NovelToon NovelToon
Tlembuk

Tlembuk

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Duniahiburan / Dikelilingi wanita cantik / Playboy / Cinta Terlarang / Pelakor
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: Esa

"Tlembuk" kisah tentang Lily, seorang perempuan muda yang bekerja di pasar malam Kedung Mulyo. Di tengah kesepian dan kesulitan hidup setelah kehilangan ayah dan merawat ibunya yang sakit, Lily menjalani hari-harinya dengan penuh harapan dan keputusasaan. Dalam pertemuannya dengan Rojali, seorang pelanggan setia, ia berbagi cerita tentang kehidupannya yang sulit, berjuang mencari cahaya di balik lorong gelap kehidupannya. Dengan latar belakang pasar malam yang ramai, "Tlembuk" mengeksplorasi tema perjuangan, harapan, dan pencarian jati diri di tengah tekanan hidup yang menghimpit.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Esa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16: Dinda Kentut

Setelah mereka asyik menikmati cemilan dan minuman di alun-alun, suasana santai mulai terasa. Lily dan Dinda terlibat dalam perbincangan seru, bercanda sambil menunggu pesan yang masuk dari grup Tlembuk mereka. Di tengah keramaian malam itu, suara gelak tawa mereka bergema di sekitar, mengundang perhatian orang-orang di sekeliling.

Namun, di tengah perbincangan yang hangat itu, Dinda yang duduk di samping Lily merasa perutnya bergemuruh. Dia sudah berusaha menahan, tetapi suara kentut yang keras dan menggelegar tak bisa ditahan lagi.

“BRUAAKKK!”

Suara itu mengisi udara, dan seketika suasana menjadi hening. Lily yang sedang menyesap birnya langsung tersedak, menatap Dinda dengan mata melotot. “DINDAAA!!!” teriaknya, wajahnya sudah tidak bisa menahan tawa.

Bau menyengat pun segera menyeruak. “Aduh, minta ampun! Bau banget ini!” Lily menutup hidungnya, berusaha menghindar dari aroma yang mengganggu. Dalam suasana itu, hanya mereka berdua yang terjebak dalam momen konyol tersebut.

“Eh, jangan lihat aku! Itu efek dari bir!” Dinda berusaha menjelaskan sambil tertawa, walaupun dia sendiri merasa malu.

“Efek bir? Kayaknya bukan hanya itu deh!” jawab Lily sambil menggoda. “Kamu harusnya minta maaf sama aku!”

Dinda mengangkat bahu dengan ekspresi lucu, “Gimana mau minta maaf, aku malah bangga! Itu artinya aku berani!”

“Berani? Berani nyengat di sini maksudnya?” Lily masih tertawa, sementara dia berusaha menahan napas.

“Bisa aja! Kenapa kamu jadi takut?” Dinda mencibir, merasa ada tantangan di antara mereka.

“Tapi ini benar-benar baunya parah!” Lily mengeluh sambil tertawa. “Kamu harusnya minta maaf sama semua orang di sini!”

Dinda yang tak ingin kalah segera membalas, “Kalau aku minta maaf, berarti aku mengakui kekalahanku! Jadi, siap-siaplah menerima bau ini!”

Suasana antara mereka berdua semakin ceria. Mereka saling menggoda dan tawa di antara mereka menjadi semakin keras. “Oke, aku mengakui! Ini adalah momen yang paling konyol yang pernah ada!” kata Lily, berusaha mengembalikan napasnya.

Setelah beberapa saat, Dinda dengan semangat berkata, “Eh, kita harus bikin tantangan! Siapa yang bisa menahan kentut selama satu jam saat kita kumpul di sini?”

Lily terkejut. “Itu tantangan yang gila, Din! Tapi menarik!”

Dinda segera menjelaskan, “Siapa pun yang tidak bisa menahan diri harus bayar bir untuk yang lain!”

Lily tidak bisa menahan tawa, “Baiklah, tantangan diterima! Tapi kamu tahu, aku tidak bisa berjanji untuk bertahan!”

Mereka pun sepakat untuk memulai tantangan itu. Dinda mengangkat tangan. “Oke, kita hitung mundur dari sepuluh!”

“Mari kita lihat siapa yang kuat!” kata Lily penuh semangat.

Mereka mulai menghitung mundur bersama, suara tawa dan canda menyemarakkan malam itu. “Sepuluh! Sembilan! Delapan!” Suara mereka semakin menggebu.

Dinda berusaha keras untuk tidak tertawa, tetapi suasana semakin konyol. Lily menciptakan lelucon dan Dinda tak henti-hentinya menggoda, “Kalau kamu sampai kentut, kamu harus bayar dua bir, ya!”

Dengan semangat, Lily menantang, “Gimana kalau kamu yang kalah? Siapa yang berani?”

Ketika mereka sampai pada “Satu!”, Dinda mulai tertawa terpingkal-pingkal. “Aku tidak bisa menahan diri!” serunya.

Dinda langsung berlari ke arah semak-semak di dekat alun-alun. “Aduh, aku tidak kuat!” dia teriak sambil tertawa, menutup mulutnya dan berlari secepatnya.

Lily hanya bisa berdiri sambil tertawa terbahak-bahak, “C’mon, Din! Kamu malah jadi berlari ke semak-semak!”

Setelah beberapa saat, Dinda kembali dengan napas yang masih tersisa. Wajahnya sudah tidak bisa menahan tawa. “Oke, aku mengakui kalah. Aku akan bayar bir untuk kita!”

Lily menggoda, “Tapi kita tetap seru, kan? Kita bisa mengadakan tantangan lagi lain kali!”

“Mungkin kita bisa mencoba tantangan yang lain. Tapi kali ini, tanpa kentut!” Dinda berjanji sambil tersenyum.

Lily setuju, “Iya, dan kita bisa mengganti tantangan dengan hal-hal konyol lainnya! Bayangkan saja, tantangan menahan tawa!”

Mereka berdua pun merencanakan berbagai tantangan untuk pertemuan berikutnya, yang semakin mempererat hubungan mereka sebagai teman. Dari satu momen konyol ke momen lainnya, mereka menemukan bahwa kebersamaan dan tawa adalah hal yang paling berharga dalam hidup mereka.

Hari itu ditutup dengan perasaan gembira, dan Dinda pun kembali berseloroh, “Siapa tahu, di lain waktu kita bisa bikin grup 'Kentut Squad'!” yang langsung disambut dengan tawa meriah.

Ketika malam semakin larut, mereka memutuskan untuk kembali ke rumah masing-masing. Dalam perjalanan pulang, Lily dan Dinda berjalan sambil terus mengulang kembali momen lucu mereka. “Bisa-bisanya kita bahas kentut di depan orang banyak, ya?” tanya Lily.

Dinda mengangguk sambil tersenyum. “Iya, dan siapa sangka itu jadi momen seru buat kita?”

“Kalau ada yang bilang kalau kita ini teman ‘tlembuk’ bisa dibilang konyol, tapi kita benar-benar punya kenangan seru,” jawab Lily, semakin merasa bangga akan persahabatan mereka.

Ketika mereka tiba di depan rumah, Dinda berbalik menghadap Lily dan berkata, “Lily, terima kasih sudah jadi teman yang selalu seru!”

“Dan terima kasih untuk semua kenangan ini, Din! Kita harus terus bikin cerita-cerita lucu, ya!” balas Lily dengan antusias.

Dengan hati yang penuh, mereka berpisah dan melanjutkan perjalanan masing-masing, berjanji untuk bertemu lagi dan menciptakan lebih banyak momen seru di masa depan.

Di dalam benak mereka, kentut Dinda akan selalu menjadi kenangan tak terlupakan—tanda dari kebersamaan yang penuh tawa, cinta, dan persahabatan sejati.

Setelah kejadian konyol di alun-alun, grup Tlembuk semakin ramai. Dinda dan Lily tidak sabar untuk melihat siapa saja yang bergabung dan cerita-cerita apa yang mereka bawa ke dalam grup. Setiap kali notifikasi WA masuk, mereka berdua langsung bersemangat membuka ponsel untuk mengecek.

Dalam beberapa hari, grup itu diisi oleh berbagai orang dengan latar belakang yang berbeda. Dari cewek-cewek muda hingga tante-tante berumur, semuanya menyumbangkan cerita dan pengalaman mereka sebagai "tlembuk."

“Eh, Lil, ada yang baru lagi nih!” seru Dinda sambil menunjukkan layar ponselnya.

“Siapa? Siapa?” tanya Lily antusias, mendekat untuk melihat.

“Namanya Mira, dia bilang dia sudah berpengalaman jadi tlembuk! Kita harus tanya-tanya,” jawab Dinda, matanya berbinar.

“Wah, berarti kita bisa belajar banyak dari dia!” Lily langsung bersemangat. “Coba kita ajak ngobrol.”

Dinda mengetik pesan, “Hai Mira, selamat datang di grup Tlembuk! Ceritakan pengalaman kamu dong!”

Beberapa menit kemudian, Mira membalas. “Halo semua! Jadi, aku mulai jadi tlembuk sejak tahun lalu. Banyak cerita seru dan konyol yang aku alami! Ada yang mau tahu?”

Dinda dan Lily langsung membalas, “Aku mau tahu! Ceritakan, dong!”

Mira kemudian membagikan cerita tentang pengalaman pertamanya yang sangat konyol. “Jadi, aku sekali dapat orderan dari seorang cowok, dan dia ternyata membawa teman-temannya! Aku merasa seperti pertunjukan di depan publik, haha!”

Lily dan Dinda tertawa membaca cerita itu. “Wah, itu pasti seru! Apa yang terjadi selanjutnya?” tanya Dinda.

Mira melanjutkan, “Aku mencoba untuk tetap profesional, tapi ketika mereka mulai bercanda dan menggoda, aku tidak bisa menahan tawa. Akhirnya, aku jadi salah fokus dan hampir jatuh dari sofa!”

Cerita-cerita itu semakin menarik perhatian anggota grup yang lain. Beberapa orang mulai menambahkan cerita pengalaman mereka sendiri.

“Saya pernah mengalami kejadian konyol di mobil! Ternyata mobilnya ada di depan rumah si mantan!” tulis seorang anggota bernama Rina.

“Loh, jadi gimana? Kalian ketemu?” tanya Dinda.

“Ya, ketemu dan semuanya jadi awkward! Akhirnya aku kabur, haha!” jawab Rina.

Malam itu, grup Tlembuk dipenuhi tawa dan cerita lucu dari berbagai anggota. Dinda dan Lily merasa beruntung bisa bergabung dengan orang-orang yang berpikiran sama. Mereka terus saling berbagi pengalaman dan saling menghibur satu sama lain.

Setelah beberapa jam, Dinda mengusulkan, “Gimana kalau kita bikin meet-up? Kita semua bisa ketemu dan saling bercerita langsung!”

Lily mengangguk setuju. “Iya, itu ide yang bagus! Kita bisa bikin acara seru dan mungkin bisa menjadikan ini tradisi!”

Semua anggota grup setuju, dan mereka mulai merencanakan tempat dan waktu untuk bertemu. Obrolan di grup menjadi semakin ramai. Mereka berdiskusi tentang berbagai lokasi, mulai dari kafe hingga taman, semuanya dengan suasana santai.

Mira kembali mengirim pesan, “Kalau kita semua ketemu, kita harus bikin tantangan seperti yang kamu lakukan di alun-alun itu! Aku mau ikutan!”

“Setuju! Tantangan itu seru!” balas Dinda. “Tapi kita harus menyiapkan bir yang banyak, ya!”

“Jangan lupa cemilan!” tambah Lily dengan semangat.

Semua orang di grup semakin bersemangat membahas acara itu. Mereka saling bertukar ide tentang kegiatan yang akan dilakukan. Beberapa orang bahkan mengusulkan untuk membuat permainan konyol yang bisa melibatkan semua orang.

“Kalau kita bawa permainan truth or dare, itu bisa seru!” tulis seseorang bernama Sari.

Dinda menjawab, “Itu ide yang bagus! Kita bisa menyuruh semua orang untuk melakukan hal-hal konyol!”

Setiap kali notifikasi masuk, Dinda dan Lily semakin tidak sabar menunggu hari pertemuan itu tiba. Mereka merasa bahwa grup Tlembuk tidak hanya menjadi wadah untuk berbagi pengalaman, tetapi juga sebuah komunitas yang saling mendukung dan bersenang-senang.

Malam itu, mereka berdua pulang dengan semangat baru, membayangkan bagaimana serunya pertemuan nanti dan betapa banyaknya cerita yang akan mereka bagikan.

“Din, aku tidak sabar untuk bertemu semua orang!” seru Lily.

“Juga untuk tantangannya! Ini akan jadi pengalaman yang tak terlupakan!” balas Dinda, senyum lebar menghiasi wajahnya.

Dan saat itu, mereka berdua tahu bahwa persahabatan mereka, serta grup Tlembuk, akan terus berkembang dan memberikan banyak momen indah di masa depan.

1
Zhu Yun💫
Tenang Ly, masih ada stok rokoknya om Joko noh 🤭😁🤣🤣✌️
DJ. Esa Sandi S.: eh, minta kontak wa kamu sih ...
Zhu Yun💫: masama kakak 👍
total 4 replies
Zhu Yun💫
Tangan Om Joko nakal ya 🤭😁🤣✌️✌️
Zhu Yun💫
Pak Herman pengin nyobain daun muda juga nih 🤭
Pasatv Mase
vidionya kok gak ada
DJ. Esa Sandi S.: ini kan novel boss
total 1 replies
Zhu Yun💫
Beban hidup ya Ly,,, Semangat ya Ly, semua ada masanya.... 😁💪💪
Zhu Yun💫
weleh-weleh 😅
DJ. Esa Sandi S.: /Applaud//Applaud/
total 1 replies
Zhu Yun💫
Semangat kak Esa buat novel barunya 💪💪💪
DJ. Esa Sandi S.: udah q follback yah /Sly//Sly/
Zhu Yun💫: Follback kakak, nanti bisa saling chat,,
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!