Novel ini adalah Sequel dari Novel ANTARA LETNAN TAMVAN DAN CEO GANTENG, cinta segitiga yang tiada akhir antara Cindra, Hafiz dan Marcelino.
Cinta Marcel pada Cindra boleh dikatakan cinta mati, namum cintanya harus terhempas karena kekuatan Cinta Cindra dan Hafiz. Akhirnya Marcel mengaku kalah dan mundur dalam permainan cinta segitiga tersebut.
Karena memenuhi keinginan anak-anaknya, Marcel dijodohkan dengan Namira (Mira) yang berprofesi sebagai Ballerina dan pengajar bahasa Francis.
Kehidupan Namira penuh misteri, dia yang berprofesi sebagai Ballerina namun hidup serba kekurangan dan tinggal di sebuah pemukiman kumuh dan di kolong jembatan, rumahnya pun terbuat dari triplek dan asbes bekas. Namira yang berusia 28 tahun sudah memiliki dua orang anak.
Apakah akan ada cinta yang tumbuh di hati Marcel untuk Namira, atau Namira hanya dijadikan pelampias gairahnya saja?
Yuk, ikuti kisah Cinta Marcel dan Namira.
Jangan lupa untuk Like, share, komen dan subscribe ya..Happy Reading🩷🩷
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aksara_dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pindahan lagi..
POV NAMIRA
Aku mengecup kedua belah tangan-tangan mungil, tangan yang selalu suka cita menyambutku dengan pelukan, seakan akulah tokoh utama dalam dunianya, tangan mungil ini yang senantiasa mengusap airmata ku yang seringkali terjatuh, karena hatiku yang mudah rapuh.
Bibir ini yang seringkali membuatku luluh saat senyuman mengembang tak perduli seberapa sederhananya makanan yang disajikan, kalian selalu tersenyum dan gembira, dengan dalih masakan mama dibuat dengan cinta.
Nak, kalianlah duniaku, dunia yang murni dan tulus tanpa kepalsuan. Kalian adalah hadiah terindah dari semesta untukku
"Mir, dari tadi gue liatin di luar ada orang lalu lalang. Padahal ini kan jalan udah mentok alias buntu" Ucap Sela
"Ahh masa sih, Sel? Sebentar gue liat ke depan dulu"
Namira mengintip dari jendela depan, ada tiga orang laki-laki yang bertubuh tegap sedang mondar mandir sambil menghidupkan rokoknya. Namira langsung kembali ke dalam kamar dan menyiapkan barang-barang penting jika sewaktu-waktu harus kembali kabur.
"Sementara kita tunggu sampai pagi aja, Sel. Lu mau pulang apa nginep di sini"
"Gue terpaksa nginep lah, daripada gue keluar trus diculik, Ntar Ayang Boa sendirian"
"Bukannya Lo mau dikawinin sama pak mandor, Sel"
"Diih ogah, biar kata duitnya banyak dia udah tua trus perutnya buncit, bukan selera gue, Mir. Emang dia kuat ngenjot gue yang aduhai bohay begini bodynya hahaha" Sela dan Namira tertawa lepas
Tok tok tok
Suara ketukan di pintu membuat mereka terdiam, dan menunggu suara yang keluar.
"Ehem.. Namira!" Namira saling pandang dengan Sela
"Namira ini aku!"
"Bram?" tanya Namira
"Iya"
Namira langsung bergegas membukakan pintu depan, "Ada apa Bram, ini sudah malam"
"Boleh aku masuk?" tanya Bram
Namira membuka pintunya dengan lebar tanpa menutupnya.
"Aku buatkan minum dulu ya Bram, kopi atau teh?"
"Kopi kalau ada"
"Ada kok, sebentar ya"
Namira membawa nampan yang berisi satu cangkir kopi untuk Bram dan teh manis untuknya.
"Jadi, ada apa tuan Bram malam-malam ke sini?"
"Aku ingin tahu bagaimana bisa kamu menikah dengan Marcel "
"Bram, sepenting itukah sampai kamu bersedia malam-malam ke sini?"
"Iya ini sangat penting, Mira"
"Aku memang sudah nikah siri dengan Tuan Marcel"
"Kenapa menikah dengannya? Beri aku satu alasan saja, Mira"
"Aku punya hutang padanya, Bram!" Jawab Namira
Dia tidak mungkin menceritakan secara detail kejadian kenapa dia terpaksa menikah dengan Marcel, Dirty little secret. Kalau sampai Bram tau Marcel dan dirinya diarak warga untuk nikah bisa-bisa hal itu dijadikan Bram untuk menyerang Marcel. Bagaimanapun Marcel sekarang adalah suaminya, aibnya harus dia jaga.
"Apa jika hutangnya lunas kalian akan pisah?"
"Bram, pernikahan tidak sesederhana itu. Saat ijab kabul tanggung jawabku akan dipikul oleh suamiku, jika dia belum menjatuhkan talak tidak mungkin kami terpisah"
"Lantas kenapa kamu kabur, bukankah kamu adalah tanggung jawabnya, Namira?"
"Waktunya belum tepat, saat ini aku hanya sedang marah padanya"
Namira sendiri tidak tahu kenapa dia bisa bicara seperti itu di depan Bram, apa ini hanya alasan agar Bram tidak banyak tanya atau memang dia sudah jatuh hati pada suami sirinya itu, seperti ada ikatan yang dia sendiri tidak ingin melepaskannya.
"Baiklah Namira, aku rasa sudah jelas semuanya. Aku sangat menyayangkan kamu menikahinya, aku berharap kita bisa jadi keluarga karena Romeo sangat menyayangimu juga Wulan dan Ilyas"
"Kita masih bisa bersaudara dan bersilaturahmi, Bram" Namira memberikan senyuman. Bram hanya tersenyum tipis nyaris tidak terlihat.
Bram melangkahkan kaki jenjangnya meninggalkan rumah Namira, dia terdiam di dalam mobil sekian lama memikirkan ancaman dan rengekan Romeo putra kesayangannya agar Wulan dan Ilyas satu sekolah lagi dengannya, selama ini Bram memang tidak pernah mengabaikan keinginan Romeo, apapun dia lakukan agar Romeo bahagia.
"Tom, beli kedua rumah itu dengan harga tinggi, minta pemiliknya mengusir Namira. Buat kegaduhan sedikit agar mereka bersedia pindah ke rumahku, aku minta besok sudah terlaksana" perintah Bram
"Baik Tuan"
"Ingat jangan sampai Rudy tahu masalah ini. Tugaskan beberapa orang kita yang bisa kamu percaya" imbuhnya
***
DI APARTEMEN MARCEL
Masih dengan memakai bathrobe berwarna hitam dengan rambut basah, Marcel duduk di sofa sambil membuka email pada gawainya. Matanya melihat sesuatu yang menjuntai berwarna putih, dia menariknya. "Charger? Milik siapa?"
Tidak ingin mengabaikan kejanggalan ini, dia menelpon Deo untuk memastikan.
"Deo, apa chargermu tertinggal di apartemenku?"
"Tidak, Cel. Kamu tahu aku tidak pernah berlama-lama di apartemenmu mana mungkin aku sempat charge"
"Oke" Marcel lalu mematikan handphone
"Selamat pagi Tuan Osman" sapa Bu Ema saat masuk Apt Marcel
"Pagi, anda yang bernama Ema?"
"Betul tuan"
"Apa anda kehilangan sesuatu setelah melakukan kebersihan di apartemenku?"
"ehmm..t-tidak Tuan"
Marcel berdiri dan menatap Ema dengan lekat, dia memutari Ema bagaikan seorang pemangsa yang sedang membidik buruannya. Dari jaraknya berdiri dengan Ema bisa dia hirup aroma tubuh Ema sangat berbeda dengan aroma yang kemarin Marcel temukan di bantal sofanya.
Aroma yang keluar dari tubuh Ema beraroma balsam bercampur minyak angin dan di pelipis Ema tersemat koyo yang dibentuk bulat.
"Apa kamu sedang sakit, Ema? Siapa yang bertugas kebersihan di sini kemarin? Kamu atau orang lain?" Tanya Marcel dengan tatapan tajam
"S-saya Tuan Osman, saya memang sedang kurang sehat hari ini"
"Saya tanya lagi, siapa yang membersihkan apartemenku kemarin, Ema?" tegas tanpa belas kasihan
"S-saya Tuan!" Ema menjawab dengan gugup namun lebih kencang
"Sekarang buatkan saya minuman herbal dan tulis di kertas itu sebuah pesan"
Karena Ema takut dipecat, jawabannya konsisten dengan kebohongan. Untungnya kemarin dia sudah terhubung dengan Namira, gadis itu sempat memberikan resep dari minuman herbalnya. Dengan jantung yang berdebar dia membuka kulkas mencari bahan-bahan yang dituliskan Namira pada pesan singkat.
Namun sayang dia tidak tahu apa itu tumbuhan Akar licorice, tumbuhan sejenis tanaman dari polong-polongan yang berasal dari Eropa Selatan, sehingga dia memasak ramuan yang salah dengan takaran yang salah.
"Tuan, minuman herbalnya sudah siap" Ucapnya dengan peluh yang sebesar biji jagung
"Coba kamu tuliskan pesan di sana, Ema!"
Dengan tangan yang gemetar Ema menuliskan sebuah pesan, "Minumlah selagi hangat" dengan huruf sambung identify font tulisan tangan orang tempo dulu, karena umur Ema yang menjelang lima puluh tahun.
Melihat tulisan Ema, wajah Marcel semakin sulit terbaca, ada amarah, emosi yang tertahan karena dia semakin yakin kemarin Namira lah yang datang ke apartemennya, ada secerah harapan namun kekecewaan secara bersamaan.
"Bawalah minuman itu untukmu, Ema. Aku tidak membutuhkannya" Marcel melangkah meninggalkan Ema yang ketakutan
Marcel menghubungi managemen apartemen untuk memecat Ema, dan menggantikan dengan House keeper yang kemarin. Pihak managemen berkelit, mereka sudah memastikan bahwa petugas kebersihan kemarin adalah Ema dibuktikan dengan rekaman CCTV bahwa Ema yang kemarin keluar masuk apartemen.
"Deo, aku tidak ingin memakai jasa housekeeping apartemen ini lagi, berikan mereka sangsi!"
"Apa yang kamu temukan, Cel? Apa harus seperti itu. Kamu tidak akan tega memecat orang kecil kan, Cel. Suami Ema kena stroke, dia berjuang menghidupi keluarganya. Apa kamu yakin dengan keputusanmu?"
Marcel dilanda kebimbangan, amarah masih bersarang di dadanya.
"Suruh Ema membawa wanita yang menggantikannya kemarin datang ke apartemenku. Maka akan aku ubah keputusanku! Dan kamu tekan pihak manajemen untuk membawa wanita itu!"
"Baik, Cel. Apa kamu sudah mengecek CCTV ruanganmu, Cel"
"Aku tidak akan sekesal ini jika aku sudah mengetahui dari CCTV ruanganku, bodoh!" Maki Marcel
"Owhh..jangan marah bro! Tetaplah sehat menjalani masa tua" Deo menahan gelak tawanya
"Deo, gajimu aku potong 80%"
Tuut!! Sambungan telepon dimatikan sepihak oleh Marcel.
***
Tok tok tok !
"Namira, ini Bu bohay!"
"Iya Bu sebentar..!" Namira mendekati pintu dan membukanya dengan lebar
"Ada apa Bu?"
"Udah mau berangkat kerja ya, Mir?"
"Iya Bu, oiya Bu nanti saya nitip anak-anak sampai Sela datang ya Bu..maaf saya ngerepotin lagi hari ini" Namira menangkup kedua tangannya di dada
"Mira, ibu mau ngomong. Rumah ini udah dibeli orang, hari ini harus dikosongin karena orangnya mau langsung aksi pemugaran. Jam sembilan ibu udah dijemput anak yang di Cengkareng, jadi ibu pindah ke Cengkareng"
"Waah kok dadakan Bu, saya mau berangkat kerja dan Rudy gak ada di rumah. Gimana ini saya belum siap Bu" Wajah Namira seketika berubah panik
"Gimana ya Mir, anak ibu butuh duit mau beli mobil jadi ibu jual rumah sama kontrakan ini"
"Mohon waktu ya Bu, saya minta bantuan Rudy dulu untuk jemput anak-anak di sekolah"
"Mpok Bohaayyy..ada alat berat buat robohin rumah ibu, warga mau bantuin angkat-angkat barang ibu biar gak kerubuhan rumah" Seru pak RT dan sudah diikuti beberapa puluh orang warga
Namira semakin panik, dia belum beres-beres barangnya yang tidak seberapa itu, namun di dadak pindah tidak ada dalam bayangannya.
Namira berkali kali menghubungi Rudy, namun hape Rudy mati sejak semalam. Dia langsung menghubungi Majid untuk ijin tidak masuk kerja, Majid yang sudah mendapatkan penekanan dari Bram mengizinkan Namira tidak masuk, dan CCTV yang diberikan sebagai bukti pada Marcel adalah sudah direkayasa oleh Bram sejak kemarin.
Bram memang sudah memperhitungkan segala langkah sejak kepergian Namira dari kantornya setelah memasakan makanan Romeo, Keadaan yang dibuat sedemikian rupa agar Namira mau tinggal di rumahnya, sesuai keinginan sang buah hatinya, Romeo. Dan menutup akses Marcel menemukan Namira.
"Mba mau di taruh mana ini barang-barangnya?" tanya seorang warga yang memakai baju hitam-hitam
"Masukin aja ke mobil, Lex!" perintah sala seorang lagi
"Ehh tunggu sebentar pak, saya masih hubungin adik saya, tunggu sebentar pak" Pekik Namira
Tapi orang itu menulikan telinganya, seakan ucapan Namira tidak penting karena ada perintah yang lebih penting lagi, yaitu perintah Bram.
...💃🩰💃🩰...
Bersambung...