Viona merasa heran dengan perubahan sikap suaminya yang bernama Bara. Yang awalnya perhatian dan romantis tapi kini dia berubah menjadi dingin dan cuek. Dia juga jarang menyentuhnya dengan alasan capek setelah seharian kerja di kantor. Di tengah- tengah kegundahan dan kegelisahan hatinya, sang adik ipar yang bernama Brian, pemuda tampan yang tampilannya selalu mempesona masuk ke dalam kehidupan viona dan mengisi hari- harinya yang hampa. Akankah hati Viona akan tergoda dengan adik ipar dan menjalin hubungan terlarang sengannya karena merasa diabaikan oleh sang suami....?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy Almira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16. Nahan pipis
Sudah tiga hari Viona berada di rumah neneknya di kota Malang. Dia dan semua para sepupunya sudah bertemu dengan sang nenek yang kondisinya semakin hari semakin memprihatinkan. Tapi sang nenek merasa bahagia ketika semua cucunya kecuali Karin datang menemuinya. Dia bilang akan pergi dengan tenang setelah bisa bertemu dengan para cucu kesayangannya.
Pagi ini ketika bagun tidur Viona dikagetkan dengan ketukan keras di pintu kamarnya. Viona segera membuka pintu kamarnya, dan di sana ada salah satu sepupu Viona yang memberitahu bahwa nenek meninggal. Viona dan sepupunya tersebut lari ke kamar sang nenek. Iya, nenek mereka memang di rawat di rumah sejak seminggu lalu.
Nenek tidak ingin meninggal di rumah sakit. Dia ingin meninggal dengan tenang di dalam rumahnya sendiri. Anak, menantu dan cucu nenek tak kuasa menahan kesedihan ditinggalkan oleh nenek. Bagaimana tidak, semasa hidupnya nenek adalah orang yang sangat baik dan penyayang kepada semua orang.Mereka pun segera mempersiapkan pemakaman untuk nenek. Para pelayat pun datang untuk mengucapkan bela sungkawa.
Tak lama kemudian mereka membawa jenazah nenek ke pemakaman. Di tempat pemakaman seluruh keluarga tak kuat menahan tangis mengiringi proses pemakaman nenek. Tapi mereka harus ikhlas, bahwa semua yang hidup akan kembali pada sang pencipta.Setelah acara pemakaman selesai , seluruh keluarga pun kembali ke rumah nenek untuk mempersiapkan acara tahlilan nanti malam.
"Viona, kamu sudah kasih tahu Karin apa belum kalau nenek meninggal...?" tanya bu Rika yang sedang menyiapkan makanan untuk para tetangga yang akan ikut acara tahlilan.
"Belum bu..." jawab Viona.
"Ya sudah kamu kasih tahu sana, kasihan dia belum dikasih tahu dari tadi, pasti Karin sedih mendengar kabar duka ini..." ucap bu Rika.
"Iya bu..." jawab Karin lalu masuk ke dalam kamar untuk menghubungi Karin.
Sudah beberapa kali Viona menelpon Karin tapi nomornya tidak aktif.
"Ih Kenapa sih Karin susah banget kalau dihubungi..." gumam Viona.
"Ah, apa aku hubungi mas Bara saja deh, mungkin saja Karin sedang bersama mas Bara di kantor masih lembur...." ucap Viona lalu dia menghubungi sang suami.
Pada dering ke tiga akhirnya Bara menjawab telpon darinya.
"Ha...halloooo.. Sa... Sayang..." ucap Bara dengan tersendat- sendat.
"Hallo mas, kamu lagi di mana...? Apa masih di kantor..." tanya Viona.
"Ssstthhhh...aaahhhh....." terdengar suara aneh dari Bara.
"Mas kamu lagi ngapain sih...?" tanya Viona.
"Oh.. Ak..aku lagi di kamar mandi sayang.. Iya di kamar mandi lagi pip...pipisss... Ahhhhh...." jawab Bara.
"Ya ampun mas, pipis kok sampai kayak gitu suaranya...." sahut Viona.
"Iya sayang aku tadi kebelet banget ini tadi nahan pipis lumayan lama... Sttttthhhh... Ahhhh...." jawab Bara.
"Mas, lain kali jangan suka nahan- nahan pipis dong, nggak baik, nanti bisa jadi penyakit..." ucap Viona.
"Aaahhh... Iya sayang...." jawab Bara.
"Kamu lama banget sih mas pipisnya..." ucap Viona.
"Iya sayang, pipisnya kan banyak... Ahhhh...." jawab Bara.
"Ya ampun mas, kamu ini..." ucap Viona sambil tertawa.
"Mas, kamu lihat Karin nggak, ditelpon nggak aktif terus dari tadi....? Dia nggak lagi sama kamu...?" tanya Viona.
"Iya dia sedang bersamaku dia ada di bawah...sssttthhh..." jawab Bara.
"Di bawah mana maksud kamu mas...?" tanya Viona tidak mengerti maksud Bara.
"Mak..maksudnya dia lagi di lantai bawah di kamaranya..." jawab Bara.
"Oh gitu..." ucap Viona.
"Aaaaahhh sayang udah dulu ya aku sudah tidak tahan nih mau keee..luar...." ucap Bara.
"Tutttt....tuttuuutt....." sambungan telpon pun terputus.
"Mas Bara kenapa sih...? Dia bilang sudah tidak tahan ingin keluar...? Apa nya yang keluar...? Keluar ke mana...? Dia mau ngapain sih , aneh banget suaranya..? Apa dia kebelet pup setelah tadi dia kebelet pipis...? " gumam Viona merasa bingung.
"Ih mas Bara ini ada- ada aja deh..." sambung Viona sambil tertawa sendiri.
"Oh ya ampun aku bahkan belum memberitahunya kalau nenek meninggal. Aduh Viona kamu gimana sih.." ucap Viona sambil menepuk dahinya.
Lalu Viona mencoba untuk menelpon Karin, siapa tahu nomornya sudah kembali aktif.
"Tuuttt...tuuttt...."
"Ah akhirnya tersambung juga..." guman Viona.
"Hallo kak..." ucap Karin dengan lirih.
"Karin, kamu lagi ngapain...? Apa kamu sudah tidur...?" tanya Viona.
"Baru mau tidur kak, aku lagi capek banget ini. Badanku rasanya remuk ..." jawab Karin.
"Kamu habis lembur lagi ya...?" tanya Viona.
"Iya kak..." jawab Karin suaranya memang terdengar seperti orang yang sedang kecapekan.
"Maaf ya, kakak ganggu kamu malam- malam, kakak cuma mau ngabari kamu soal nenek. Tadi pagi nenek meninggal..." ucap Viona.
"Nenek meninggal...?" tanya Karin yang terlihat biasa- biasa saja.
"Iya Karin, meninggalnya tadi pagi jam enam. Maaf ya kakak baru ngabari kamu sekarang..." jawab Viona.
"Ya udah kalau memang sudah saat nya nenek harus meninggal. Lagian dia sudah tua ini ya wajar saja kalau dia meninggal...." jawab Karin.
"Ya ampun Karin, kok kamu ngomong kayak gitu sih..? Apa kamu nggak sedih dengar nenek meninggal...?" tanya Viona.
"Ya sedih dong kak, ya tapi mau bagaimana lagi ini sudah takdirnya. Kita bisa apa..? Mau nangis darah pun percuma nenek nggak akan kembali. Lagian kasihan juga kalau nenek terlalu lama sakitnya. Itu hanya akan menyiksanya saja..." sahut Karin.
"Iya sih, kemarin kakak lihat nenek begitu menderita karena penyakitnya..." ucap Viona.
"Ya sudah nggak usah pada sedih terus, nenek sudah tenang di alam sana..." sahut Karin.
"Iya... Ya udah kamu istirahat aja Karin kamu capek kan abis lembur..." ucap Viona.
"Auwwwsshhhhtttt....."
"Karin kamu kenapa...?" tanya Viona panik takut Karin kenapa- napa.
"Ehmm... Nggak kok kak ,ini ada yang nakal..." jawab Karin.
"Ada yang nakal..? Siapa...?" tanya Viona.
"Ini nyamuk gigit leher aku sampai merah..." jawab Karin.
"Oh ya ampun kamu ini ada- ada saja, bikin kakak khawatir aja kamu...." ucap Viona.
"Ya udah selamat istirahat ya Karin..." ucap Viona.
"Iya kak..." jawab Karin. Viona pun lalu mematikan sambungan telponnya.
"Oya aku mau telpon bi Yuni ah..." ucap Viona lalu dia mencari kontak bi Yuni.
"Hallo bu Viona..." ucap bi Yuni dari ujung telpon sana.
"Hallo bi Yuni, bi Yuni belum tidur...?" tanya Viona.
"Belum bu, ini baru saja selesai mengunci pintu..." jawab bi Yuni.
"Oh, ini bi saya cuma mau memastikan aja, Tiap hari bibi masak kan..? Untuk sarapan dan makan malam bapak sama Karin...?" tanya Viona.
"Iya bu saya masak, tadi juga bapak sama non Karin makan malam di rumah..." jawab bi Yuni.
"Mereka pulang malam terus ya bi...?" tanya Viona.
"Nggak kok bu, semenjak ibu pergi mereka pulangnya sore terus nggak pernah pulang malam...." jawab bi Yuni.
"Beneran bi..? Tapi tadi kata Karin dan mas Bara mereka habis lembur..." ucap Viona.
"Nggak kok bu, tadi mereka pulang pukul lima lalu masuk ke kamar. Tadi jam sembilan baru pada makan malam, kemudian masuk ke kamar lagi..." sahut bi Yuni.
"Oh gitu, baguslah kalau mereka tidak lembur lagi. Kasihan mereka kecapekan kalau lembur terus tiap hari..." ucap Viona.
"Iya bu, apa lagi akhir- akhir ini non Karin wajahnya terlihat letih dan pucat bu, mungkin kecapekan karena lembur terus kemarin..." sahut bi Yuni.
"Karin masih sakit bi ? Kemarin juga dia ngeluh pusing dan wajahnya pucat, ...?" tanya Viona.
"Iya bu, mungkin karena kecapekan..." jawab bi Yuni.
"Bi besok kalau Karin masih sakit suruh ke dokter saja takutnya dia beneran sakit..." ucap bi Yuni.
"Iya bu..." jawab bi Yuni.
"Oya bi besok tolong sampaikan pada mas Bara kalau saya di rumah nenek masih satu minggu lagi ya, soalnya tadi pagi nenek meninggal. Jadi saya mau nunggu sampai tujuh hari lagi di sini.." ucap Viona.
""Innalilahi....saya turut berduka ya bu semoga neneknya ibu di terima di sisi Alloh..." ucap bi Yuni.
"Iya bi makasih... inget pesan saya ya bi...." ucap Viona.
"Baik bu, nanti saya sampaikan pada pak Bara...." jawab Bi Yuni.
"Ya udah bi, bibi istirahat saja sudah malam..." ucap Viona.
"Baik bu...'' jawab bi Yuni.
Bersambung ...