Albert Smirt, mafia kejam yang ditakuti semua orang. Dan yang membuat kita tahu bahwa mafia ini juga sering bermain dengan wanita mal4m maupun wanita pengh1bur untuk memenuhi kebutuhannya. Namun saat ia bertemu dengan seorang wanita yang bernama Bella/Bellinda dari sebuah insiden, membuat dirinya jatuh cinta pada pandangan pertama dan merubah dirinya menjadi pria yang sangat posesif hingga membuatnya candu. Bagaimana selanjutnya?
"Kita mulai yah!" kata Albert.
"Tapi, mungkin ini sakit," ucap Bella.
"Aku tidak akan menyakitimu, Sayang. Jadi kita mulai yah!" ucap Albert sekali lagi yang di jawab anggukan kepala oleh Bella.
penasaran? yukk baca!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aery_your, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ada apa dengan perasaan ini?
Sesuai janji Albert, hari ini Bella kembali masuk ke kampusnya dengan semangat empat lima.
Mobil mewah yang memasuki karangan kampus, membuat semua mata tertuju pada mobil itu. Sesampai di parkiran, dua pria tampan berjas hitam keluar, lalu membukakan pintu mobil di pintu belakang. Bella yang merasa gugup mengepalkan tangan sehingga otot jari-jarinya terlihat lalu meremas tas yang ia kenakan. Setelah itu ia menghela nafas panjang lalu dibuangnya kasar sebelum keluar mobil.
Saat Bella keluar dari mobil, semua mata tertuju pada Bella dengan beberapa pujian dari beberapa mahasiswa dan mahasiswi yang melihatnya, "Wah.. itu Bella kan? Wah.. dia cantik sekali. Dia juga memakai mobil yang sangat mewah! Apalagi pakaian yang ia kenakan terlihat begitu anggun. Ternyata Bella anak orang kaya yah? Lihat saja, ada dua pria berjas hitam mengawalnya. Sepertinya itu bodyguard Bella deh." Itulah perkataan beberapa orang yang melihat kedatangan Bella.
Dengan wajah memerah, Bella berjalan masuk kedalam koridor kampus. Hingga salah satu gadis memanggilnya dari kejauhan, "BELLA?" panggil gadis itu. Sebut saja dia Raya. Sahabat bella saat masuk ke perguruan tinggi, merekapun satu fakultas, yaitu fakultas management.
Bella yang mendengar sontak menoleh ke sumber suara, "Raya?" pekik Bella bahagia. Dengan cepatnya Bella memeluk tubuh Raya yang juga merentangkan kedua tangannya.
"Bella, lo kemana aja sih? Gue kangen banget sama lo. Sumpah!" ucapnya membentuk dua jari berbentuk pis.
"Gue juga kangen sama lo," balas Bella melepas pelukannya.
"Lo kemana aja? Seminggu lebih, lo nggak ngabarin gue, lo nggak masuk kampus," sembari memanyunkan bibir, "Lo--
Seketika Raya terhenti saat melihat dua pria berjas hitam di samping sahabatnya. Ia langsung menyenggol lengan Bella, "Bella.. mereka siapa? Mereka ganteng banget!" seru Raya menatap kedua pria yang berdiri dengan wajah datarnya.
"Oh.. mereka Boy dan William," jawab Bella melirik mereka singkat.
"Hay, gue Raya," sapa Raya mengangkat tangannya bermaksud bersalaman.
Akan tetapi, kedua pria itu diam. "Kenapa mereka tak mau membalas sapaanku?" bisik Raya pada sahabatnya. Dan itu membuat kedua pria tampan berjas hitam itu mendengarnya.
Bella menatap kedua pria itu, "Maafkan kami Nona, karena Tuan Albert memerintahkan kami untuk menjaga Nona, bukan berkenalan dengan seorang gadis," ujar William membungkuk hormat lalu menegak kembali.
Bella mengernyitkan dahinya, "Tapi, setidaknya, kalian sapa teman aku!"
"Baik Nona," jawab William, "Perkenalkan nama saya William," lanjut pria itu dengan wajah datarnya.
"Saya Boy," sapa satunya lagi memperkenalkan.
"Ya sudah. Yukk kita masuk kelas!"
Di dalam kelas, Bella baru saja selesai menyelesaikan pelajaran pertamanya. Dengan kedua pria berjas hitam, yang stay dibelakangnya.
Jujur saat ini Bella merasa risih atas kehadiran pria-pria ini. Sebab ia tidak bisa belajar dengan serius ditambah lagi, ia tidak enak pada teman sekelasnya. Bagaimana tidak, para gadis hanya memperhatikan kedua pria itu, sehingga dosen yang menerangkan menegur mereka satu persatu.
Tapi, pasti kalian bertanya-tanya kan, mengapa pria berjas itu masuk kedalam kelas? Karena, Albert sudah menghubungi dekan kampus untuk menyetujui permintaannya, agar suruhannya bisa menemani Bella. Sebab Albert adalah orang yang sangat penting juga di universitas tersebut.
"Bella, ke kantin yuk!" ajak Raya yang di jawab anggukan kepala.
Merekapun pergi ke kantin dengan pria-pria itu yang mengekorinya. Hingga di pertengahan jalan, Bella tak sengaja menabrak seseorang di koridor kampus.
Bukkk
"Ahh!" ringis Bella mengusap punggungnya.
Melihat itu kedua pria itu, langsung mendorong pria yang tak sengaja menabrak Nonanya.
"Ma maafkan saya."
Bella mendongak lalu menatap pria yang menabraknya, "Eh, tidak apa-apa kok. Gue juga minta maaf, sebab gue nggak lihat lo jalan."
Mendengar itu pria itu tersenyum tipis, "Oh God! Kita akan mulai gadis cantik."
"I iya maafin gue juga. Ka kamu Bella kan?" tanyanya.
Bella mengangguk. Raya yang bersama Bella langsung menarik Bella, "Ayo! Gue laper banget Bella!" celetuk Raya tak memperdulikan dua pria berjas yang merasa geram terhadapnya dan Pablo yang sedang berbicara dengan Bella.
"Maaf Nona, anda jangan kasar-kasar dengan Nona Bella," cerca William mencekal tangan Raya.
"Hehe maaf! Ayo Bella, gue lapar banget, ayo!" kekeh Raya cengengesan. William pun melepas cekalannya.
"Ya sudah, maaf yah!" ucap Bella beranjak dari sana bersama Raya, William dan Boy yang mengekornya.
Setelah kepergian Bella, pria itu menyeringai bak devil. Sepertinya, pria itu benar-benar menemukan apa yang bisa membuat klan Smirt atau lebih tepatnya Albert, agar gadis itu menjadi umpan untuk mencelakai musuhnya.
"Kita akan lihat Albert. Sampai dimana kau."
****
"Bagaimana William?"
(....)
"Bagus! Kau harus menjaga gadis itu, jangan sampai dia lecet sedikitpun!"
(....)
Albert pun mematikan sambungannya.
"Ada apa Albert?" tanya Frans.
"Kau sangat kepo untuk mengetahui urusanku."
Frans terkekeh, "Kau ini, seorang pria dingin yang kejam dan pemain wanita, tiba-tiba berubah menjadi posesif."
Albert memutar bola matanya malas sambil berdecih, "Ck, kau benar Frans. Akhir-akhir ini, aku tak memakai gadis-gadis malamku untuk memuaskan hasr4tku." Albert menarik nafas dalam-dalam lalu membuangnya, "Aku juga tidak tau, setiap aku bertemu dengannya, aku merasa ditarik untuk dekat dengannya. Ada apa dengan perasaan ini? Sebelumnya aku tak pernah merasa seperti ini," lanjutnya.
Frans yang mengerti langsung tersenyum, "Artinya, kau jatuh cinta pada Bella Albert," ucap Frans membuat jantung Albert berdegup kencang.
"Ada apa dengan jantungku Frans?" tanya Albert tiba-tiba memegang dadanya.
Frans lagi-lagi terkekeh. Hanya menyebut nama Bella dan jatuh cinta saja, berhasil membuat saudara sepupunya terengah-engah karena degup jantungnya.
"Ck, kenapa kau tertawa hah?" kesal Albert melempar pulpen yang ada di tangannya.
"Eits santai dong!" kekeh Frans. Albert malah berdiri dari sana, tanpa menoleh kearah Frans yang masih saja terkekeh.
Cinta.
Sepertinya Frans benar-benar harus ikhlas melepaskan gadis yang ia suka untuk kakaknya ini.
****
Sekarang pukul tiga sore, Albert sudah berada di parkiran kampus Bella. Ia bersandar di depan mobil sportnya dengan wajah datarnya yang melihat sekeliling kampus. Jangan lupa kacamata hitamnya yang berada di atas hidungnya yang mancung, membuat ketampanan seorang Albert Smirt di puji oleh banyak mahasiswi disana.
Setelah lama menunggu, ia melihat Bella keluar dan berjalan menuju parkiran bersama dua bodyguard suruhannya yang mengekorinya dari belakang.
Sesampai Bella disana, ia terkejut atas kehadiran Albert yang tersenyum tipis kearahnya. Membuat jantung Bella berdegup.
"Tuan!" kata kedua pria itu membungkuk hormat.
Siswa dan siswi yang melewati mereka tertegun melihat kecantikan Bella dan ketampanan Albert yang tersenyum.
"Tu tuan," gugup Bella, "Ehm, ngapain anda kesini?" tanya Bella berdehem.
Bless
Seketika Albert terdiam, ia tidak tau apa yang harus ia katakan. Sebab apa yang Bella katakan juga benar 'Ngapain aku kesini'
"Tuan," panggil Bella menyadarkan Albert dari lamunannya.
"A ini, aku baru saja bertemu dengan seseorang di cafe seberang. Jadi aku berniat menemuimu, sekalian menjemputmu." Tanpa Albert sadari mereka bertiga terdiam. Apalagi dengan kedua pria berjas itu, ia baru kali pertamanya melihat ketuanya menjemput seseorang, apalagi ini seorang gadis.
Apa yang Albert katakan benar, atau tidak?
"Apa kau masih ingin tetap berdiri disana atau masuk kedalam?" tanya Albert yang ternyata sudah berada di samping pintu pengemudi.
"A i iya," jawab Bella menarik ganggang pintu mobil dan masuk. Sedangkan kedua pria berjas itu, juga masuk kedalam mobilnya.
Dan tanpa mereka sadari, seorang pria sedang tersenyum melihat mereka.
Albert Smirt.