Tahu dengan Abrilla atau biasa di panggil Rila? Si bungsu dari Keluarga Anggara?
Dulu jatuh cinta dengan Ed? Tapi ternyata pria itu sangat tidak rekomended. Cukup lama menjomblo, Rila akhirnya merasakan buterfly era lagi.
Kali ini dengan siapa?
Maxwell Louis Sanjaya, pria berkebangsaan Indonesia-Belanda. Berdasarkan informasi yang Rila dapat, Max berstatus duda anak satu. Sulitnya informasi yang Rila dapat membuat gadis itu semakin nekat untuk mendekati Max.
Apakah Rila berhasil mendapatkan hati pria itu? Atau sebaliknya?
Kabarnya, kurang dari 3 bulan, Max akan melangsungkan pertunangan dengan wanita pilihan mami-nya. Bagaimana usaha Rila untuk mendapatkan apa yang dia inginkan?
Ikuti terus ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Anis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hiro Hilang
"Tuan Max, Hiro hilang saat ikut nyonya pergi ke pusat perbelanjaan. Saat ini kami tengah menyisir seluruh lokasi gedung." Lapor anak buah Max yang bertugas menjaga Hiro.
"Apa? Bagaimana bisa kalian ceroboh? Lalu bagaimana kondisi mama?" tanya Max mengingat Mama Ele memiliki penyakit asma.
"Nyonya Ele kami temukan di kamar mandi dalam kondisi tidak sadarkan diri. Saat ini beliau sudah menuju rumah sakit terdekat. Tuan Marten sedang menuju rumah sakit, beliau membatalkan pertemuan dengan teman lamanya." jawab anak buah Max dengan hati-hati, karena pasti emosi bosnya bisa meledak-ledak.
"Ah sial, cari Hiro sampai ketemu. Jika dia dalam kondisi buruk maka akan aku pastikan kalian juga mengalami hal yang sama. Kirimkan juga orang untuk menjaga mama, jangan biarkan siapapun berada di dekat mama selain orang-orang kita." perintah Max dengan tegas.
Max mematikan panggilan telepon, segera menyalakan komputer di meja dan melacak posisi Hiro. Putranya selalu memakai jam tangan yang sudah di lengkapi dengan alat pelacak.
"Ada apa? Kenapa wajahmu panik begitu?" tanya Sandy yang baru saja masuk dengan membawa tumpukan berkas ditangannya.
"Hiro hilang saat sedang berbelanja dengan mama. Aku sedang melacak posisinya." jawab Max mencoba fokus dengan layar di depannya. Jari-jarinya bergerak lincah di atas keyboard.
Segera Sandy meletakkan tumpukan berkas yang dia bawa dan bergabung dengan Max.
"Titiknya beradi besment." Max segera menyambar kunci mobil di meja dan belari keluar ruangan.
Sandy masih fokus memperhatikan layar komputer Max. Dia masih ingin memantau pergerakan. Cukup lama Sandy melihat, pria itu memicingkan mata.
"Tidak ini salah, Hiro pasti sudah dibawa pergi dari tempat ini. Aku harus segera menyusul Max."
Jalanan sangat padat sekali, entah apa penyebabnya. Max memukul stir mobilnya, merasa kesal karena tidak bisa bergerak cepat.
"Siapa yang berani menculik Hiro? Apa itu Om Winata?" tanya pria itu memikirkan pelakunya.
Hiro adalah segalanya bagi Max. Maldevi yang meninggalkan bayi itu untuknya, sebagai penyemangat hidupnya serta pengganti dirinya. Sejak kecil dia ikut mengurus Hiro, tidak membiarkan anaknya luka sedikitpun. Kini seseorang berani mengusiknya harta berharganya.
Sedangkan di tempat lain, Winata tertawa puas mendengar laporan dari anak buahnya.
"Ternyata Jena bisa di andalkan lagi. Dia berhasil membawa Hiro dengan mudah." ujar Winata melihat aksi Jena yang direkam oleh anak buahnya.
"Maafkan aku Jena, kali ini aku akan bergerak tanpa melibatkan mu."
Winata segera masuk mobilnya, dia harus melaksanakan rencana selanjutnya.
Disisi lain, Jena memeluk erat tubuh Hiro. Hati kecilnya sungguh amat berat harus melakukan ini pada cucunya.
"Meskipun aku sangat membenci ibumu, tapi kau anak putraku. Maafkan Oma Jena, Hiro. Oma janji kau akan baik-baik saja." kata Jena berbisik di telinga Hiro.
Saat ini bocah itu dalam kondisi tidak sadarkan diri karena Jena membiusnya.
Mobil yang mereka kendarai melaju kencang melewati batas kota dan ganti memasuki jalan perbukitan. Jena sendiri tidak tahu kemana mereka akan pergi. Suaminya hanya mengatakan jika sopir akan membawa mereka ke tempat yang aman.
Jena memeriksa ponselnya, tidak ada sinyal sama sekali. Padahal dia ingin menghubungi sang suami agar mengirimkan dokter untuk berjaga-jaga jika Hiro dalam kondisi buruk.
"Sebenarnya kita akan pergi kemana?" tanya wanita itu pada sopir yang sedang fokus mengemudi.
"Nyonya tenang saja, kita akan ke sebuah vila yang sudah tuan siapkan. Jangan khawatir, semua pasti akan baik-baik saja." ujar pria itu dengan tenang.
Kembali pada Max yang baru saja tiba di titik Hiro hilang. Anak buahnya sudah menunggu dengan wajah penuh kecemasan.
"Bagaimana bisa kalian ceroboh? Hiro hilang dan mama sekarang di rumah sakit." Max tidak bisa menahan emosinya.
"Maaf tuan, kami sudah mengawasi dengan benar. Dari CCTV yang kami dapatkan, Hiro di bawa oleh seorang cleaning servis dengan diletakkan di bak sampah." kata seorang pria berbadan tegap menjelaskan.
"Kau sudah mencari ke titik yang aku kirimkan tadi?" tanya Max dan diangguki olehnya.
"Sudah tuan, kami hanya menemukan ini." jawab pria itu menyerahkan jam tangan berwarna hitam. "Kami menemukannya di bak sampah."
Max tentu mengenali jam ini yang tak lain milik Hiro, dia sendiri yang merakitkan jam tangan dengan alat pelacak untuk putranya.
"Max, Hiro sudah pergi dari tempat ini kurang lebih 1 jam yang lalu. Saat kau pergi, titik sempat bergerak memutari tempat ini. Namun kembali ke tempat semua dan tidak bergerak lagi. Aku sudah memeriksa CCTV lain namun plat mobil yang mereka gunakan palsu." kata Sandy menunjukkan CCTV yang dia dapatkan.
Max mencengkram kepalanya dengan erat. "Ah, kemana perginya mereka? Aku harap Hiro baik-baik saja."
Tiba-tiba ponsel Max berbunyi, pria itu segera melihatnya. "Nomor asing." ujar Max menunjukkan pada Sandy, pria itu mengintruksikan agar Max segera mengangkatnya.
"Halo Max, kau pasti sedang mencari keberadaan putramu kan?"
Wajah Max langsung mengeras karena mengenali suara penelepon.
"Om Winata. Jadi kay yang menculik anakku."
"Ternyata kau langsung mengenali aku, Max" ucap pria itu sambil tertawa.
"Katakan, dimana kau bawa Hiro? Kembalikan Hiro padaku. Jangan bawa pergi Hiro."
"Aku tidak akan memberitahu mu, sebelum kau bersedia menuruti perintahku. Dan asal kau tahu, bukan aku yang membawa pergi Hiro tapi mamimu, Jena."
Lagi-lagi Max harus dikecewakan oleh ulah ibu kandungnya. Mami Jena, orang yang selalu Max beri kesempatan untuk berubah, kembali mengecewakan. Padahal selama ini dia selalu tutup mata setiap kali wanita itu menyakiti hati Keluarga Sanjaya.
"Apa maumu?" tanya Max dengan rendah.
Winata terkekeh mendengar pertanyaan Max. "Kau pasti tau apa mauku, Max. Menikah dengan Iris. Sekarang juga."
"Aku tidak mencintai, Iris. Aku tidak akan menikahinya tanpa cinta." jawab Max menolak tegas.
"Kau tidak bisa menolak. Karena jika kau menolak, maka akan aku pastikan putramu kembali tanpa nyawa. Soal cinta, bukankah dulu papi dan mami mu juga menikah tanpa cinta dan hasil dari pernikahan mereka adalah dirimu." ujar Winata membuat Max semakin marah.
"Hentikan omong kosong mu. Apapun akan aku turuti, kecuali menikah dengan keponakan tersayang mu. Kau mau uang berapa? Sebutkan saja nominalnya." kata Max membuat penawaran.
"Aku tidak butuh uangmu. Yang aku butuhkan dirimu menikah dengan Iris." tolak Winata dengan tegas.
"Jika ingin putramu selamat, datang ke alamat yang aku kirimkan. Aku dan Iris menunggu disana, siapkan mentalmu untuk menikahi Iris hari ini juga."
"Dia gilaa, siapa yang mau menjadi suami dari wanita yang telah membuat Maldevi meninggal dunia." ujar Max tidak terima.
akoh udh mmpir....
ni anknya feli sm alfi y kk???
d tnggu up'ny.....smngtttt....