Rania, seorang barista pecicilan dengan ambisi membuka kafe sendiri, bertemu dengan Bintang, seorang penulis sinis yang selalu nongkrong di kafenya untuk “mencari inspirasi.” Awalnya, mereka sering cekcok karena selera kopi yang beda tipis dengan perang dingin. Tapi, di balik candaan dan sarkasme, perlahan muncul benih-benih perasaan yang tak terduga. Dengan bumbu humor sehari-hari dan obrolan absurd, kisah mereka berkembang menjadi petualangan cinta yang manis dan kocak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zylan Rahrezi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menyusun Impian bersama
Bab 32: Menyusun Impian bersama
Hari-hari baru bagi Rania terasa lebih cerah. Hidupnya kini dipenuhi dengan rutinitas yang memuaskan: bekerja dengan passion-nya di pusat pengembangan diri, menghabiskan waktu bersama Bintang yang kini menjadi lebih dari sekadar teman, dan tetap menjaga hubungan baik dengan Adrian yang selalu mendukungnya. Meskipun demikian, Rania masih merasa bahwa perjalanan hidupnya belum sepenuhnya selesai. Ia merasa seperti sedang menapaki babak baru yang lebih menantang.
---
Satu Pagi di Kantor
Rania tengah menyusun proposal untuk proyek besar yang akan datang, namun pikirannya melayang. Bintang mengirim pesan singkat:
"Ada acara seni malam ini. Gue main lagi. Lo mau datang?"
Rania membalasnya dengan cepat:
"Pasti! Gue nggak sabar dengerin lo lagi."
Tara yang duduk di meja sebelah mengangkat alis, tahu betul hubungan Rania dan Bintang kini lebih serius.
"Gue lihat lo udah makin sering sama Bintang, ya?"
Rania hanya tersenyum sambil melanjutkan pekerjaan. "Iya, kayaknya kita mulai menemukan ritme masing-masing."
Tara tertawa ringan. "Gue rasa lo udah nemuin tempat lo di dunia ini, Ran."
---
Malam di Acara Seni
Di sebuah galeri seni yang dipenuhi dengan karya-karya seni modern, suasana terasa hangat dengan lampu-lampu lembut dan musik yang mengalun pelan. Rania tiba dan langsung melihat Bintang di sudut panggung, sedang mempersiapkan gitar.
"Lo datang juga?" Bintang menyapa dengan senyuman khasnya.
"Gue nggak akan ketinggalan," jawab Rania dengan nada penuh semangat.
Bintang mulai memainkan gitar, dan kali ini, lagu yang ia bawakan terdengar lebih pribadi. Liriknya bercerita tentang perjalanan, tentang mencari arti hidup, dan tentang keberanian untuk membuka diri. Rania merasa tersentuh, seolah lagu itu ditujukan khusus untuknya.
Setelah penampilan selesai, mereka duduk bersama di luar galeri.
"Lo luar biasa, Bintang," kata Rania, masih terpesona oleh penampilan tadi.
"Ini semua karena lo, Ran. Lo ngajarin gue untuk nggak takut jadi diri sendiri," jawab Bintang dengan tatapan lembut.
Rania tersenyum, menyadari betapa besar pengaruh Bintang dalam hidupnya.
---
Beberapa Hari Kemudian
Di tengah kesibukannya, Rania menemukan bahwa dirinya tidak lagi terjebak dalam kebingungannya. Pilihan untuk membuka hati pada Bintang bukan berarti melupakan semua yang telah ia lewati, termasuk dengan Adrian. Sebaliknya, ia merasa lebih kuat dan lebih tahu apa yang ia inginkan.
Sebuah undangan datang dari Adrian. Ia mengajak Rania untuk bertemu di sebuah taman kota, tempat pertama kali mereka berbicara tentang banyak hal.
Rania tiba lebih dulu dan melihat Adrian sudah duduk di bangku yang biasa mereka tempati.
"Lo nggak berubah, ya?" Rania tersenyum saat mendekati Adrian.
"Gue cuma belajar buat nggak nungguin lo lagi," jawab Adrian dengan senyum penuh pengertian.
Rania duduk di sebelahnya. "Gue tahu, Adrian. Gue nggak bisa nggak bersyukur dengan semua yang lo lakuin buat gue. Tapi... gue udah yakin sama pilihan gue."
Adrian mengangguk, meskipun ekspresinya sulit untuk dijelaskan. "Gue tahu kok, Ran. Lo nggak perlu jelasin lagi."
Ada keheningan sejenak, dan Rania merasa sedikit terbebani oleh perasaan bersalah. Namun, Adrian menepuk bahunya dengan lembut.
"Lo nggak perlu merasa bersalah. Kita berdua tahu kita punya jalan masing-masing. Gue cuma pengen lo bahagia."
"Gue juga pengen lo bahagia, Adrian. Lo deserve it."
Adrian tersenyum tulus. "Gue bahagia kalau lo bahagia. Itu yang penting."
---
Kehidupan yang Baru
Seiring berjalannya waktu, hubungan Rania dan Bintang semakin berkembang. Mereka memulai beberapa proyek bersama, termasuk sebuah acara seni kolaborasi yang menggabungkan musik dan seni visual. Rania juga semakin terbuka tentang visi dan impian masa depannya.
"Lo nggak takut, Ran? Takut gagal atau nggak diterima?" tanya Bintang saat mereka berdiskusi di kafe.
Rania menggelengkan kepala. "Gue pernah takut dulu. Tapi sekarang, gue merasa apa pun yang terjadi, gue bisa menghadapinya."
Bintang tersenyum lebar. "Lo emang luar biasa."
Rania menatapnya penuh arti. "Ini semua karena lo juga, Bintang. Lo ngajarin gue banyak hal tentang diri gue."
Bintang meraih tangan Rania. "Kita saling bantu untuk jadi lebih baik, Ran."
Rania merasa terinspirasi oleh Bintang, dan ia tahu bahwa perjalanan mereka bersama baru saja dimulai. Banyak hal yang ingin mereka capai, dan mereka siap melangkah bersama, menembus batas-batas yang ada.
---
Di Tengah Kebahagiaan, Tantangan Baru Muncul
Namun, di balik kebahagiaan mereka, Rania mulai merasa ada sesuatu yang mengganjal. Proyek seni yang mereka jalani bersama tiba-tiba menghadapi beberapa masalah. Beberapa sponsor yang semula tertarik mulai mundur, dan hal ini membuat Rania khawatir.
"Kita harus segera cari solusi," ujar Rania pada Bintang suatu malam saat mereka membahas masalah ini.
Bintang mengangguk serius. "Gue tahu. Kita nggak bisa berhenti sekarang. Lo nggak sendirian, Ran. Kita hadapi ini bareng-bareng."
Rania merasa diberkahi memiliki seseorang seperti Bintang yang selalu siap mendukungnya.
"Kita pasti bisa. Kita udah sampai sejauh ini."
Dengan semangat baru, mereka mulai merancang strategi untuk mengatasi masalah yang ada. Di balik kesulitan yang mereka hadapi, ada rasa kebersamaan yang semakin kuat di antara mereka.
---
To be continued...
Apakah Rania dan Bintang bisa mengatasi tantangan yang ada? Bagaimana masa depan mereka bersama, dan apa yang akan terjadi di balik semua impian yang mereka kejar?