NovelToon NovelToon
Batas Kesabaran Seorang Istri

Batas Kesabaran Seorang Istri

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Balas Dendam / Konflik etika / Suami Tak Berguna / Ibu Mertua Kejam / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga)
Popularitas:1.2M
Nilai: 4.7
Nama Author: echa wartuti

Aluna Aurelia Pradipta memimpikan keindahan dalam rumah tangga ketika menikah dengan Hariz Devandra, laki-laki yang amat ia cintai dan mencintainya. Nyatanya keindahan itu hanyalah sebuah asa saat keluarga Hariz campur tangan dengan kehidupan rumah tangganya.

Mampukan Aluna bertahan atau memilih untuk pergi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon echa wartuti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sesuatu Yang Tak Terduga

Kejutan yang Rania janjikan terpaksa ditunda, sebab kejadian tidak terduga kembali menimpa Aluna. Tiga hari yang lalu sang ibu meninggal, kini disusul oleh sang ayah. Meninggalnya kedua orang tuanya jelas menjadi pukulan terbesar bagi Aluna, belum lagi keberadaan Hariz yang belum diketahui sampai detik itu. Bahkan hingga hari ketujuh kematian sang ibu.

"Suami dan keluarga kamu itu sudah keterlaluan, Aluna," geram Rania. "Bukan hanya tidak datang, mereka bahkan tidak menelpon untuk sekedar mengucapakan bela sungkawa," sambung Rania geram.

Aluna tidak mampu bicara apapun, ia hanya mampu mendengar omelan sang sahabat dan semuanya itu memang benar. Perempuan itu hanya bisa duduk bersandar pada dinding ruang tengah yang tidak seberapa, ditemani oleh air mata yang tidak tahu kapan akan berhenti.

"Mereka pergi berlibur ke Paris."

Aluna dan Rania menoleh ke sumber suara. Farel baru saja tiba di rumah orang tua Rania.

"Siapa yang berlibur ke Paris?" tanya Aluna lirih serta suaranya yang serak, tetapi masih bisa didengar oleh Rania maupun Farel.

"Mertua dan adik iparmu," jawab Farel. "Dan … suamimu," imbuh Farel.

Aluna memejamkan matanya dibarengi tetesan air matanya. Sakit sekali hatinya mendegar kabar itu. Bahkan mereka bisa berlibur tanpa dirinya dan dalam kondisi seperti itu.

"Sabar ya." Rania memeluk Aluna yang makin membuat sang sahabat menangis.

"Ran … apa mereka sudah tidak menganggap aku ada," tangis Aluna.

"Dengar, Aluna!" Rania menarik dirinya terlebih dahulu lantas mengusap air mata di pipi Aluna dengan ibu jarinya. "Kali ini lawanlah!" Rania memberikan sebuah kunci kepada Aluna. "Sebelum kamu menikah kamu adalah seorang wanita karir. Tidak ada yang tidak mengenal dan tidak suka dengan produk yang kamu luncurkan. Jadi … ambilah ini. Kembali menjadi dirimu sendiri," ucap Rania.

"Ini …?" Aluna memerhatikan kunci di tangannya, ia merasa tidak asing.

"Kunci butik milikmu," ungkap Rania.

"Butik? Bagaimana kunci ini ada di tangan kamu?" tanya Aluna penuh selidik.

"Aku mengambil alih dari pemilik sebelumnya. Mereka menutup tempat itu karena tidak bisa mengelolanya. Sebenarnya aku ingin memberikan padamu dulu sebagai hadiah pernikahanmu, tapi saat itu kamu memilih untuk menjadi ibu rumah tangga. Maka aku menyimpannya," jelas Rania.

"Rania …." Tangis haru Aluna pecah, ia memeluk Rania karena tidak mampu bicara apa-apa. "Aku tidak tahu lagi bagaimana caranya berterima kasih padamu dan juga Farel."

Rania mengusap-usap punggung Aluna. "Tetap bahagia, Aluna. Jadilah dirimu sendiri." Rania menyentuh dagu Aluna dan memberikan senyumannya.

"Jangan sungkan pada kami, Aluna," ucap Farel.

"Ini sudah malam, sebaiknya kalian pulang. Kalian juga butuh istirahat," ucap Aluna melihat Farel dan Rania bergantian.

"Tidak, Aluna. Bagaimana mungkin kami bisa meninggalkan kamu dalam keadaan seperti ini," tolak Rania. "Aku dan Farel sudah memutuskan menginap di sini," sambungnya.

"Tapi di sini tempatnya kecil, juga mungkin tidak nyaman," ucap Aluna.

"Jangan pikirkan itu. Besok kita juga harus pergi ke butik untuk mengantar kamu. Jadi dari pada kita bolak-balik mending kami menginap," terang Farel membuat Aluna makin tidak enak hati pada mereka.

"Kalian benar tidak apa-apa?" tanya Aluna disambut gelengan oleh Farel dan Rania.

-

-

Kejutan untuk Aluna sepertinya tidak sampai di situ saja. Waktu pukul 10 malam saat mereka akan beristirahat, tiba-tiba ada yang datang ke rumah itu, seorang pria paruh baya. Aluna sangat mengenali orang itu. Aluna yang akan menutup pintu dikejutkan oleh panggilan pria. Terlihat pria paruh baya itu berjalan tergopoh-gopoh menghampiri dirinya.

"Aluna," sapanya.

Aluna mengerutkan keningnya, matanya menyipit guna memperjelas ingatan dan juga penglihatannya.

"Bapak Roger, 'kan?" tanya Aluna.

"Syukurlah kamu masih mengenali saya, Aluna," ucap Roger lega.

"Tentu saja saya masih bisa mengenali Anda. Mari silahkan masuk," ucap Aluna.

Aluna menggeser tubuhnya memberikan jalan untuk Roger. Setelah itu mereka duduk di lantai yang hanya beralasan tikar.

"Aluna, siapa yang datang?" tanya Rania yang kembali keluar kamar bersama Farel.

"Oh perkenalkan, Rania. Beliau ini pak Roger. Pengacara keluarga kami dulu," jelas Aluna.

"Oh iya. Saya Rania dan ini suami saya, Farel." Rania dan Farel bergantian mengalami Roger kemudian mereka duduk bersama di ruang tamu itu.

"Bapak kemari ada keperluan apa? Mama sama papa sudah …." Aluna tidak mampu lagi untuk meneruskan kata-katanya.

"Saya tahu, Aluna. Saya tahu. Maka dari itu setelah mendapatkan kabar ini saya buru-buru ke sini," balas Roger. "Saya minta maaf, Aluna. Andai saya datang ke sini lebih awal, mungkin kedua orang tua kamu masih hidup," terang Roger.

"Maksud Bapak?" tanya Aluna tidak mengerti.

"Bapak tahu tentang keadaan ibumu. Tapi saya tidak bisa membantu banyak," sesal Roger. "Tapi … sebulan yang lalu ada seseorang yang datang menemui saya. Dia orang yang sudah menipu dengan membawa lari uang ayahmu," ungkap Roger.

Pada akhirnya Roger menceritakan alasan orang itu menemui dirinya. Yandi Herlambang, teman dan rekan bisnis mendiang sang ayah tidak berani bertatap muka langsung dengan mereka, sebab merasa malu atas tindakannya.

"Yandi tidak berniat untuk menipu ayah kamu. Dia butuh uang untuk membangun kembali perusahaannya yang sudah diambang kebangkrutan," jelas Roger.

"Tidak berniat? Dia sudah melakukannya dan tidak mau mengakuinya." Aluna menggeleng tidak percaya.

"Aluna …." Rania mengusap pundak Aluna untuk memenangkan sang sahabat.

"Saya tahu, Aluna. Tapi beliau sudah merasa menyesal. Sebelum Beliau meninggal beliau menitipkan ini pada saya. Harusnya saya langsung memberikan semua ini pada ayahmu pada saat itu juga, tapi saya menundanya, sebab istri saya sakit dan harus dibawa keluar negeri untuk berobat. Sampai saya dengar kabar mengenai kondisi ibu kamu yang makin parah. Tapi saya datang terlambat Aluna. Maafkan saya," sesal pak Roger.

"Meninggal?" tanya Aluna masih tidak percaya dengan apa yang didengarnya. "Maksud Bapak, om Yandi meninggal?" tanya Aluna untuk memastikan dirinya tidak salah mendegar.

"Benar Aluna," jawab Roger. "Kanker otak menjadi penyebabnya," imbuhnya.

"Lalu apa yang dia berikan pada mendiang ayah saya?" tanya Aluna.

"Ini cek senilai 5 Miliyar, tabungan beliau di bank, sebuah rumah, dan juga satu unit apartement. Jika diuangkan mungkin mencapai angka puluhan bahkan mungkin ratusan milyar," jelas Roger. "Beliau sudah menulis surat kuasa untuk memindahkan semua ini atas nama ayah Anda, tetapi beliau lebih dulu pergi. Saya akan membantu kamu untuk mengurus semua ini agar menjadi milik kamu, Aluna," ucap Roger.

"Anda sedang tidak bercanda, 'kan?" tanya Aluna memastikan.

"Tidak, Aluna. Saya serius. Ini saya bawa surat-suratnya." Roger mengambil beberapa berkas dan memberikannya kepada Aluna. "Silahkan kamu lihat sendiri."

Aluna memeriksa semua berkas itu dibantu oleh Farel dan juga Rania. Ketiganya tercengang melihat itu semua.

"Aluna, kamu sangat beruntung," ucap Farel.

"Ini jalan untuk kamu, Aluna. Kamu bisa membalas apa yang sudah suami serta keluarganya lakukan padamu," imbuh Rania.

"Pak Roger, terima kasih." Aluna mencium punggung tangan Roger sembari menangis haru.

"Saya juga tahu kondisi rumah tangga kamu, Aluna. Saya ikut prihatin." Roger mengusap punggung Aluna. "Jika kamu butuh bantuan saya untuk mengurus mereka, saya siap membantu," sambungnya.

"Dari mana Bapak tahu?" tanya Aluna.

"Sebelum saya ke sini, saya pergi ke rumah kamu. Penjaga di sana mengatakan segalanya kepada saya," jelas Roger.

"Lihat, Aluna! Bahkan Tuhan sepertinya mendukung kamu untuk membalas semua keburukan yang dilakukan suamimu dan keluarganya," ucap Rania disambut anggukkan oleh Aluna.

Setelah beberapa hari akhirnya Aluna bisa menunjukkan senyumnya.

1
Santhi Agung
suka ceritanya ga bertele-tele
Maricha: Terima ksih Kakak🥰🥰🥰
total 1 replies
Shinta Dewiana
bahagia...jd mamanya sandra juga udah meninggal ya thor
Shinta Dewiana
padahal yg beli pria baik pula...apa emang predo yg jual makanya dia beli daripada orang lain yg beli..
Shinta Dewiana
kan kan...hedah..
Shinta Dewiana
elsa udah cinta buta ini...kasian kalau benar damian itu jahat
Shinta Dewiana
hah siapa dia
Shinta Dewiana
jahat banget mama si sandra anak sendiri juga di jual hanya demi uang.
Shinta Dewiana
harus pakai sekretaris pria ini...huh bibit pelakor mengerikan..
Shinta Dewiana
lha kok bisa kebobolan masuk pelayan baru..enggak di sortir
Shinta Dewiana
huh clara ini enggak kapok kapok...
Milla
alur cerita nya ringan
ku suka
Maricha: Terima kasih Kakak 🥰🥰🥰🥰🥰
total 1 replies
Shinta Dewiana
akhirnya dapat restu
Shinta Dewiana
lha si clara masih bebas aja masuk ini..
Shinta Dewiana
kan kan si oma geragas..
Shinta Dewiana
wadidau...bahaya ni si oma..
Shinta Dewiana
waduh...camelia lebih bejad rupanya
74 Jameela
meleleh hati adek baaaang...duuch..
abang terlihat nyantai lembutny bertutur kata tnya..tp tersirat api kemarahan🔥🔥
Maricha: 🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰
total 1 replies
Shinta Dewiana
hajarrrr
Shinta Dewiana
wou langsung bergerak tu si tua..
Shinta Dewiana
ho...ho..ho..aluna mulai berani ini
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!