Sentuhan Liar Gadis Bar-bar

Siang harinya, ketika Baby sudah masuk kedalam mobil suaminya. Wanita itu terus saja cemberut dan memanyunkan bibir. Ia bahkan, tak cerewet seperti biasanya. Lantaran Baby masih saja kesal karena setelah Nikki keluar dari kelas tadi pagi. Baby langsung di cecar banyak pertanyaan dari teman sekelasnya.

"Wajahmu itu sudah jelek, makin jelek saja kalau manyun seperti itu". Ledek Nikki yang sudah tahu jika Baby sengaja diam. Sebab, pasti masih saja kesal dengan ulahnya tadi pagi.

Tetapi, Nikki sengaja pura-pura tak tahu dan membiarkan istrinya memasang wajah masan, sejak naik kedalam mobil tadi.

Baby hanya melirik sekilas ia tak menjawab sepatah kata pun juga. Wanita itu kembali memilih untuk menatap luar jendela dari pada harus menatap wajah sang suami yang baginya malah terlihat menyebalkan saja.

"Berhenti!". Seru Baby tiba-tiba.

Membuat Nikki hanya menautkan kedua alisnya bingung dia juga terkejut secara bersamaan.

"Hentikan mobilnya, Pi! ". Seru Baby kembali dengan tatapan masih saja kesal.

"Mau apa berhenti disini?. Rumah kita masih jauh". Jawab Nikki yang tak paham.

Baby hanya menatap malas dan terus menoleh ke arah belakang sana. Bibirnya terlalu keluh untuk mengatakan apa yang ia mau saat ini. Karena egonya yang tiba- tiba saja tinggi. Mungkin, ia juga masih saja merasa kesal akan ulah Nikki tadi pagi.

"Hiks- Hiks, Papi jahat!?". Tiba- tiba Baby malah menangis tersedu-sedu. Membuat Nikki semakin bingung saja.

" Hei, kamu kenapa?. Aku tidak merasa menyakitimu". Nikki yang panik dan bingung kini langsung menepikan mobilnya.

Baby pun semakin histeris saja nangisnya. Tanpa tahu sebab. Hingga Nikki sendiri bingung akan sikap Baby saat ini.

"Katakan ada apa?. Apa yang salah? ". Tanya Nikki lagi.

" Papi jahat!?.Hiks-Hiks."Baby terus memaki suaminya, seakan tak mau menatap wajah Nikki sama sekali.

Membuat Nikki mengerutkan keningnya." Baby, ayolah! Apa karena tadi pagi?. Aku minta maaf!. Tapi, itu juga tidak salah kan?. Kau memang sudah jadi istri ku. Jadi, menurut ku apa yang aku lakukan benar. Seharusnya kau bersyukur karena aku mengakui kamu sebagai istri ku di depan umum". Cerocos Nikki yang salah mengartikan istrinya.

Bukannya diam, Baby malah semakin parah saja. Ia bahkan saat ini memukul-mukul dada bidang suaminya. Saat Nikki mendekat diri kearah dia.

"Berhentilah menangis!. Nanti aku dikira orang sedang ingin melecehkan mu disini". Ujar Nikki yang semakin membuat Baby kesal.

Nikki pun langsung memasukkan Baby ke dalam pelukan nya. Namun, seketika tangis Baby reda. Membuat Nikki mengulum senyumnya senang.

"Papi bau".

"Hah?."

Nikki langsung melonggarkan pelukan nya. Baby juga langsung menjauhkan diri dari dada bidang Nikki. Bahkan, wanita itu sampai menutup hidungnya sendiri. Seolah memang benar jika Nikki sangat bau seperti yang ia katakan barusan.

Nikki yang penasaran akan bau tubuhnya . Pria itu mulai mencium aroma tubuh dia sendiri. Dari mulai lengan sampai kedua ketiaknya juga. Tapi, sama sekali tak ada yang aneh bagi Nikki. Padahal hanya bau parfum yang biasa ia pakai setiap hari saja.

"Oh, Bau parfum ini maksud kamu? ". Tanya Nikki sambil tersenyum. "Ini kan memang parfum yang biasa aku pa...

" Bau Papi buat aku mual!". Seru Baby yang masih menutup hidungnya. Bahkan, Baby akan membuka pintu mobil kalau tidak di cegah oleh Nikki.

"Mual, bau?.Kamu aneh sih". Sahut Nikki yang memang merasakan Baby aneh menurutnya. Padahal, selama ini Baby sendiri yang bilang jika bau tubuhnya sangat nyaman.

Dikatakan aneh oleh suaminya. Baby malah kembali menangis lagi, hingga membuat Nikki menepuk jidatnya sendiri. Sambil menghela nafas sedikit kasar. Sungguh ia tak tahu kenapa Baby hari ini membuat nya gusar saja.

"Pulang!. Aku mau pulang!". Teriak Baby dengan sambil terisak.

"Oke-oke, kan dari tadi kita memang mau pulang. Kamu saja yang menyuruh ku berhenti di tengah jalan begini". Lirih Nikki dengan  hembusan nafas kasarnya.

"Mau cilok! ". Rengek Baby, saat Nikki akan menginjak pedal gal kendaraan nya kembali.

"Cilok? ". Ulang Nikki semakin bingung saja. Tapi, anggukan kepala Baby membuatnya lagi- lagi menghela nafasnya dalam.

"Aku mau cilok pi!"Seru Baby lagi yang akhirnya membuang egonya. Sampai ia rela nangis, tapi suaminya tak paham akan apa yang ia mau.

Baby menunjuk arah belakang sana. Dimana ada gerobak cilok yang sedang melayani pembeli di tepi jalan raya.

"Jadi, dari tadi kamu nyuruh berhenti, cuma mau beli cilok itu?" Baby langsung menganggukkan kepalanya jujur.

"Astaga, bilang dong dari tadi!". Nikki sampai menggeleng kan kepalanya saja akan tingkah Baby saat ini.

"Kita putar balik aja dulu!. Biar gak kejauhan jalan nya". Baby pun kembali menganggukkan kepala. Dan mulai menghapus sisa air matanya, ketika Nikki sudah tahu apa yang ia mau saat ini.

*

*

*

Nikki menatap punggung Baby, yang saat ini sudah masuk kedalam rumah duluan. Bahkan, Ia sambil memakan cilok sejak dalam perjalanan pulang tadi.

Saat sudah sampai di rumah pun. Baby nampak tak perduli padanya. Padahal, biasanya Baby itu selalu saja menggoda dia. Agar mereka berakhir di atas ranjang, tapi siang ini Baby terlihat berbeda.

"Apa yang terjadi padanya? ". Guman Nikki bingung. Namun, tak urung pria itu ikut melangkah masuk kedalam rumah juga.

Sebab, selain untuk ganti pakaian nya. Nikki dan Baby juga akan makan siang dulu sebelum mereka pergi ke rumah lama Nikki. Dimana, setelah makan siang kedua orang tua dan juga putrinya akan terbang ke Jakarta. Oleh sebab itulah Nikki dan Baby ingin mengantar mereka sampai Bandara.

"Pi, Baksonya ketinggalan di mobil, tolong ambilkan ya!. "Teriak Baby dari arah dapur ketika ia melihat Nikki baru saja sampai di depan pintu utama.

Ya, tadi saat beli cilok. Baby malah menginginkan bakso juga, kebetulan di pinggir jalan sana tepat di depan gerobak cilok ada warung bakso yang nampak ramai pengunjung, dan itulah sebabnya Baby juga ikutan memesan bakso tersebut.

"Sudah makan cilok, mau bakso juga. Dia hobby yang bulat-bulat atau gimana sih? ". Guman Nikki sambil menggeleng kan kepalanya.

Meskipun ia ngedumel. Nikki pun masih mau menuruti kemauan istrinya. Ya, Walau ia juga masih bingung akan sikap Baby siang ini.

Setelah kembali ke mobil. Dan mengambil kan bakso istri nya. Nikki kembali masuk kedalam rumah. Pria itu segera masuk ke arah dapur, menuju meja makan, dimana istrinya sudah menunggu sejak beberapa detik yang lalu.

Nikki melihat sudah ada mangkuk dan juga menu makan siang di atas meja sana. Pasti yang nyiapin juga para art di rumah ini. Sedangkan, Baby masih asyik dengan cilok nya yang belum habis juga sampai sekarang.

Jelas tidak habis-habis. Karena, Baby memesan dengan ukuran jumbo. Bahkan, Baby memakan nya dengan sangat lahap sekali.

"Udah cuci tangan sudah apa belum?."Tanya Nikki sambil meletakkan kantong kresek berisi bakso, milik istrinya di atas meja makan.

"Udah dong pi". Jawab Baby dengan mulut yang masih penuh dengan makanan.

Nikki hanya menggeleng kan kepala saja. Karena, Baby benar-benar begitu lahap memakan cilok yang ada di piring nya itu.

"Makan nasi dulu!. Biar ada tenaga!". Seru Nikki sedikit memberikan kode rahasia nya.

Baby langsung menatap wajah suaminya, dan menjawab". Makan cilok juga menghasilkan tenaga".

"Benarkah?"

Baby menganggukkan kepala membuat Nikki menarik sudut  bibir nya usil, pria mantan duda kesepian melirik arloji di pergelangan tangannya.

"Masih ada waktu satu jam lagi, buat cari keringat!". Ujarnya tanpa tedeng aling-aling lagi.

" Lagi nggak mood". Jawab Baby sekenanya.

Karena wanita itu langsung paham, kearah mana tujuan ucapan suaminya saat ini. Apalagi, senyum Nikki sudah menunjukkan senyum mesum seperti itu.

"Ck, Kau baru saja menolaknya Baby! ".

"Kalau iya, kenapa?". Jawab Baby santai.

"Sini baksonya!. Aku mau makan itu juga, Pi!" Seru Baby malah mengalihkan pembicaraan. Dimana para art yang masih berada di dapur saat ini tengah menahan tawanya saja akan tingkah Baby sekarang.

"Ogah, ambil saja sendiri!".Jawab Nikki yang menarik kantong kresek berisi bakso milik Baby, dan dengan konyolnya malah meletakkan kresek itu tepat di samping kursinya.

Baby yang kesal dengan ulah suaminya yang kembali membuat ulah. Kini, wanita itu pun langsung bangkit dari kursi, lalu menghampiri pria tampan dengan sejuta pesona itu. Dimana Nikki malah nampak santai pura- pura tak tahu jika istrinya menghampiri dirinya.

"Sini Bakso nya, Pi!" Rengek Baby sambil mengadah kan tangan kanannya.

"Ambil saja sendiri!". Jawab Nikki dan malah meletakkan kantong kresek itu di atas pangkuannya.

"Sial, mana masih panas lagi". Batin Nikki saat merasakan hangat di atas pangkuannya itu.

"Ayolah pi, sini baksos nya!" Nikki hanya menggeleng kan kepala, menolak permintaan Baby, yang mana membuat wanita cantik itu menghela nafasnya dalam- dalam.

"Papi, memang sengaja ya?. Suruh aku ambil bakso yang lain? ". Baby menaik turunkan alisnya. Bahkan, wanita itu saat ini mendekat kan wajahnya tepat di hadapan wajah Nikki.

Baby dengan  jahilnya mulai meraih kantong kresek itu. Dan memindahkan nya di atas meja kembali. Lalu, ia kini malah langsung duduk di pangkuan suaminya.

Nikki hanya diam saja. Tanpa ingin protes saat Baby duduk di pangkuannya. Apalagi saat jari lentik Baby mulai menyentuh wajahnya.

"Aku juga ingin, tapi bau badan Papi tidak enak sekali".

"Apa?!"

Lagi- lagi kata bau yang keluar dari bibir istrinya. Yang semakin membuat Nikki hampir frustasi. Namun, otak Nikki selalu ada ide untuk tak menunda kegiatan itu.

" Kita bisa sambil berendam, bukan? ". Tawarnya dengan seringai licik di bibir sensual tersebut.