NovelToon NovelToon
Cahaya Di Balik Gunung

Cahaya Di Balik Gunung

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Reinkarnasi / Romansa / Fantasi Wanita / Fantasi Isekai
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Ihsan Fadil

Raka adalah seorang pemuda biasa yang bermimpi menemukan arti hidup dan cinta sejati. Namun, perjalanan hidupnya berbelok saat ia bertemu dengan sebuah dunia tersembunyi di balik mitos dan legenda di Indonesia. Di sebuah perjalanan ke sebuah desa terpencil di lereng gunung, ia bertemu dengan Amara, perempuan misterius dengan mata yang seakan memiliki segudang rahasia.

Di balik keindahan alam yang memukau, Raka menyadari bahwa dirinya telah terperangkap dalam konflik antara dunia nyata dan kekuatan supranatural yang melingkupi legenda Indonesia—tentang kekuatan harta karun kuno, jimat, serta takhayul yang selama ini dianggap mitos.

Dalam perjalanan ini, Raka harus menghadapi berbagai rintangan, termasuk rasa cintanya yang tumbuh untuk Amara, sembari berjuang mengungkap kebenaran yang tersembunyi di balik cerita rakyat dan keajaiban yang mengikat mereka berdua. Akan tetapi, tidak semua yang bersembunyi bisa dipercaya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ihsan Fadil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 33: Rahasia Kuno yang Terungkap

Malam semakin larut ketika mereka menemukan diri mereka berada di sebuah gua yang tersembunyi di balik semak belukar yang lebat. Dingin angin malam terasa menusuk tulang, tetapi rasa dingin itu terasa kecil dibandingkan dengan ketegangan yang mereka rasakan. Gua ini terlihat biasa saja dari luar, tetapi ada sesuatu yang membuatnya tampak sangat berharga—dan sangat misterius.

Amara memeriksa kembali peta yang mereka temukan beberapa hari lalu. Sebuah simbol kuno terukir dengan jelas pada peta itu, dan mereka memiliki keyakinan bahwa gua inilah lokasi yang sesuai dengan petunjuk tersebut.

“Apakah kita yakin ini tempatnya?” tanya Raka dengan ragu sambil memegang senter yang sinarnya menembus kegelapan.

Arjuna menghela napas panjang. “Ya, ini harus menjadi tempatnya. Petunjuk yang kita temukan jelas mengarah ke sini.”

Mereka bertiga saling bertukar pandang, memutuskan untuk melangkah lebih jauh ke dalam gua. Di dalam kegelapan yang menyesakkan, mereka bisa merasakan aura yang berbeda—sebuah energi kuno yang hampir bisa mereka sentuh, tetapi sulit dipahami.

Gua itu cukup luas. Dinding-dindingnya tampak berlumut, air menetes dari langit-langit gua yang gelap, dan udara terasa lembab. Setiap langkah mereka menggema dalam keheningan, menambah ketegangan yang sudah mereka rasakan sejak awal perjalanan ini.

Amara memegang senter dengan erat sambil melihat-lihat sekitar. Ketika sinar senter itu menyoroti dinding gua, ia melihat sesuatu—sebuah ukiran yang tampak samar tetapi cukup membekas. Ia berlutut dan mendekatinya, senter yang ia pegang menyoroti lebih dekat.

“Lihat ini,” ucapnya dengan suara bergetar, mengarahkan senter ke ukiran tersebut.

Raka dan Arjuna segera mendekati tempat itu. Ukirannya penuh dengan simbol-simbol kuno yang tidak mereka pahami. Bentuk-bentuknya berputar, saling berhubungan dalam pola yang kompleks.

“Apa ini?” tanya Raka, mencoba memahami pola simbol itu.

Amara mengusap keringat yang mengalir di keningnya. “Ini… ini simbol kuno dari kerajaan Majapahit. Setidaknya, aku pernah melihat simbol ini di beberapa artefak yang pernah aku teliti sebelumnya.”

Arjuna mengernyitkan dahi. “Majapahit?”

“Ya,” jawab Amara singkat. “Majapahit adalah salah satu kerajaan besar di Nusantara yang memiliki sejarah panjang dan hubungan dengan berbagai legenda dan mitos. Ini mungkin petunjuk dari peninggalan mereka.”

Ia mencoba mempelajari lebih dekat ukiran tersebut sambil berusaha memahami makna di balik simbol itu. Lalu, ia menyadari ada semacam pola yang membentuk jalur ketika ia mengikuti ukiran dengan cermat. Pola itu membentuk simbol yang berulang, dan pada akhirnya membentuk sebuah peta yang berisi jalur menuju tempat yang lebih dalam di dalam gua tersebut.

“Ini adalah petunjuk,” ucap Amara dengan semangat yang tiba-tiba muncul di wajahnya. “Lihat, simbol ini membentuk jalur. Jika kita mengikutinya, mungkin kita bisa menemukan apa yang kita cari.”

Arjuna dan Raka saling berpandangan. “Kita harus mengikuti petunjuk ini,” ujar Arjuna dengan tekad. “Tapi hati-hati, kita tidak tahu apa yang menunggu kita di dalam.”

Mereka memutuskan untuk terus berjalan mengikuti jalur yang diuraikan oleh simbol kuno tersebut. Setiap langkah mereka semakin dalam ke dalam gua, dan suasana semakin terasa berat. Perasaan mereka seakan dihimpit oleh keberadaan kekuatan yang tidak mereka pahami.

Setelah berjalan beberapa waktu, mereka sampai di sebuah ruang yang lebih besar di dalam gua.

Ruangan itu gelap, tetapi ketika mereka menyalakan senter mereka, mereka menemukan sesuatu yang mengejutkan—sebuah prasasti besar dengan ukiran yang sama dengan simbol-simbol yang mereka temukan sebelumnya. Prasasti ini tampak kuno, berlumut, tetapi sangat terjaga keutuhan detailnya.

“Ini bukan hanya petunjuk biasa,” kata Amara sambil mendekati prasasti itu dengan hati-hati. “Ini adalah kisah sejarah yang dituliskan langsung oleh peradaban kuno.”

Mereka bertiga saling bertukar pandang, lalu mendekati prasasti tersebut. Amara berusaha membaca simbol-simbol yang ada di ukiran itu dengan seksama, meskipun ia tahu ini akan menjadi tugas yang berat. Setiap goresan adalah petunjuk yang penting, tetapi juga membingungkan.

“Simbol ini menceritakan tentang ramalan… tentang sebuah kekuatan yang akan bangkit jika artefak tertentu ditemukan,” ucap Amara sambil berusaha menerjemahkan simbol itu.

Arjuna bertanya dengan serius, “Kekuatan seperti apa yang dimaksud?”

Amara menarik napas dalam-dalam dan melanjutkan, “Artefak ini mungkin adalah sumber dari keseimbangan yang telah terganggu, dan jika ditemukan oleh pihak yang salah, kekuatan ini bisa menghancurkan segalanya—peradaban kita, sejarah kita.”

Raka mengerutkan dahi, berpikir keras. “Ini berarti kita harus mencegah siapa saja yang mengejar artefak ini untuk menemukan jalannya.”

Amara mengangguk, “Tapi untuk memahami sepenuhnya, kita harus mencari lebih dalam lagi di gua ini. Prasasti ini adalah bagian dari teka-teki yang harus kita selesaikan.”

Mereka bertiga kembali menyalakan senter mereka dan melanjutkan perjalanan ke area yang lebih dalam dari gua tersebut. Semakin dalam mereka masuk, semakin mereka merasakan kehadiran sesuatu—sebuah energi yang tak kasat mata, tetapi bisa mereka rasakan di setiap sudut gua yang gelap ini.

Setelah berjalan beberapa menit, mereka menemukan sebuah ruangan yang dipenuhi dengan benda-benda yang terlihat seperti peninggalan kuno—patung, artefak, dan simbol-simbol yang mencerminkan kebudayaan Majapahit dan berbagai elemen budaya lain dari Nusantara.

Amara berhenti dan menatap objek-objek itu dengan penuh perhatian. “Semua ini memiliki koneksi yang sama. Ini adalah peninggalan yang memiliki kaitan dengan keseimbangan yang disebutkan dalam prasasti tadi.”

Arjuna memeriksa salah satu patung kuno itu dan menemukan bahwa di tangan patung terdapat simbol yang sama dengan yang ada di peta mereka. “Ini adalah petunjuk yang bisa membawa kita lebih dekat ke artefak ini,” ujarnya dengan tekad.

Mereka tahu bahwa mereka harus melakukan penelitian yang lebih dalam dan menemukan jalannya untuk mencegah hal yang tidak diinginkan. Semakin banyak petunjuk yang mereka temukan, semakin banyak teka-teki yang harus mereka selesaikan. Namun, mereka juga menyadari bahwa perjalanan ini akan semakin berbahaya.

Kegelapan gua itu seakan memanggil mereka untuk menemukan jawaban, tetapi juga menakuti mereka dengan ketidakpastian yang mengintai di setiap langkah.

Dengan hati yang berdebar dan tekad yang semakin membara, mereka melanjutkan perjalanan mereka ke dalam kegelapan, berharap rahasia yang mereka cari akan segera terungkap.

Mereka melangkah lebih dalam ke ruang yang lebih luas di dalam gua tersebut. Suara langkah mereka bergema dalam keheningan, seakan-akan setiap gerakan mereka ditangkap oleh gua itu sendiri. Amara terus memeriksa setiap simbol yang ada di dinding, sementara Raka dan Arjuna menjaga ketenangan dan kewaspadaan mereka.

Semakin mereka meneliti, semakin mereka menyadari bahwa ruangan ini bukan hanya tempat peninggalan biasa. Energi yang mereka rasakan semakin intens, seperti ada kekuatan yang sedang membangkitkan dirinya dari dalam dinding-dinding gua ini.

“Perhatikan simbol ini,” kata Amara sambil menunjuk pada simbol yang berulang di sepanjang dinding batu. “Sepertinya simbol ini membentuk pola seperti jalur menuju titik tertentu dalam gua ini.”

Raka mendekati salah satu titik simbol itu sambil berusaha melihat petunjuk yang ada. “Kalau kita mengikuti jalur ini, kemana jalannya mengarah?” tanyanya sambil menyoroti jalur dengan senter.

Arjuna merapatkan pandangan. “Kita harus terus mengikuti pola ini. Jika simbol-simbol ini benar-benar memiliki petunjuk, mungkin kita bisa menemukan tempat yang dituliskan dalam prasasti itu.”

Mereka mulai mengikuti jalur simbol tersebut dengan hati-hati, setiap langkah mereka terasa semakin berat. Udara di dalam gua semakin dingin, dan setiap hembusan angin seakan membawa aroma tanah yang lembab dan berbagai hal tak terlihat.

Namun, saat mereka berbelok pada satu titik jalur, mereka merasakan keanehan—sebuah getaran yang tiba-tiba mengguncang dinding gua.

“Ada apa itu?” tanya Raka dengan gugup sambil berusaha menyeimbangkan diri.

“Jangan bergerak,” Arjuna berbisik dengan tegas, matanya berfokus pada dinding gua yang bergetar.

Gua itu bergetar semakin kuat, dan di hadapan mereka, cahaya merah mulai memancar dari celah-celah batu. Amara dan yang lainnya saling berpandangan dengan cemas.

“Kita harus hati-hati,” kata Amara. “Ini bisa berarti ada sesuatu yang bangkit.”

Kehancuran bisa mereka rasakan di udara—sebuah ancaman yang mereka belum pahami sepenuhnya. Mereka berusaha mempelajari simbol dan jalur yang mereka temukan sambil tetap waspada terhadap bahaya yang semakin mendekat.

Mereka tahu bahwa apa yang mereka cari bukan hanya sebuah petunjuk atau artefak biasa. Ini adalah sesuatu yang lebih besar, lebih kuat, dan bisa mengancam tidak hanya mereka tetapi seluruh keseimbangan sejarah dan masa depan mereka.

“Terus ikuti jalurnya,” Arjuna memutuskan dengan mantap. “Kita harus tahu apa yang ada di balik semua ini.”

Dengan langkah hati-hati, mereka melanjutkan perjalanan mereka di gua yang semakin terasa seperti sarang rahasia yang penuh dengan rahasia kuno dan bahaya yang tak kasat mata.

1
Yurika23
Aku mampir ya thor..nyimak dulu yah ..gabut nih...bosen, kesel ..nopelku sepi pengunjung...udah aja baca2 ke nopel senior....
Ihsan Fadil: sama aja thor
total 1 replies
anggita
sip⭐ lah
anggita
👍👍👌👌..,,
anggita
😱.. wouu 🐉👹
anggita
like👍iklan ☝☝. moga novelnya lancar.
Ihsan Fadil: aamiin makasih
total 1 replies
anggita
novelnya cukup menarik. mungkin sering promosi aja biar pembacanya bertambah👏.
anggita
Raka.. Amara,, 😘
Leni Martina
semangat Thor,baca dulu ya
Ihsan Fadil: oke semangT
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!