Kisah seorang murid yang menjadikan gurunya sebagai inspirasi terbesar nya. Terjadi di dunia modern, yang semuanya serba ada namun serba sulit banyak kekurangan.
Murid yang selalu berusaha mencari perhatian sang guru. Dengan kemampuan aneh yang dimilikinya. Dan bagaimanakah kisah kelanjutannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Febby Sadin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sesal Orangtua Duka
Bus menghentikan lajunya. Sesampainya rombongan alumni SDIMT di tempat pemberhentian bus yang tak jauh dari rumah mereka masing-masing. Mereka berkumpul terlebih dahulu sebelum bubar. Mereka berbaris tanpa perlu disuruh lagi.
Bara, Bintang, Hasbi dan Permata keluar dari barisan dan maju ke depan menatap arah teman-temannya yang sedang berbaris.
Bara membuka percakapan sore itu, "Dengan meninggalnya kelima teman kita, saya sebagai ketua alumni SDIMT menghimbau kepada seluruh alumni untuk mengajak kalian takziah bersama-sama kerumah duka. Nuha, Isti dan Putra, Diyah dan Zahra. Jadi nanti ada lima tempat yang akan kita semua datangi bersama-sama." ucap Bara. Dan dia menyenggol ke arah Bintang, "Mungkin akan ditambahkan oleh Bintang."
"Baik....." Bintang pun menambahi, "Untuk takziah ke rumah duka, pastinya kita akan membutuhkan buah tangan saat kesana. Jadi semua urusan mulai dari iuran sampai barang bawaan yang akan dibawa ke rumah duka wajib pula di bicarakan, dan semuanya saya serahkan ke pihak bendahara dan sekretaris. Yaitu Hasbi dan Permata."
Hasbi pun menoleh pada Permata, dia mengisyaratkan terserah Permata saja. Begitu.
Permata yang paham dengan isyarat dari Hasbi, dia pun berkata, "Baik teman-teman untuk iuran kematian teman-teman kita saya meminta masing-masing orang iuran setidaknya 20 ribu. Bisa dikumpulkan kepada saya dan Hasbi. Paling lambat malam ini, boleh bentuk uang ataupun transfer. Karena besok pagi kita setidaknya sudah ke tempat rumah duka agar orangtua korban tidak bertanya-tanya kemana kita tidak mendatangi kediaman rumah temannya yang berduka." ucap Permata menyudahinya.
"Baiklah ...." kini disambung kembali oleh Bara. "Saya rasa sudah dapat dipahami. Maka saya ucapkan terimakasih untuk hari ini, walaupun ada hal duka yang terjadi. Semoga menjadi pelajaran bagi kita semua. Dengan ini saya nyatakan pertemuan kita sebagai alumni adalah dirumah duka teman-teman kita. Sekian wassalamu'alaikum wr wb. Boleh bubar." ucap Bara.
Di ikuti dengan bubarnya barisan teman-temannya saat itu. Semuanya pulang ke rumah masing-masing dengan duka yang masih belum hilang. Mereka semua menundukkan pandangan dalam perjalanan pulang.
...****************...
Keesokan harinya, dimana uang iuran kematian sudah terkumpul semua. Bintang bersiap keluar dari kamarnya, dia keluar rumah dan menyiapkan sepeda motor nya. Saat itu juga dia menoleh ke arah jarum jam sepuluh, ternyata disana sudah ada.
"Bara? Kamu jemput aku?" ucap Bintang menyapa Bara.
"Iyalah. Kita berangkat bareng aja. Biar hemat bahan bakar." sahut Bara.
Bintang pun melempar senyuman pada Bara. mereka langsung melajukan kendaraannya dengan disetir oleh Bara sendiri. Sesampainya mereka di tempat duka, dimana tempat pertama yang mereka datangi adalah rumahnya Isti dan Putra. Teman-temannya yang lain juga sudah ada disana.
Bara dan Bintang langsung bergabung bersama mereka. Tepat saat itu juga ibunya Isti sedang bercerita, mengenang kejadian satu hari sebelum kecelakaan Isti di hutan kawah.
"Padahal nak... Andai kalian semua tau..." ucap Ibu Isti pada teman-temannya Isti yang kini datang, "Isti itu sebelum berangkat aku sudah firasat tidak enak. Isti menggunakan pakaian dari ujung kepala hingga kaki menggunakan serba putih. Aku bertanya waktu itu tepat sehari sebelum dia meninggal, tepatnya saat dia hendak berangkat ke hutan kawah bersama kalian. Kenapa dia menganakan pakaian putih-putih? Tapi dia menjawab hanya ingin saja memakainya. Begitu pula dengan Putra mereka berdua sama saja. Mereka seolah menunjukkan kepada kita firasat akan kematian mereka." ucap Ibu Isti dimana kini beliau semakin menangis.
Dan mereka pun setelah dari rumah Isti dan Putra, melanjutkan takziah ke rumah Nuha, sang Ibu juga bercerita bahwa, "Nuha dihari dia berangkat ke hutan kawah awalnya tidak ada hal yang mencurigakan atau firasat apapun. Tapi dia sempat wa ke ibu, bahwa dia ditinggal oleh rombongan nya. Busnya telah berangkat. Saat itu ibu ini balaslah wa dari Nuha. Ibu ini udah nyuruh dia pulang. Lah tapi beberapa menit kemudian Nuha wa lagi katanya dia sudah naik di bus karena busnya menunggunya setelah dia telpon ke Bara." ibunya Nuha bercerita panjang lebar.
Dan ada cerita pula saat mereka takziah di rumah Diyah dan Zahra. "Diyah itu ingin sekali membawa boneka nya ke hutan kawah juga. Tapi dia malah ngomong bahwa takut bonekanya tak kembali ke rumah lagi jika dia membawanya kesana." tangis ibu Diyah pun pecah saat itu juga.
Kini yang terakhir, cerita dari neneknya Zahra, "Saat Zahra mau berangkat aku udah firasat kalau Zahra seharusnya tak ikut. Karena aku merasa berat Zahra meninggalkan kita ke hutan kawah. Yang ternyata firasat itu benar, malah mengambil nyawa Zahra ...." ucap neneknya Zahra dengan tersedu.
Lima tempat yang didatangi mereka, semuanya membuat mereka terharu. Momen ini momen paling menyedihkan yang pernah terjadi sepanjang masa, bagi alumni SDIMT. Dan kesedihan yang mendalam bagi mereka.
.
.
.
Lanjutannya secepatnya 😘