Ditengah keterpurukannya atas pengkhianatan calon suami dan sahabatnya sendiri, Arumi dipertemukan dengan Bara, seorang CEO muda yang tengah mencari calon istri yang sesuai dengan kriteria sang kakek.
Bara yang menawarkan misi untuk balas dendam membuat Arumi tergiur, hingga sebuah ikatan diatas kertas harus Arumi jalani demi bisa membalaskan dendam pada dua orang yang telah mengkhianatinya.
"Menjadi wanitaku selama enam bulan, maka aku akan membantumu untuk balas dendam."_ Bara Alvarendra.
Simak dan kepoin ceritanya disini yuk 👇👇👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fajar Riyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29 : Ikatan Diatas Kertas.
"Ahhh... Ahhh... Te..rus sa..yang...."
Delia tengah meliuk-liukkan tubuhnya di atas tubuh Pak Anton, goyangannya bak seorang biduan yang sedang bergoyang diatas panggung. Dalam keadaan hamilpun tubuh wanita itu masih begitu menggoda dan menggiurkan.
Kenyataan jika Randy meninggalkan dirinya diacara resepsi tadi membuatnya sangat terluka. Dia yang awalnya sudah ingin menyudahi hubungannya dengan bosnya itu akhirnya kembali mengajak pria itu bertemu dan memadu kasih di dalam kamar hotel.
Sebenarnya Nyonya Herlina sudah mengajaknya untuk ikut pulang ke kediaman Prayoga, namun Delia menolak dengan alasan ingin menenangkan diri terlebih dahulu di rumah kontrakannya untuk sementara waktu.
Pak Anton membalikkan tubuh Delia hingga kini wanita itu telah berada di bawah kungkungannya. Dengan gerakan maju mundur pria itu memacu pinggulnya dengan gerakan cepat.
"Ouuhhh Mass... Ak...uu..."
Delia mencengkram kuat punggung Pak Anton saat mereka hampir mencapai puncak kenikmatan.
"Ahhh... Ahhhh... Ahhhh...."
Pak Anton menyemburkan semua benihnya didalam milik Delia. Karena sekarang Delia sedang mengandung dan sudah menikah maka mereka tidak perlu lagi memakai pengaman untuk melakukannya. Toh sudah ada Randy yang bertanggung jawab dengan menikahi Delia ini, sehingga rumah tangga Pak Anton pasti juga akan aman-aman saja.
Dengan nafas tersengal-sengal Pak Anton menjatuhkan dirinya di atas tubuh Delia. Setelah nafasnya mulai tenang dia mengangkat tubuhnya dan berbaring di samping wanita itu. Delia menarik selimut untuk menutupi tubuh polos mereka.
"Mas harus pulang sekarang, istri Mas sudah menunggu dan menelfon terus dari tadi," ucap Pak Anton.
"Tapi Mas..."
"Del, kita sudah berjanji untuk tidak saling terikat. Kita melakukannya karena kita saling menikmati, iya kan?"
Delia mengangguk, "Iya Mas. Tapi, mertuaku memintaku untuk berhenti kerja, itu artinya kita akan jarang bertemu lagi Mas. Suamiku itu tidak bisa diharapkan lagi, dia sangat payah! Masih saja dia mengharapkan wanita yang jelas-jelas sudah tidak mau sama dia. Padahal aku bisa memberikan kepuasan padanya setiap saat,"
"Sudah biarkan saja, yang penting dia sudah mau tanggung jawab atas kehamilan kamu ini. Jadi, hubungan kita akan tetap aman Sayang. Ya sudah, mas pulang dulu ya?"
Pak Anton membuka selimutnya, dia meraih pakainya yang berserakan di atas lantai dan memakainya kembali. Sebelum pergi, Pak Anton kembali melu-mat bibir Delia sebentar. Malam ini Delia memutuskan untuk tetap tidur dikamar hotel saja, menghubungi Randy sekarang juga percuma, sebaiknya dia menunggu Randy tenang dulu baru dia pergi menemui suaminya itu.
_
_
_
Mata indah yang sudah terpejam itu kini kembali terbuka kala mendengar pertanyaan dari Bara tentang kriteria pria idaman. Arumi menatap Bara yang masih terduduk di sampingnya, pria itu sedang menunggu jawaban darinya.
"Seperti apa? Hemm?" sekali lagi Bara bertanya, dia saling menautkan kedua alisnya, tidak sabar dia menunggu jawaban dari bibir istrinya.
"Yang pasti bukan seperti kamu, Mas," jawab Arumi.
Bara menelan salivanya kasar, "Me-memangnya kenapa Rum? Mas kurang tampan?"
Arumi terkekeh pelan, "Tampan kok, sangat malah. Cuma banyak modusnya,"
"Astaga Rum, begitu buruk kah Mas dimatamu, hmm?"
Arumi menggeleng pelan, "Mas baik, sangat baik, sampai aku bingung bagaimana caranya harus berterima kasih pada Mas karena sudah banyak membantuku. Jika bukan karena Mas, mungkin aku tidak akan sampai berada di titik ini, titik dimana aku berusaha untuk bangkit dari keterpurukanku."
Keberadaan Bara disampingnya membuat Arumi mulai merasa nyaman. Bahkan, dia sampai tidak bisa marah saat Bara menciumnya tadi didepan semua orang.
Namun, Arumi sepenuhnya masih sangat sadar tentang ikatan mereka berdua, sedikitpun dia tidak berani untuk mengharapkan lebih dari laki-laki yang berstatus sebagai suaminya itu. Selain Bara masih memiliki seorang kekasih, Arumi tidak ingin merasakan sakit untuk yang kedua kalinya. Dia yakin, perasaannya pada Bara hanya sebatas kagum saja, karena selama hampir dua bulan ini mereka selalu bersama dan tidur di atas ranjang yang sama.
Bara menyenderkan tubuhnya pada headboard dan menarik nafasnya panjang, pandangannya menatap lurus ke depan.
"Kamu tidak perlu berterima Rum, bukankah disurat perjanjian sudah jelas, jika kontrak ini harus bisa menguntungkan kedua belah pihak. Sudah tugasku untuk membantumu, begitupun dengan kamu yang sudah membantuku terhindar dari rencana perjodohan kakek. Dan dengan adanya kamu disini, sekarang kondisi kakek juga sudah mulai membaik,"
Hening, tidak ada jawaban dari Arumi, saat Bara menoleh, rupanya gadis itu sudah terlelap. Bara mengulas senyum diwajah dan mencondongkan tubuhnya mendekat ke arah Arumi, satu tangannya mengusap lembut rambut gadis itu.
"Selamat beristirahat Rum, mimpi indah..."
_
_
_
Hari ini dunia maya digemparkan oleh pemberitaan tadi malam diacara resepsi pernikahan Randy dan Delia. Foto-foto ciuman Bara dan Arumi serta pengantin pria yang tengah mengamuk menjadi trending utama pemberitaan.
Gosip yang sedang hangat-hangatnya itu pun sampai ke telinga Monica. Dia yang baru selesai pemotretan langsung membuka layar ponselnya dan melihat banyak foto-foto kekasihnya yang sedang mencium seorang wanita yang menurut pemberitaan berstatus sebagai istri.
"Bara! Apa-apaan ini! Ini yang kamu bilang aku disuruh menunggu? Sementara kamu mesra-mesraan dengan wanita lain!"
Monica merasa tidak terima dengan pemberitaan yang dia lihat, dia harus mendengar penjelasan dari kekasihnya langsung. Segera dia menghubungi nomor kekasihnya itu.
Satu panggilan, dua panggilan dan tiga panggilan tapi masih tidak diangkat juga. Monica menurunkan benda pipih itu dari telinganya dan menghembuskan nafas berat.
"Aku harus menemui Bara ke kantornya sekarang!"
Monica segera mengganti pakaiannya di ruang ganti, kebetulan pemotretannya juga sudah selesai. Dengan mengendarai mobilnya sendiri, Monica melaju kencang kendaraannya menuju ke perusahaan milik keluarga Alvarendra untuk menemui Bara.
... ...
... 🌼🌼🌼...
sembur aja semburrr☕️
thor kangen vio+Raka💜💜