Sepuluh tahun Carla Magdalena mencintai Paman angkatnya, yang menjadi walinya, menggantikan ke-dua orang tuanya yang sudah meninggal.
Carla begitu posesif pada Pamannya, ia akan marah, serta berteriak kepada setiap wanita, yang mendekat pada Pamannya, Bastian Kenneth.
Sehingga Bastian begitu membenci Carla, dan selalu mengabaikan Carla.
Sepupu jauh Carla, Ivanka Caroline, pihak dari Ayah Carla, menjadi saingan Carla untuk mendapatkan cinta Bastian.
Ivanka Caroline menghasut Bastian, sehingga Bastian semakin membenci Carla.
Sampai Carla meregang nyawa di tangan sepupunya itu, Bastian tidak perduli sama sekali.
Sakit hati melihat kenyataan, membuat Carla menyadari, kalau ia begitu bodoh, terlalu mencintai Bastian Kenneth.
Seandainya ia di beri kesempatan, untuk menjalani kehidupan kedua, Carla berjanji, tidak akan pernah mencintai Bastian lagi, ia menyesal telah jatuh cinta kepada Bastian Kenneth.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KGDan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 18.
Carla merasa tidak perlu meladeni Ivanka bersama teman-temannya lagi, ia pun beranjak dari sana.
"Carla, tunggu!" seru Ivanka, merasa tidak senang, karena melihat Carla yang terlihat begitu tenang.
Carla tidak perduli, dengan suara Ivanka yang memanggilnya, ia terus berjalan, kembali ke meja prasmanan.
Ia ingat setelah ini, Ivanka masih belum puas ingin membuat dirinya di permalukan.
Carla meraih gelas jus, dan menyesapnya sedikit. Ia melirik Ivanka menghampirinya, dan melihat tangan Ivanka meraih gelas minuman.
Carla tersenyum dingin, ia akan bersiap menantikan, Ivanka melakukan sesuatu dengan gelas minuman, yang di ambil sepupunya itu.
"Mau apa lagi kamu?" tanya Carla menghadap pada Ivanka, sembari memegang gelas minuman jusnya.
"Carla, kamu pikir dengan sikapmu ini, bisa menarik perhatian Paman, kamu jangan bermimpi! walau kamu terlihat cantik sekali pun, kamu tidak akan bisa mendapatkan Paman!" kata Ivanka mendekati Carla.
"Kenapa? kamu cemburu?" Carla dengan tenang, tetap berdiri di tempatnya.
"Hah? cemburu? untuk apa aku cemburu padamu, karena Paman tidak akan pernah perduli padamu!" kata Ivanka tersenyum mengejek.
Carla angkat bahu, tidak perduli dengan kata-kata provokasi Ivanka, ia tetap berdiri dengan anggun, menunggu saatnya Ivanka melakukan sesuatu padanya.
Sementara Ivanka begitu jadi kesal, karena Carla terlihat tenang saja, sedikit pun tidak terpengaruh dengan apa yang ia katakan.
"Kenapa wajahmu kesal, tidak senang ya, karena aku tidak perduli dengan apa yang kamu katakan?" tanya Carla nyaris tertawa, melihat raut wajah Ivanka, yang ingin menerkam dirinya.
Ivanka semakin mendekat pada Carla, dan tiba-tiba ia tersandung, lalu gelas yang ia pegang, ia arahkan kepada Carla.
Sebelum sempat minuman Ivanka mengenai Carla, dengan cepat Carla menyiramkan minuman jusnya ke gaun Ivanka.
Dan ia pun pura-pura tersenggol oleh tangan Ivanka, yang akan jatuh ke arahnya.
"Aow!!" jerit Ivanka terkejut, dan ia terbelalak melihat gaunnya basah dengan minuman jus.
"Carla!!" jerit Ivanka dengan kencangnya.
"Aduh!!" Carla juga pura-pura nyaris terjatuh, dan tiba-tiba seseorang menangkap tubuh Carla.
Carla terkejut bukan main, pinggangnya di peluk Bastian dari belakang, dan kemudian membawanya ke dalam dekapan Bastian.
"Kamu tidak apa-apa?" tanyanya memeriksa gaun Carla.
Melihat Bastian mendekap Carla, raut wajah Ivanka terlihat kaget. Ia mengepalkan tangannya.
Sejak kapan Bastian perduli pada Carla, setahunya Bastian tidak akan pernah perduli pada Carla.
"Pamann.. gaunku basah.. di siram Carla!" rengek Ivanka menunjukkan gaun pestanya yang basah.
Wajahnya terlihat begitu sedih, dengan bibir maju sedikit ke depan menunjukkan rasa kesalnya.
Sial! umpatnya, seharusnya ia yang menyiram gaun Carla, malah ia yang tersiram minuman Carla.
Sementara itu, Carla dengan kencang mendorong tubuh Bastian, yang mendekapnya.
Di kehidupan yang lalu, ia berharap Bastian menolong dirinya saat seperti ini, sewaktu Ivanka menyiram gaunnya.
Sekarang, ia tidak butuh simpati Bastian lagi, ia sudah tidak mengharapkan perhatian Bastian lagi padanya.
Yang ia ingat, saat itu, ada seorang pria menolong nya. Salah satu tamu pesta, yang perduli melihat dirinya di olok-olok Ivanka bersama temannya.
Karena ia terlalu mencintai Bastian pada kehidupan nya yang lalu, membuat ia tidak ingin pria mana pun, dekat dan menyentuhnya.
Saat ini Carla merasakan, dekapan Bastian terasa begitu erat memeluk pinggangnya, membuat Carla kembali mendorong Bastian dengan kuat.
Saat itulah ia melihat seorang pria, tidak jauh dari mereka berdiri, memandang ke arah mereka.
Dan Carla pun mengingat pria itu, di kehidupan yang lalu, dialah pria yang mencoba membantunya, untuk keluar dari aula pesta.
Carla menepis tangan pria itu, saat tangan lelaki tersebut membantunya.
Dan saat ini, Carla semakin bingung dengan perubahan Bastian, yang tidak seperti biasanya.
Ia ingat di kehidupan yang lalu, Bastian memarahi dirinya karena membuat malu dirinya.
Sekali lagi Carla mendorong Bastian, "Lepaskan!!" ujarnya kesal.
Begitu Bastian melepaskan dekapannya, Carla mendorong Bastian ke arah Ivanka.
"Itu.. bantu saja dia! biasanya Paman lebih peduli pada Ivanka, jangan pura-pura perduli padaku!"
"Carla!!" Bastian tidak senang di dorong Carla.
"Paman.. gaunku basah, Carla sengaja menyiram gaunku!" rengek Ivanka dengan suara sedih, dan nyaris ingin menangis.
Tangannya meraih tangan Bastian, dan tanpa Ivanka duga, Bastian menghindari tangan Ivanka, yang nyaris menyentuh lengannya.
"Pulanglah, kalau gaunmu basah, kenapa mengeluh padaku!" Bastian meninggalkan Ivanka, dan mengejar Carla yang pergi meninggalkan area prasmanan.
Bersambung....
baru awal dah ngeluarin air mata deh