NovelToon NovelToon
My Killer Boss

My Killer Boss

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / CEO / Wanita Karir / Office Romance
Popularitas:1M
Nilai: 4.9
Nama Author: Pasha Ayu

Sky Rain terlalu gengsi untuk mengatakan jika dirinya mencintai sekretarisnya. Dia selalu beralibi, jika perasaannya pada janda seksi itu hanya sekadar penasaran saja.

Meski sudah cukup kentara perhatiannya, bahkan selalu menjadi seseorang yang ikut memisahkan hubungan Lala dengan lelaki- lelaki lain.

Pun, Sky masih tak mau mengakui jika dirinya
memiliki sebongkah ketulusan di hatinya. Malahan, Sky terus menunjukkan kesan jika dia hanya menginginkan keseksian Lala.

"Di luar sana banyak sekali personil Teletubbies yang mengantri untuk aku kencani, Lala!"

Lala menggerutu pelan. "Aku lebih suka kerja lembur dari pada menerima ajakan kencan boss mesum, galak, playboy, narsistik!"

Follow IG: Pasha_Ayu14 untuk tahu visual para tokoh Pasha yang menggemaskan ya!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

MKB bab 23

"Kau..." Sky mengernyit. Leona tak memiliki saudara kembar sama sekali, ada pun saudara, seharusnya tidak semirip itu.

Lagi pula, jika memang benar ada kembaran Leona yang tak diketahui olehnya, tidak lah mungkin wajah itu masih tak beranjak menua sementara Sky saja sudah 40 tahun.

Wanita itu tertawa, lalu berjalan mendekati Sky dan Lala. "Sky, ... Ini aku, Viola."

"Oh," sela Sky.

Benar dugaannya, Viola orang gilanya, mungkin mantan adik iparnya memang melakukan operasi plastik, dan sengaja dibuat mirip dengan Leona di waktu muda.

"Sorry..." Sky pernah mendengar jika Viola memang terobsesi dengan wajah Leona, bahkan pernah ingin merusaknya saat kecil.

"Kau saja sampai menduga ku, Leona. Wah, berarti Dokterku sangat canggih. Tidak sia sia aku hidup di Korea selama bertahun- tahun."

Sky lantas meremas tangan Lala yang tiba- tiba saja dingin. Lala tak banyak bicara, tak seperti sebelum turun dari mobil yang selalu saja menyahuti kalimat modusnya.

"Gimana kabar?" tanya Viola.

Wajah Viola benar- benar amat sangat mirip dengan Leona, Sky cukup terganggu dengan hal itu. Bagaimana tidak, dia seperti melihat wajah Leona yang menari- nari di depannya.

"Baik..." Sky menatap Lala. Dan pucat yang Lala tampilkan menyadarkan dirinya bahwa, wanita itu lebih terganggu akan keberadaan Viola.

"Sekarang butik ini aku yang punya. Aku membelinya sepuluh tahun yang lalu dari pemilik sebelumnya, tapi karena aku fokus hidup bersama suamiku di Korea, jadi aku kelola lewat daring saja."

"Oh." Sky mencebik tipis.

Sejujurnya, sedari 18 tahun yang lalu, Sky tak pernah tahu kabar mantan iparnya yang ini, terakhir kali dia ingat, dia sempat menolak pernyataan cinta Viola di satu hari setelah Leona wafat.

"Oya, katanya, kau mencari ku?" Viola tak ingin pelanggan sampai urung. Maka yang harus dia lakukan adalah membujuk. "Untuk apa?"

"Memesan gaun pengantin." Sky bicara bukan menatap Viola, tapi mata birunya justru asik mendalami raut wajah Lala.

"Untuk?" tanya Viola kembali.

"Calon istriku." Sky ingin Lala mendongak, tapi yang Lala lakukan justru menunduk.

Tipe wanita seperti ini terlalu melenceng dari kriteria Sky, tapi akhir- akhir ini, Sky pun dibuat tak bisa mengabaikan perasaan yang seolah tak ingin jauh dari wanita itu. Andai bisa, Sky masih akan setia pada Leona saja.

"Yang mana calon istrinya?"

Sky kemudian menatap Viola, tersenyum datar seperti biasanya. "My Secretary, my future wife."

Lala baru bisa mendongak setelah tangannya digenggam sangat erat. Tapi, agaknya wanita di depan mereka cukup terkejut.

"Yang ini?" Yah, Lala yakin wanita itu meragu dengan pilihan Sky. Karena, dirinya memang tidak layak untuk pria sekelas CEO X-meria.

"Sudah sampai di sini, sekarang aku mau kamu pilihkan rancangan gaun yang cocok untuk calon istriku, aku dengar banyak aktris yang memesan gaun rancangan butik ini."

Viola tertawa kecil. "Tapi sejauh ini, semua konsep bridal style yang aku rancang gaun- gaunnya hanya muat untuk wanita bertubuh seperti, Barbie. Alice saja yang aku rancang."

Lala yakin dia tidak seperti Barbie. Karena sejauh ini, tak ada Barbie dengan ukuran dada yang sebesar dirinya.

"Kau pasti tak tahu aku yang merancang gaun pengantin milik, Alice," kata Viola.

"Oya?" Sky sendiri tak tahu sejak kapan Viola menjadi desainer. Alice tak sempat bilang apa pun mengenai gaun pengantinnya waktu itu.

"Iya! Alice pesan gaun di sini." Viola tertawa kemudian. "Tapi tenang saja, masih bisa lah aku usahakan supaya gaun ku bisa masuk ke badan sekretaris mu."

Sky terkekeh enteng, kata-kata Viola sama dengan menghina seleranya. "Kalau tidak bisa aku bisa cari desainer yang lain."

"No, tidak perlu mencari yang lain! Aku bisa kok merancang semua bentuk tubuh. Hanya saja, selama ini aku terlalu menyesuaikan dengan impian Leona."

Viola meredup senyum. "Dulu Leona yang memimpikan ini, dia ingin membuat butik sesuai dengan khayalannya, dan, yah, sebagai adik yang baik, aku mencoba memenuhinya sekarang. Lihat--"

Viola menunjukkan seluruh gaun- gaun yang membalut manekin miliknya. "Rancangan ku dengan Leona saat masih sama- sama kecil."

"Hmm." Sky masih rajin melirik ekspresi wajah kekasihnya. Dia tak suka dengan cara Lala diam dan minder seperti itu.

"Kita bisa pergi jika kau mau." Sky menyeletuk dan sontak membuat Lala tak nyaman pada desainer di hadapannya.

"Kenapa harus pergi, Pak?"

"Yah, kenapa harus pergi. Saya akan berikan rancangan gaun terbaik." Viola membujuk.

Sky masih terserah Lala, sebelumnya Lala sendiri yang meminta ke butik ini. Ada lima butik yang direkomendasikan Dominic dan Lala langsung mengambil outlet Viola.

"Kami akan pelajari bentuk tubuh terlebih dahulu. Dan kami akan merancangnya hanya dalam waktu lima hari saja." Viola menimpali.

"Terserah, kau saja, aku tunggu di sini." Sky duduk di kursi, lalu menatap Lala yang mulai ikut masuk bersama karyawan Viola.

Lala tersenyum saat Viola mendatangi dirinya untuk mengukur pinggangnya. "Sepertinya selera Sky berubah."

Lala melenyapkan lengkungan senyumnya kemudian. Selera Sky yang berubah? Apa maksud dari kalimat itu?

"Dulu, Sky menyukai tubuh Leona yang sebelas dua belas dengan keponakan ku, Alice. Tapi ternyata, kau bisa merubah selera lelaki yang cukup keras sepertinya."

Lala pun tak yakin bisa merubahnya, karena dia sendiri belum yakin jika Sky menikahi dirinya karena cinta. Bisa saja karena tak ingin dipecat dari jabatannya.

Entahlah, kemarin saat Dominic bercerita jika Sky lah orang yang menggratiskan biaya terapi ibunya. Dari situ, Lala semakin yakin untuk menikah dengan Sky.

Walau awalnya Lala hanya spontan menjawab bersedia menikah, karena tak ingin mati di atas jok mobil bossnya. Nyatanya satu hari kemudian, Dominic terpingkal oleh ulah polos yang dia ceritakan mengenai biaya RS gratis.

Dominic tertawa geli di depannya. "Mana ada biaya terapi semahal itu gratis, La!"

"Terus?" Waktu itu Lala benar- benar tidak tahu sama sekali hingga memunculkan raut wajah yang amat sangat kebingungan.

"Boss Sky yang bayar selama ini!" Informasi terakhir Dominic yang akhirnya membuyarkan lamunan Lala.

Sungguh, berada di satu tempat dengan wanita yang wajahnya mirip dengan mantan istri calon suaminya, sama sekali tidak enak.

Lala menghela napas ketika Viola mengukur lingkar lengannya. "Maaf, ... tapi saya harus ke toilet."

"Ok, baiklah." Viola tersenyum untuk memperbolehkannya.

Lala lekas berjalan mencari tempat yang dia cari, dan ketika sampai di toilet yang sepi itu, berulang kali Lala mencuci tangannya. Yah, dia memiliki kebiasaan itu saat tidak nyaman.

Setelah banyak yang desainer itu ceritakan mengenai Leona. Jujur saja Lala tak ingin melanjutkan pemesanan gaun di sini, tapi bagaimana caranya bicara dengan Sky?

Lala mendengus, kemudian keluar lagi dan mendatangi tempat sebelumnya. Di sana, Sky berdiri bersitatap dengan Viola yang tengah menunjukkan selembar dadi merah maroon.

"Kau cocok dengan dasi yang ini."

Sky tak menjawab, karena matanya beralih pada Lala yang baru tiba. "Are you okay?"

"Baik-baik saja." Lala tersenyum sekilas lalu mendekati bos-nya. "Hanya sedikit mulas."

"Hubungan yang sangat formal." Viola bicara sambil meraih lengan Lala. "Mari kita ukur lagi lingkar lehernya, Nona Lala."

Sky mengusap punggung Lala, karena dia harus pamit mengangkat telepon penting dari Alice di pagi hari begini.

Namun, ketika ditinggalkan beberapa menit saja, Lala keluar dengan langkah setengah berlari sambil menangis. "La ... Why?"

Lala yakin Sky meruntuhkan bangunan ini jika dia bicara. Tapi, "kita cari desainer lain, Pak."

"Tidak akan, sebelum kamu bilang apa alasan mu menangis?"

1
Purie ekwa
mau lamaran aja susah amat yak
Imelda Sipayung
Biasa
Imelda Sipayung
Kecewa
Purie ekwa
ngebet ya pengen nikah jg si dominic
Kak Yuniah
ini yg kmu inginkan sky kekeh ngk mau punya ank lihat istrimu sekarang di rendahkan
Purie ekwa
akhirnya dominic nikah juga....
Asriana inna
Luar biasa
Kak Yuniah
dri bab satu aku selalu ngakak mau kondisi apa pun
Purie ekwa
ikut seneng ajalah....😀
Purie ekwa
gelo emang pak sky...ena ena di atas meja ....hadeuh..sewa hotel.lah boss
Nazyra
penasaran dengan kisahnya Maurin
Purie ekwa
astagfirullah pak ustad...
Purie ekwa
diihh cucu sendiri di cemburuin....
Kak Yuniah
haha...sky sky
Purie ekwa
pak sky luar biasa gegara cemburu istrinya di korbanin masakan dominic
Purie ekwa
sebegitunya dominic di tinggal gege...
Purie ekwa
gege mengkhawatirkan
Purie ekwa
uncle penjajah dapet sugar baby
Purie ekwa
diihh dominic bisaan bgt
Purie ekwa
gitu dong sky
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!