Di saat fokus dengan masa hijrahnya, Damian kembali di hadapkan dengan masalah yang membuatnya harus menikahi gadis bercadar.
Damian Pangestu yang mempunyai masalalu yang buruk harus berada di tengah-tengah keluarga yang ahli agama.
Pernikahan yang tak terduga itu membuat rumah tangga Damian dan Adhiba bertahan walaupun harus menerjang hujan dan badai. Terlebih masa lalu Damian yang seorang pendosa muncul satu persatu.
Lalu bagaimana cara mereka menghadapinya?
•••••
"Jangan berharap lebih padaku Adhiba..Aku yang seorang pendosa sangat tidak pantas bersanding dengan wanita sepertimu" Damian Pangestu
"Aku tidak akan berharap lebih darimu, Tapi aku lah yang akan membuat pendosa sepertimu berharap agar lebih lama bersanding bersama wanita seperti ku.." Adhiba Azalea Ibrahimi
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El Viena2106, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana Bulan Madu
"Sayang masa apa?" Damian berjalan ke arah dapur mendekati sang istri yang sedang berkutat di dapur.
"Aku lagi masak nasi goreng, Doakan ya mas semoga saja berhasil dan gak asin kayak waktu itu.."Damian terkekeh, Pria itu peluk tubuh sang istri dari belakang.
"Mas..
"Sebentar saja, Mas masih mau begini.." Selama berumah tangga, Damian merasakan hal yang sangat berbeda saat bersama Adiba. Pria itu lebih nyaman ketimbang bersama Arumi dulu.
Mungkin saat bersama Arumi Damian juga merasakan kenyamanan, Namun karena Damian yang saat itu belum bisa move on dari kekasih cinta pertamanya,,Alhasil Damian melampiaskan semuanya terhadap wanita yang tidak bersalah bahkan tak tau apa-apa.
"Mas udah.. Nanti ada Mbak Ratih kan gak enak..
"Mbak Ratih lagi ke pasar, dia lagi belanja.."Adiba pasrah saja. Terserah lah suami nya ini mau ngapain.
"Sekarang mas cobain dulu, Enak apa enggak?" Damian mencoba masakan sang istri kali ini. Dan rasanya yang ini sangat pas di lidah..
"Eum,,Ini enak..
"Mas Serius?" Mata Adiba sudah berbinar. Tidak percaya, Damian kembali menyendok nasi tersebut dan menyuapi sang istri.
"Iya, Mas.. ini enak..Yeeey! Aku berhasil.."Adiba terlihat sangat bahagia. Damian hanya terkekeh saja, Melihat sang istri sebahagia itu adalah salah satu kebahagiaannya juga.
Pagi itu mereka melakukan sarapan bersama. Sarapan dengan nasi goreng ala Adiba yang pertama. Yang pertama enak maksudnya.. Karena sudah di jelaskan sejak awal, Bahwa Adiba memang tidak pandai memasak. Bukan tidak pandai, tidak bisa lebih tepatnya.
Namun walaupun. dengan begitu. Damian sama sekali tidak mempermasalahkannya. Semenjak ia belajar berhijrah dan dengan dikit sedikit memahami tentang ajaran islam.
Bahwasanya, Kodrat wanita itu hanya ada tiga. Hamil, melahirkan dan menyusui. Selain itu bukan lagi termasuk Kodratnya. Justru itu, Untuk urusan rumah atau memasak bisa di lakukan secara bekerja sama.
Namun kebanyakan, Pria jaman sekarang membuat kodrat sendiri. Dimana semua pekerjaan itu adalah pekerjaan yang harus wajib di lakukan oleh istri sementara tugasnya adalah mencari nafkah saja. Padahal bukan itu yang sebenarnya.
Meski dengan begitu, Adiba selalu melakukan kewajibannya..Dia yang biasanya hanya melihat cara pembantu di rumah Daddy nya memasak kini wanita itu belajar mempraktekannya sendiri.
"Mas, Kita jadi mau bulan madu?"Damian meraih gelas di sebelahnya, Meminum air dalam gelas tersebut hingga menyisakan setengah gelas.
"Iya dong sayang.. Mana mungkin mas ingkar janji.. Tapi kita berangkat minggu depan ya? Mas masih ada urusan yang penting di perusahaan.."Adiba mengangguk, Tentu saja ia selalu setuju dengan apapun keputusan sang suami. Selama keputusan itu baik, Dan bukan poligami.
"Memangnya kita mau bulan madu dimana?"
"Terserah kamu saja sayang ..Mas ikut ajalah ya.."Adiba terdiam seperti sedang berpikir.
"Bagaimana kalo kita bilang madu di kota sebelah mas.. Ada penginapan di dekat pesantren" Damian terdiam sejenak sebelum akhirnya pria itu mengangguk.
"Mas terserah kamu saja, Yang penting kamu merasa nyaman.. memang disana ada tempat yang indah?
"Dulu Daddy membangun penginapan di daerah situ.. Tempatnya gak jauh dari pesantren mas.. penginapan itu deket sawah-sawah. Tempatnya juga sejuk, lumayan lah.. Lagi pula kalau kita nginap di sana gak perlu bayar. Coba kalo di hotel? banyak pengeluaran " Damian tercengang. Ah, Wanita. Rata-rata memang semuanya sama. Ada pelit-pelitnya,,Batin Damian terkekeh sendiri.
"Baiklah.. Mas terserah kamu saja sayang.. Mas juga ingin berkunjung ke pesantren.. "Katanya. Damian memang sangat penasaran dengan pesantren milik kakek yai. Karena selama menikah mereka belum pernah kesana.
Kemarin saja, Saat acara resepsi. Kakek dan nenek Adiba tidak datang karena Kakek Yai merasa kurang enak badan. Maklum, Beliau memang sudah sangat sepuh.
Hanya Abah yusuf dan Ummi Shafira saja yang datang. Sementara yang lainnya tidak bisa.
Usai sarapan, Damian dan Adiba berangkat satu mobil. Damian akan berangkat ke kantor sementara Adiba seperti biasa kuliah. Ia harus rajin agar mendapat nilai yang bagus. Supaya tidak mengecewakan sang suami dan keluarganya yang lain.
"Aku berangkat ya mas..."Ucap wanita bercadar itu kala mobil baru saja terhenti di depan gerbang universitas terbaik dan terbesar di kota itu.
"Iya, kamu hati-hati ya..
"Mas juga..."Damian mencium kening Adiba setelah wanita itu mencium punggung tangan sang suami sebagai tanda bakti seorang istri terhadap sang suami.
.
.
.
Damian kini telah sampai di kantornya. Dan kemarin adalah penyerahan hak perusahaan terhadap pria tiga puluh empat tahun itu. Tuan Arya sudah menyerahkan semuanya kepada sang putra. Sementara cabang perusahaan tersebut kini sedang di pimpin oleh Selvi sang adik. Akan tetapi wanita itu masih butuh bimbingan.
"Apa jadwalku hari ini?" Damian bertanya kepada sang asisten yang bernama Kenzo itu..
"Hari ini kita akan ada pertemuan dengan Nona Jesi Tuan.."Damian menghela nafas panjang. Ia paling benci dengan wanita itu. Salah satu wanita yang sejak dulu punya peringkat kepercayaan yang tinggi saat menggodanya.
"Jam berapa?
"Sekitar jam dua nanti Tuan..
"Okey..
Meeting bersama wanita yang bernama Jesi berjalan dengan sangat lancar. Wanita itu masih berada di sana, Di salah satu Cafe yang cukup mewah. Jesi memang enggan melakukan meeting di kantor, Ia lebih suka membuat janji dengan klien nya di Cafe atau di tempat lainnya.
"Tuan Damian tidak mau pesan makan? Biar saya pesankan makanan kalau begitu..."Gelengan dari Damian pertanda kalau pria itu menolak.
"Kenapa?
"Saya sudah makan tadi. Saya membawa bekal dari rumah.. Istri saya yang memasaknya.."Ucap Damian dengan bangga. Karena apa yang di katakan Damian adalah sebuah kejujuran. Damian memang membawa nasi goreng yang tersisa dan membawanya ke kantor untuk makan siang. Tak apa walaupun sudah dingin, Daripada mubazir.
"Membawa bekal? Seperti anak TK saja.." Ejek Jesi.
"Memang ada peraturannya, Membawa bekal harus ada anak TK..? Tidak kan? Meeting sudah selesai, Saya akan pergi. Kalau anda ingin makan, Makan saja sendiri.."Tanpa mengatakan apapun lagi, Damian bangkit dari duduknya. Meninggalkan Jesi yang kesal bukan main.
"Kita kemana Tuan?
"Langsung ke kantor saja.. Mobilku ada di sana..
"Baik..
Saat sedang fokus menyetir, Kenzo mendadak mengerem mobilnya hingga kepala Damian terbentur kursi di depannya.
"Apa-apaan kau Ken!
"Sepertinya saya nabrak orang Tuan..
"Apa!
.
.
.
Tbc
semangat untuk berkarya kembali..
btul2 gk ad bonschap ny kah thor. satu bab az pn jdi. 😁
alfatihah untk suamiku