NovelToon NovelToon
ISTRIKU DUA TAPI AKU MASIH PERJAKA

ISTRIKU DUA TAPI AKU MASIH PERJAKA

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Dikelilingi wanita cantik / Pernikahan Kilat
Popularitas:5.1k
Nilai: 5
Nama Author: Mega Biru

Orang bilang punya istri dua itu enak, tapi tidak untuk Kelana Alsaki Bragha.
Istrinya ada dua tapi dia tetap perjaka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mega Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 4

Kelana tak menyangka, seorang gadis yang sudah ia jaga ternyata telah disentuh oleh pria. Terlebih lagi calon istrinya itu memang memiliki penyakit menular seksual.

“Kelana, kalau kalian mau bicara di luar aja, Mbak masih ada pasien,” ucap Harum.

Kelana mematung tak percaya, ia melihat calon istrinya keluar dari tirai pemeriksaan. Kadara pun masih bisa melemparkan senyuman pada calon suaminya itu.

“Itu bukan penyakit apa-apa kan, Mbak? Itu cuma kutil biasa,” ujar Kadara sangat percaya diri.

“Yakin cuma kutil biasa?” tanya Kelana.

“Ya memang iya, kan? Selama ini aku merasa sehat-sehat aja, Mas. Aku itu nggak sakit.”

“Apa kamu tak merasa risih dengan rasa panas, gatal, atau nyeri pada kutil kamu, Kadara?” tanya Harum.

“Tapi itu cuma kutil biasa, Mbak. Gatal dan panas dikit memangnya kenapa?” jawab Kadara.

“Oke, kalau gitu kamu bicara sama Kelana. Kalian harus membicarakannya,” titah Harum.

“Ikut aku.”

Kelana menarik tangan Kadara untuk membicarakannya berdua. Ia pun membawa masuk calon istrinya itu ke dalam mobil yang masih terparkir di depan klinik.

“Mas, kamu harus tepati janji kamu. Kamu harus tetap nikahin aku, karena aku udah turutin kemauan kamu untuk periksa,” ujar Kadara setelah duduk tak tenang.

“Nggak.”

“Hah?”

“Tolong kamu jujur, siapa pria itu?” Mimik Kelana sudah kecewa.

“Pria apa sih, Mas?”

“Yang sudah menularkan penyakit itu.” Kelana berkata tanpa memandang, pandangannya lurus ke depan dengan pembawaan tenang.

“Mas, kamu nggak percaya aku? Aku nggak pernah selingkuh, Mas. Aku itu setia sama kamu.”

“Oke, mau nggak mau, pernikahan kita harus batal.”

“Mas --”

“Kita putus.”

“Nggak, aku nggak mau putus, Mas. Aku nggak terima kamu batalin pernikahan kita!” sentak Kadara.

“Keputusanku sudah bulat, kita putus. Nggak akan ada pernikahan di antara kita,” sahut Kelana.

“Oke, fine, kamu liat nanti!” Kadara keluar dari mobil sambil membawa emosi.

**

**

**

Di perjalanan pulang, perasaan Kelana sudah patah karena harus menerima kenyataan wanita yang ia cintai sudah tak perawan. Namun ia sangat penasaran siapa pria yang berani menggores mahkota yang selama ini ia jaga.

Di samping itu, Kelana sudah memantapkan hatinya untuk membatalkan pernikahannya. Ia sudah mencari alasan agar ibunya mau menerima pembatalan itu.

Namun saat mobilnya melintasi sebuah sekolah, Kelana melihat Bening yang sedang berjalan di sisi jalan. Lekas Kelana menghentikan mobilnya untuk mengajak Bening pulang bersama.

“Bening, masuk!” titah Kelana.

Bening celingak-celinguk siapa tahu bukan ia yang Kelana panggil, namun gadis itu tetap menghampiri mobil karena sudah kenal dengan pemiliknya.

“Om Kelana?” ujar Bening.

“Iya, cepet masuk. Mau pulang, kan?”

“Iya, om.”

Bening tampak senang karena mendapat tumpangan, gadis itu lekas masuk ke dalam mobil anak majikan.

“Makasih tumpangannya, Om.” Bening mencium punggung tangan Kelana, hingga membuat pria itu ngefreez lagi sambil memperhatikan tangannya.

“Om?” Bening melambaikan tangannya di depan wajah Kelana, hingga pria itu tersadar dari lamunannya.

“Om kenapa?” tanya Bening.

“Nggak papa.” Kelana melajukan mobil. “Kalau boleh jujur, kamu orang pertama yang cium tangan saya. Bahkan orang spesial saya nggak pernah ada yang hormati saya seperti itu.”

“Saya kan hanya menghormati yang lebih tua, om,” polos Bening.

“Jadi menurut kamu saya sudah tua?”

“Ya memang om lebih tua dari saya, kan? Tapi om tetap ganteng, kok!” Bening mengacungkan ke dua ibu jari.

“Oh.” Kelana melamun sambil mengemudi.

“Om kenapa? Ada masalah?” Bening bisa membaca raut Kelana yang sedang frustrasi.

“Benar, saya sedang ada masalah sama pacar saya.”

“Jadi om udah punya pacar?” tanya Bening.

“Pakai logika, pria keren seperti saya masa nggak punya pacar? Bahkan kami akan menikah. Tapi sayangnya pernikahan kami terancam batal.” Tanpa sadar Kelana curhat.

“Batal kenapa, om?”

“Calon istri saya selingkuh. Dulu saya sangat mencintai dia, tapi sekarang cinta itu malah jadi benci.”

“Oh.” Bening mangut-mangut.

“Sudah sampai.” Kelana menghentikan mobilnya di depan rumah. “Kenapa saya jadi curhat sama kamu?” Lanjut keluar dari mobil.

Bening mengikuti langkah Kelana dari belakang dengan raut cerianya. Namun langkahnya berhenti di belakang punggung Kelana.

“Maju, om.” Bening mendorong tubuh Kelana di ambang pintu sampai hampir tersungkur.

“Astaga.” Kelana terkejut karena hampir menghantam lemari. “Dorongan kamu kuat banget, Bening.”

“Ya lagian ngapain om berdiri di depan pintu?”

Namun pertanyaan Bening langsung terjawab saat melihat seseorang di ruang tamu itu. Ternyata Kelana menghentikan langkahnya karena melihat tamu yang datang.

“Bening udah pulang?” tanya Agustina.

“Udah, Bu.” Bening mencium punggung tangan ibu Kelana.

“Kamu siapa?” Kadara menunjuk Bening sambil mendongak, karena tinggi tubuhnya hanya 148 cm.

“Ini Bening, putrinya Bu Ajeng,” jelas Agustina.

“Masih SMP?” Kadara melihat seragam bening.

“Iya, Tante. Tante siapanya ibu Agustina?” tanya Bening.

“Saya calon menantunya ibu – calon istrinya Mas Kelana,” sahut Kadara.

“Oh, jadi ini pacar om Kelana yang selingkuh itu?” Bening bertanya pada Kelana yang hanya membisu.

“Selingkuh?” gumam Agustina.

“Bening, masuk,” titah Kelana.

“Baik, om.” Bening pun masuk ke dalam, meninggalkan ke tiga orang dewasa itu.

“Jadi benar apa yang dibilang Kadara? Kamu akan melakukan cara apa pun untuk membatalkan pernikahan kamu, Kelana? Termasuk menyuruh Bening berbohong?” tanya Agustina.

“Bohong?” Kelana mematung sambil berpikir, namun pandangannya langsung tertuju pada Kadara. “Kamu bilang apa pada ibu? Kamu bilang macam-macam?” Suara Kelana tak selembut dulu.

“Kelana, ibu nggak pernah ajarkan kamu kasar sana perempuan. Jadi begini perlakuan kamu sama Dara?” marah Agustina.

“Bu, aku begini karena ada sebabnya. Dia –“

“Cukup, mas, cukup. Udah cukup kamu nuduh aku selingkuh. Nyatanya kamu kan yang selingkuh demi nutupi kesalahan kamu? Kamu bersekongkol sama Mbak Harum untuk bikin argumen palsu kalau aku kena penyakit menular seksual? Biar apa? Biar kamu bisa batalkan pernikahan kita dan hidup sama selingkuhan kamu, kan?” ujar Kadara.

Kelana terkejut.

“Jadi semua itu benar, Kelana? Kamu ngotot ingin batalkan pernikahan karena punya wanita lain?” Agustina memegang dada yang terasa nyeri.

“Bu, bukan begitu ceritanya. Aku nggak selingkuh. Yang selingkuh itu Dara. Dia sampai punya penyakit jengger ayam di kelaminnya, karena dia selingkuh,” sahut Kelana.

“Jengger ayam? Di kelamin?” Agustina terkejut.

“Apa itu jengger ayam? Jadi kamu udah ngeliat punya Dara?” Agustina semakin terkejut.

“Bu, bukan begitu –“

“Itu benar, Bu.” Kadara memotong ucapan Kelana sambil menangis. “Mas Kelana udah sentuh aku. Sekarang giliran Mas Kelana udah ambil mahkota aku, dia mau tinggalin aku demi pacar yang baru.”

“Jaga mulut kamu, Dara. Aku nggak sebejat itu!” bentak Kelana. “Bu, jangan percaya. Selama ini aku udah jaga Dara –“

“Jaga tapi sampe liat punya Dara?” tanya Agustina.

“Aku cuma liat karena khilaf. Oke aku ngaku salah karena sudah khilaf. Tapi Dara memang punya penyakit menular seksual. Dia juga sudah nggak perawan sama orang lain, kalau ibu nggak percaya, ibu tanya sama Mbak Harum,” jelas Kelana.

“Mas Kelana bohong, Bu. Aku nggak perawan karena Mas Kelana. Cuma putra ibu satu-satunya pria yang pernah sentuh aku!” sahut Kadara.

“Astagfirullah –“ Agustina memegang dadanya yang nyeri, lantas tak sadarkan diri.

**

**

**

“Bagaimana keadaan ibu, Mbak?” tanya Kelana pada Harum, yang sedang memeriksa ibunya di kamar.

“Ibu nggak papa, ibu cuma shok,” sahut Harum.

Di kamar itu ada Kelana, Harum, dan Kadara yang masih menunggu Agustina siuman. Tak lama kemudian, Agustina pun membuka kelopak matanya tanda tersadar.

“Bu?” Harum segera mengecek detak jantung Agustina berserta membuka kedua kelopak mata ibunya untuk melihat pupil mata.

“Ibu okay?” tanya Kelana.

Agustina menggeleng lemah. “Ibu kecewa sama kamu, Kelana. Ibu nggak mau kamu batalkan pernikahan kamu dengan Dara, sedangkan kamu sudah merenggut kesuciannya,” lirihnya.

“Merenggut kesucian?” Harum mengernyit.

“Mbak, tolong jelasin sama ibu, Kadara punya penyakit menular seksual, kan? Kadara udah nggak perawan, kan?” tanya Kelana.

“Benar,” sahut Harum.

“Tapi Mas Kelana yang udah buat aku nggak perawan, Mbak. Adik Mbak yang sering nodain aku. Bahkan Mas Kelana suka marah kalau aku nggak turutin kemauan dia,” jawab Kadara.

“Jangan fitnah.” Kelana melebarkan mata tanda sangat kecewa.

“Untuk apa aku fitnah, Mas? Aku mau kasih kamu itu karena kamu calon suamiku. Aku kira kamu bakal tetap cinta sama aku tapi ternyata kamu selingkuh. Tolong kembalika kesucianku,” lirih Kadara, lantas melirik Bening yang tiba-tiba masuk mengantarkan air minum.

“Bu, Mbak, itu nggak benar, aku nggak pernah ambil kesucian Dara. Tolong percaya sama aku,” sahut Kelana.

“Sudah cukup, Kelana. Ibu udah nggak percaya lagi sama kamu. Ibu nggak bisa ngeliat putri orang hancur gara-gara kelakuan anak ibu. Kita akan lanjutkan rencana awal. Kamu akan tetap nikahi Dara karena ibu nggak enak sama orang tuanya,” sahut Agustina.

**

**

**

Sampai malam menjelang, Kelana tak bisa bernapas dengan tenang. Bahkan untuk tidur pun tak bisa, pria itu hanya berguling-guling di atas tempat tidur karena memikirkan perkataan ibunya yang tak mau dibantah.

Kelana bingung setengah meninggal, ia berpikir keras untuk mengambil jalan pintas, namun tak menemukannya. Di sisi itu, rasa benci Kelana pada Kadara sudah mendarah daging. Ia marah karena Kadara berani memfitnahnya dengan tuduhan pria yang sudah merenggut kesuciannya.

“Oke, jika ibu terus memaksa harus menikahi Dara, fine, akan kulakukan. Aku akan membalas semua fitnah yang telah Dara tuduhkan dengan membuatnya tak betah jadi istriku, sampai dia minta cerai dengan sendirinya,” gumam Kelana.

Dan itu lah keputusan akhir yang Kelana ambil, namun ia masih memikirkan cara untuk membuat Kadara tak betah menjadi istrinya, hingga tak perlu capek-capek melawan orang tua.

Namun di tengah otak yang sedang berpikir, tiba-tiba Kelana merasakan mulas pada perutnya. Tongseng buatan asisten rumah tangganya itu sangat pedas hingga membuatnya ingin buang air besar berkali-kali.

“Ck.”

Terpaksa Kelana harus keluar kamar untuk membuang hajat di kamar mandi satu-satunya yang ada di dapur. Namun saat membuka pintu kamar mandi, ia pun terkejut saat melihat sosok bidadari yang sedang mandi.

“Aaaakkkk!” teriak Bening yang cepat-cepat memakai handuk.

GLEK!

Kelana seperti terhipnotis melihat tubuh bak model itu. Namun ia mendengar suara riuh Agustina dan Ajeng yang semakin dekat ke arahnya.

BRAK!

Kelana menutup pintu itu setelah masuk ke kamar mandi, lantas menguncinya.

“Om, ngapain malah masuk? Keluar!” usir Bening.

Kelana tertegun dalam otak berpikir, tiba-tiba syaraf otaknya itu menjadi encer saat melihat Bening, hingga munculah ide brilian di benaknya.

BRAK!

BRAK!

BRAK!

“Bening, kamu kenapa?” tanya Agustina dan Ajeng di luar sana.

“Bu, tolong aku! Om Kelana masuk sini!” teriak Bening ketakutan.

“Stuuuut!” Kelana menempelkan telunjuknya ke bibir sendiri. “Kamu kenapa mandi malam-malam, Bening?”

“Rambutku abis kena tai Dudung. Memangnya salah kalau aku mandi? Mendingan om yang pergi!” Bening siap menggenggam gayung sebagai senjata.

BRAK!

BRAK!

BRAK!

“Bening, buka pintunya!” panggil Ajeng, sambil menggedor pintu.

“Kelana, kamu di situ?” tanya Agustina.

"Iya, aku di sini," sahut Kelana.

“Om, keluar, om!” teriak Bening.

"Nggak, saya nggak mau keluar," sahut Kelana.

BLETAK!

Akhirnya Bening memukul bokong Kelana menggunakan gayung.

“Aaah!” teriak Kelana. “Lagi, Bening, lagi. Enak!” teriaknya lagi dengan nada aneh.

BLETAK!

Bening memukul kepala Kelana meskipun bingung melihat ekspresi wajah Kelana.

“Aah!” Kelana memegang kepalanya yang sakit namun suaranya terdengar seperti sedang menikmati sesuatu.

“KELANA! KAMU NGAPAIN!” teriak Agustina.

“Pergi, Bu! Jangan ganggu, aku lagi senang-senang sama Bening, Aah!” Kelana memegang kepalanya yang nyeri namun ekspresinya seperti keenakan.

“Astagfirullah, Bening?” Ajeng terdengar menangis.

“Bu, tolong aku! Om Kelana gila!” teriak Bening.

“KELANA! APA YANG KAMU LAKUKAN SAMA BENING!” teriak Agustina.

“Aku bilang jangan ganggu aku, Bu! Pergi!” sahut Kelana.

"OM KELANA GILA!" teriak Bening.

BLETAK!

Bening memukul Kelana lagi.

“Aaakh! Enak, Bening. Lagi, lagi, lagi!”

BLETAK!

BLETAK!

BLETAK!

“Aaah! Cukup, Bening, cukup. Saya udah keluar.” Kelana pun meringis nyeri sambil memegang kepalanya yang terasa benjol.

“KELANA!” teriak Agustina.

“Apa, Bu?” Akhirnya Kelana membuka pintu, pria itu berlagak menarik resleting celananya agar tampak seperti sudah melakukan sesuatu.

“Mas Kelana –“ Ajeng menangis sampai tak bisa berkata-kata saat melihat Bening sedang tertegun dalam keadaan memakai handuk.

"Apa yang sudah mas Kelana lakukan pada putri saya?" tanya Ajeng.

“Maaf, Bu Ajeng. Saya sudah menodai putri ibu,” sahut Kelana.

1
NT.Fa
Cerita yang sangat menarik, cerita ini bikin penasaran, baca awal jd ketagihan Goodluck
NT.Fa
aku baru tau loh...
NT.Fa
iya nih gimana sih si Kelan. td katanya Terima sekarang gk gitu. /Facepalm//Facepalm/
NT.Fa
wah ini toh yang jadi masalah nya ?
NT.Fa
wih MasyaAllah ni calon suami idaman.
NT.Fa
hahaha bener ni otak mu 🤭
NT.Fa
wih jarang bgt ya jaman sekarang ni😭
Mưa buồn
Sampai begadang buat baca ini, terbayang-bayang sampe pagi.😍
Nami/Namiko
Gak nyesel baca cerita ini, recommended banget!
Tani
Thor, jangan bikin kami tidak bisa tidur karena ingin tahu kelanjutannya 😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!