gila.rmh tangga org baik kok dak rela dak punya otak
Uthie
baguslah.. kenapa gak tegas dr dulu 😤😡
budak jambi
nilam wanita gatal..dak punya urat malu jaln sm suami org.liat aja karma kau wanita sundel
Nasir: Benar, kesal ya Kak... mksh sudah hadir...
total 1 replies
galaxi
klu aq lebih tertarik utk merealisasikan anak2 mereka thor...pasti lebih seru krn dr pihak besan jelas berusaha tdk mwnyetujui yaitu ceker ayam😂😂😂
Nasir: Nanti Kak setelah tamat Aldian Haliza ya.
total 1 replies
galaxi
😂😂😂😂ngakak nih duo bocah tua....😂😂😂ada2 saja...
Uthie
sukurin 😝😡
Nasir: Senang bgt kayaknya Kak...
total 1 replies
Uthie
tak berperasaan dirimu 😡
Uthie
sukurin 😝
Uthie
sukurin 😡
Uthie
begitulah egoisnya laki... maunya enak sendiri... gak liat istri bagaimana kondisinya 😤
Nasir: Nah itu dia Kak...
total 1 replies
Uthie
bawang Ungu... bawang yg buat salad itu bukan ya?? 🤔😁
Nasir: Iya Kak...
total 1 replies
Uthie
mirisnya 😢
Uthie
bikin nyesel nanti dia 💪😡
Nasir: Pasti Kak..
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!