NovelToon NovelToon
Menanti Cahaya Diujung Kesedihan

Menanti Cahaya Diujung Kesedihan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Meindah88

Asmaralda, seorang gadis buta yang penuh harapan menikah dengan seorang dokter. Suaminya berjanji kembali setelah bertemu dengan orang tua, tapi tidak kunjung datang. Penantian panjang membuat Asmaralda menghadapi kesulitan hidup, kekecewaan dan keraguan akan cinta sejati. Akankah Asmaralda menemukan kebahagiaan atau terjebak dalam kesepian ???

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meindah88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab.21

" Mas, saya ingin kita menikah Minggu depan. Orang tua saya ingin kita menikah secepatnya." Hana melihat Abrisam menarik napas dalam-dalam sejenak, seolah mencari kata-kata yang tepat untuk menjawab permintaan itu.

"Han, pernikahan itu butuh persiapan dan waktu yang tidak singkat. Mana mungkin kita melangsungkan pernikahan secepat itu," ucap Abrisam dengan lembut, mencoba membuatnya mengerti situasinya.

"Tidak apa-apa, Mas. Yang penting kan kita nikah. Hana tidak butuh persiapan yang matang." ucapnya terdengar santai.

Ia merasa seolah-olah keyakinannya sudah tak terbendung lagi. Namun, seketika itu juga, ia melihat Abrisam memijat jidatnya, tampaknya kepalanya terasa pusing mendengar perkataannya. 

" Ini bukan keinginan Hana, Mas. Orang tua kamu dan orang tua Hana yang menginginkan pernikahan kita dilangsungkan dalam waktu dekat ini," desak Hana, seraya mencoba membuat Abrisam mengerti alasan di balik keputusan mereka. Namun, dalam hati Hana merasa gelisah, berharap Abrisam menerima keputusan tersebut.

" Han, tolong beri saya waktu ya," ucap Abrisam dengan suara bergetar, berusaha menahan emosi yang meluap-luap. Ada beban berat yang seolah menindih dada, seperti ingin meledak dan meluber keluar, namun ia harus bisa menahannya. 

" Tapi kenapa, Mas? Apa susahnya sih mengatakan iya," ucapnya semakin mendesak.

"Saya tidak ingin berjanji seperti yang kulakukan sebelumnya, dan saya tahu kesalahan itu sangat menyakitkan." ucapnya berusaha meredam emosi.

Meski berkata begitu, ia masih memikirkan kekecewaan yang mungkin Hana rasakan sekarang menambah berat perasaan. Haruskah ia bicara sejujur ini padanya? "Ah, mana mungkin." ucapnya dalam hati.

Hana berdiri dengan perasaan kecewa yang menggelayut di hatinya, air mata berlinang membasahi pipi yang sembab. Dia merasa terluka, seperti baru saja ditampar oleh kenyataan yang sebenarnya sudah ada di depan mata sejak lama.

"Kenapa harus begini? Kenapa takdir seringkali tidak berpihak padaku?" batin Hana sedih. Mengumpulkan keberanian, dia mencoba untuk menenangkan hati dan menghadap Abrisam. Dengan suara serak yang dipaksakan agar tetap terdengar tegas, Hana berkata, "Saya lihat Mas Abrisam sepertinya tidak punya niat untuk menikah dengan Hana. Boleh saya tahu alasannya, Mas?" Di balik kekecewaan yang memburamkan pandangannya, Hana berusaha mencari alasan yang bisa diterima hatinya, meskipun dia tahu apa pun yang dikatakan Abrisam mungkin hanya akan menambah sakit yang dirasakannya.

Namun, dia merasa berhak untuk mengetahui kebenaran, bahkan jika itu adalah pil pahit yang harus dia telan.

Abrisam menunduk, menarik nafas dalam-dalam, mencoba mengumpulkan keberanian untuk mengatakan sejujurnya. Hatinya berkecamuk, menilai dampak kebenaran yang akan terucap. Namun, pikirannya terhenti sejenak saat sadar bahwa wanita yang menjadi beban pikirannya selama ini sudah ti4da.

"Apakah saya masih harus mengatakannya? Apakah itu masih penting sekarang?" gumamnya dalam hati. Pilihan yang sulit, antara menyimpan rahasia dan melanjutkan hidup atau mengungkapkan segalanya demi menegakkan kejujuran. Seiring detik berlalu, Abrisam merasa keputusan tak kunjung datang, terjebak dalam dilema yang rumit ini.

" "Baiklah, kita akan menikah sesuai yang kamu inginkan."

Mendengar ucapan yang keluar dari bibir pria itu, Hana merasa seolah berada dalam mimpi. Perasaan bahagia yang tak terkendali memenuhi hati dan pikirannya.

"Benarkah ini? Saya benar-benar akan menikah dengannya?" tanyanya dalam hati, masih terlalu gembira hingga hampir tidak percaya. 

"Ternyata, Hana tidak perlu melakukan apa-apa, Hana hanya butuh waktu untuk menaklukkan hatinya." batinnya. Setelah melalui berbagai rintangan dan perjuangan, kini ia akan meraih kebahagiaan yang diidam-idamkannya. 

Siapa sangka segalanya akan berjalan seperti ini. Dan ia yakin kami akan menjalani kehidupan yang harmonis bersama-sama." Hana berusaha mengendalikan perasaan bahagianya, sambil terus merenung tentang bagaimana masa depan yang akan mereka jalani. Sebuah pernikahan yang bahagia menjadi harapan terbesarnya, dan saat ini ia yakin bisa meraihnya bersama dengan pria yang telah ia cintai selama ini.

Di tengah-tengah kebahagiaan yang mendera, suara telepon berbunyi, dengan cepat Abrisam memeriksa ponsel tersebut.

" Mama nelpon," ucapnya memberitahu Hana.

Hana mengangguk dan memberi syarat untuk menerima telepon tersebut.

" Kalian ada dimana ? Mama ada di ruangan kamu, Abi." ucapnya terdengar khawatir.

" Saya dan Hana sedang makan di kantin, Ma. Kami segera pulang." ucapnya kemudian mengajak wanita tersebut ikut bersamanya.

Terlihat mama Rani sangat senang mendengar kebersamaan putranya dan calon menantu. Ia sangat berharap agar kedua insan itu akan bersatu secepatnya.

1
Rayta Nya Firman
double up thor
Desi Ragiel Nst
br eps ¹ . uda lgsung nusuk jatung thor..
Meindah88: terimakasih kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!