Kisah Kita, Dunia Di Balik Layar

Kisah Kita, Dunia Di Balik Layar

Drama Persahabatan

Di sebuah kafe yang ramai, tempat nongkrong anak-anak SMA, Keisha duduk menunggu sahabatnya, Naya. Kafe itu dipenuhi suara tawaan dan obrolan remaja, tetapi Keisha merasa sendiri. Dia adalah tipe orang yang blak-blakan, sementara Naya lebih tenang dan cenderung menjadi penengah dalam setiap situasi.

Keisha: “Nay, cepetan deh! Gue udah kayak patung di sini!”

Naya: (datang terburu-buru) “Sorry, sorry! Jalanan macet banget, sumpah! Lo tau kan, kota ini kayak apa?”

Keisha: (menggeleng) “Alasan mulu, lo. Yaudah, duduk sini. Gue butuh lo buat dengerin curhatan gue.”

Naya: (mengangkat alis) “Aduh, pasti ada drama baru nih. Apa lagi sekarang?”

Keisha menatap Naya dengan ekspresi serius, membuat Naya sedikit khawatir.

Keisha: “Gue pusing, Nay. Bimo kayaknya deket sama cewek lain, dan gue nggak ngerti perasaan gue lagi.”

Naya: (mengernyit) “Sama Bimo? Lo udah ngomong sama dia?”

Keisha: “Belum. Tapi lihat dia di Instagram story, dia jalan sama cewek itu terus. Sumpah, bikin hati gue sakit!”

Naya menggigit bibir, merasa cemas untuk sahabatnya.

Naya: “Coba deh, bicarakan sama dia. Jangan sampai lo salah paham.”

Keesokan harinya, Keisha berusaha keras untuk fokus di sekolah, tetapi pikirannya terus melayang kepada Bimo. Mereka sering chatting, tapi ketika melihat Bimo mengunggah foto bersama cewek itu, rasa cemas dan bingung semakin menggerogoti dirinya.

Di kelas, Naya mencoba menghibur Keisha.

Naya: “Gimana kalau kita nonton bareng? Lupakan Bimo sebentar. Kalo perlu, kita undang Dimas juga.”

Keisha: “Dimas? Kenapa?”

Naya: “Dia kan temen lo yang selalu ada. Dan dia juga suka sama lo, kan?”

Keisha: (merah) “Suka apaan? Kita cuma teman.”

Naya: “Lo bisa aja, Keisha. Tapi kalo lo terus begini, Bimo malah bakal makin menjauh.”

Keisha mendengus dan menatap papan tulis, berusaha menahan emosinya.

Keisha: “Gue nggak mau terjebak di drama cinta yang nggak jelas. Kenapa semuanya harus rumit sih?”

Di akhir pekan, Keisha, Naya, Dimas, dan Riko, memutuskan untuk pergi ke pantai. Mereka ingin healing dari semua drama sekolah dan kehidupan. Dalam perjalanan, suasana ceria menyelimuti mereka, meskipun Keisha masih merasa tertekan dengan pikirannya.

Riko: “Gue udah bawa tenda! Kalian jangan lupa bawa makanan ya. Kita harus bakar-bakaran!”

Dimas: “Siap! Gue udah siapin barbeque, jadi kita bisa makan enak malam ini.”

Naya: “Wah, seru nih! Tapi please, jangan ada yang baper soal game lagi ya.”

Keisha: “Tenang aja, malam ini kita cuma mau ketawa dan nyantai. Nggak mau ada drama!”

Mereka tertawa dan bercanda sepanjang perjalanan. Keisha merasa sedikit lebih ringan, tetapi saat melihat Dimas dan Naya tertawa bersama, rasa cemburunya kembali muncul.

Malam itu, di tepi pantai, suasana menjadi lebih hangat saat mereka berkumpul di sekitar api unggun. Sambil mengobrol dan menikmati makanan, Keisha tidak bisa menahan untuk berbagi beban pikirannya.

Dimas: “Eh, Keisha, kenapa sih lo nggak ngomong langsung aja ke Bimo? Kenapa lo harus pusing gitu?”

Keisha: “Gampang ngomongnya, Dim. Tapi gue nggak mau keliatan desperate. Apa lo nggak ngerti?”

Riko: “Desperate apaan? Lo tuh berani! Coba aja, kalau emang nggak ada kepastian, ya tinggalin.”

Naya: “Kadang kita harus berani ambil langkah, Keisha. Jangan sampai kita dipermainkan.”

Keisha terdiam, merasa terjebak antara dua pilihan. Di satu sisi, Bimo yang membuatnya bingung, dan di sisi lain, Dimas yang selalu ada untuknya.

Keisha: “Gue cuma pengen tahu apa yang dia rasakan. Tapi setiap kali mau nanya, rasanya kayak susah banget.”

Dimas: “Coba deh, lo tanya langsung. Kadang, jujur itu yang terbaik.”

Hari Senin datang, dan Keisha merasa lebih bingung dari sebelumnya. Setelah mendengarkan nasihat Dimas, dia memberanikan diri untuk mengajak Bimo bicara. Namun, saat mereka bertemu, semuanya tidak berjalan seperti yang diharapkan.

Bimo: “Eh, Keisha! Sorry banget, ya. Aku lagi sibuk banget. Ntar kita ngobrolnya nyusul aja, ya?”

Keisha: (dalam hati) “Sibuk apaan sih? Ini penting buat kita.”

Di dalam chat, Keisha mencoba berkomunikasi.

Keisha: “Gue cuma butuh waktu sebentar, Bi. Ada yang pengen gue klarifikasi.”

Bimo: “Yah, besok aja ya. Beneran sibuk banget nih.”

Keisha merasa terjebak dalam kebingungan. Apakah Bimo benar-benar peduli padanya? Dia tidak bisa mengerti apa yang sebenarnya terjadi.

Suatu hari, Dimas mengajak Keisha untuk pergi ke kafe yang biasa mereka nongkrong. Dimas tampak lebih serius dari biasanya. Keisha merasakan ketegangan.

Dimas: “Keis, ada yang mau gue omongin sama lo. Ini mungkin agak random, tapi...”

Keisha: “Eh, apa sih? Jangan bikin gue deg-degan, Dim.”

Dimas: “Gue udah lama suka sama lo. Tapi gue nggak berani ngomong karena tahu lo deket sama Bimo.”

Keisha terkejut. Dia tidak pernah menyangka Dimas menyimpan perasaan seperti itu.

Keisha: “Serius, Dim? Kenapa nggak ngomong dari dulu?”

Dimas: “Gue takut lo jadi menjauh. Tapi melihat lo pusing karena Bimo, rasanya kayak...”

Keisha: “Gue bingung! Ini semua terlalu rumit!”

Setelah berbincang dengan Naya, Keisha mulai merenung. Dia merasa harus menentukan pilihan antara dua pria yang memiliki cara berbeda untuk menunjukkan perhatian.

Naya: “Kadang kita terlalu fokus pada yang jauh, padahal yang dekat lebih tulus.”

Keisha: “Tapi, Nay, apa salahnya kalau gue masih mau berjuang buat Bimo?”

Naya: “Kalau dia bikin lo bingung terus, itu pertanda. Dimas itu baik dan perhatian, lo harus pertimbangkan!”

Keisha merasa bingung, tetapi ada suara dalam hatinya yang mengatakan bahwa mungkin sudah saatnya untuk berhenti mengabaikan Dimas.

Hari demi hari berlalu, dan ketegangan antara Keisha dan Bimo semakin terasa. Suatu malam, Keisha menerima pesan dari Bimo yang membuatnya semakin bingung.

Bimo: “Hey, Keisha. Mau ketemu? Aku ada yang mau dibicarakan.”

Keisha merasakan jantungnya berdebar. Dia tahu ini saatnya untuk mengungkapkan semuanya.

Keisha: “Baiklah. Kita bisa ketemu di kafe jam 7?”

Keesokan harinya, Keisha berusaha tenang meskipun hatinya berdebar. Dia tahu pertemuan ini akan mengubah segalanya. Di kafe, Bimo terlihat serius.

Bimo: “Keisha, aku tahu kita udah lama nggak ngobrol dengan baik. Aku minta maaf kalau aku bikin kamu merasa nggak nyaman.”

**

Episodes
1 Drama Persahabatan
2 Pertemuan yang Mengubah Segalanya
3 Menyusun Masa Depan
4 Menata Masa Depan
5 Terus Berkarya
6 Ketegangan
7 Memulai Hal Baru
8 Koneksi yang Tumbuh
9 Gejolak
10 Awal yang Baru
11 Ujian Kehidupan
12 Di Ujung Tanduk
13 Badai di Depan
14 Semangat Baru
15 Bersatu
16 Aria Gadis Ceria
17 Tersisih
18 Retak
19 Menjauh
20 Penyesalan Raka
21 Keputusan Keisha
22 Akhir Bahagia
23 Penutup
24 Episode 2: Langkah Baru dalam Kebersamaan
25 Ujian Cinta
26 Tanda Tanya di Ujung Jalan
27 Menyentuh Batas
28 Ketegangan yang Memuncak
29 Menghadapi Bayang- Bayang
30 Harapan Baru
31 Menanti Kelahiran
32 Menghadapi Tantangan Baru
33 Meniti Kembali
34 Langkah Kecil Harapan Besar
35 Hari-Hari yang Berjalan
36 Perasaan yang Tak Terucap
37 Resah
38 Bersama
39 Raka?
40 Bantuan Dinda
41 Perubahan
42 Datangnya Ibu
43 Sakit Hati
44 Penegasan Ibu
45 Tertekan
46 Melawan
47 Puncak Emosi
48 Demi Aira
49 Keras Kepala
50 Aira di Bawa Ibu?
51 Pendirian Ibu
52 Secercah Harapan
53 Campur Aduk
54 Dukungan Sekitar
55 Lelah
56 Kecelakaan
57 Meredup
58 Ketegasan Raka
59 Memanas
60 Ketegangan yang Memuncak
61 Ayah Keisha
62 Perpisahan yang Penuh Emosi
63 Menjalani Hari Baru
64 Ayah Ibu
65 Pindah Rumah
66 Kehangatan Rumah
67 Arya?
68 Harapan Aira
69 Pertemuan
70 Mulai di Terima
71 Keluarga Keisha
72 Arya Datang
73 Rumah Baru
74 Arya Pamit
75 Arya Pamit
76 Membangun Harapan di Rumah Baru
77 Harapan Tergantung
78 Menjemput Restu di Rumah Lama
79 Kunjungan Tak Terduga
80 Memperbaiki yang Retak
Episodes

Updated 80 Episodes

1
Drama Persahabatan
2
Pertemuan yang Mengubah Segalanya
3
Menyusun Masa Depan
4
Menata Masa Depan
5
Terus Berkarya
6
Ketegangan
7
Memulai Hal Baru
8
Koneksi yang Tumbuh
9
Gejolak
10
Awal yang Baru
11
Ujian Kehidupan
12
Di Ujung Tanduk
13
Badai di Depan
14
Semangat Baru
15
Bersatu
16
Aria Gadis Ceria
17
Tersisih
18
Retak
19
Menjauh
20
Penyesalan Raka
21
Keputusan Keisha
22
Akhir Bahagia
23
Penutup
24
Episode 2: Langkah Baru dalam Kebersamaan
25
Ujian Cinta
26
Tanda Tanya di Ujung Jalan
27
Menyentuh Batas
28
Ketegangan yang Memuncak
29
Menghadapi Bayang- Bayang
30
Harapan Baru
31
Menanti Kelahiran
32
Menghadapi Tantangan Baru
33
Meniti Kembali
34
Langkah Kecil Harapan Besar
35
Hari-Hari yang Berjalan
36
Perasaan yang Tak Terucap
37
Resah
38
Bersama
39
Raka?
40
Bantuan Dinda
41
Perubahan
42
Datangnya Ibu
43
Sakit Hati
44
Penegasan Ibu
45
Tertekan
46
Melawan
47
Puncak Emosi
48
Demi Aira
49
Keras Kepala
50
Aira di Bawa Ibu?
51
Pendirian Ibu
52
Secercah Harapan
53
Campur Aduk
54
Dukungan Sekitar
55
Lelah
56
Kecelakaan
57
Meredup
58
Ketegasan Raka
59
Memanas
60
Ketegangan yang Memuncak
61
Ayah Keisha
62
Perpisahan yang Penuh Emosi
63
Menjalani Hari Baru
64
Ayah Ibu
65
Pindah Rumah
66
Kehangatan Rumah
67
Arya?
68
Harapan Aira
69
Pertemuan
70
Mulai di Terima
71
Keluarga Keisha
72
Arya Datang
73
Rumah Baru
74
Arya Pamit
75
Arya Pamit
76
Membangun Harapan di Rumah Baru
77
Harapan Tergantung
78
Menjemput Restu di Rumah Lama
79
Kunjungan Tak Terduga
80
Memperbaiki yang Retak

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!