Sebuah kesalahan di satu malam membuat Ocean tidak sengaja menghamili sahabatnya sendiri. Hal itu membuat Cean menjadi labil dan berusaha menolak takdirnya yang akan menjadi Ayah di usia yang masih sangat muda.
"Aku hamil, Ce." (Nadlyn)
"Perjalanan kita masih panjang, Nad. Kita baru saja akan mengejar impian kita masing masing, aku harus ke London mengejar studyku disana." (Ocean)
"Lalu aku?" (Nadlyn)
Cean menatap dalam mata Nadlyn, "Gugurkan kandunganmu, Nad."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shann29, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 27
Kini Samudra telah memasuki sekolah dasar kelas satu. Sikapnya menjadi introvert semenjak saat itu. Apa lagi Samudra begitu merindukan Nanda sebagai Omanya.
Robi bersikukuh untuk tidak menerima hak otoritas saham 60% milik Samudra, ia hanya mengambil haknya yakni memiliki 30% saham ARDA KARYA. Hingga saat ini, ARDA KARYA masihlah sah milik Nanda meski Nanda sudah menyerahkannya pada Robi.
Rencana Robi untuk pensiun pun terpaksa di undur karena hingga kini Robi masih belum bisa menemui Nanda, Robi juga tidak bisa meninggalkan ARDA KARYA mengingat ARDA KARYA adalah harapan Nanda dan juga sebagian hidupnya.
Sementara itu, Nadlyn kini bisa bekerja dari rumah, sebagai desainer interior, ia memiliki jam kerja bebas dan bisa di kerjakan dari rumah. Hanya sesekali Nadlyn ke luar untuk melihat tempat yang akan ia desain dan juga untuk meeting bersama team nya mupun kliennya.
Samudra masuk ke sekolah dasar terbaik, sesuai apa yang pengacara keluarga sampaikan, smua sudah ditanggung oleh pihak asuransi pendidikan dan Samudra mendapatkan sekolah terbaik dengan nominal fantastis. Bahkan sekolah itu mengajarkan tiga bahasa negara yang harus di kuasai oleh siswanya.
Dirga merasa lega setelah mengetahui jika Nadlyn sudah resmi bercerai dari Cean. Namun hingga kini Dirga belum berani mengungkapkan secara resmi isi hatinya. Meskipun seperti itu Nadlyn sangat tau jika Dirga masih mencintainya, hanya Saja Nadlyn pun belum siap jika Dirga mengatakan soal perasaannya.
Samudra tengah mengerjakan tugas sekolahnya, Dirga yang melihatnya segera menghampirinya.
"Hai, Boy. Apa ada yang bisa Papi bantu?" Tanya Dirga sambil mengusap kepala Samudra.
Samudra mengangguk, "Aku tidak mengerti soal ini, Pi." Jawab Samudra sambil menunjukan buku paketnya.
Dirga menerima dan melihatnya. "Ini soal cerita, kalau kita tidak teliti, kita bisa terkecoh, terkadang untuk memahami isi soal cerita kita perlu membacanya berulang kali." Ucap Dirga dan Samudra hanya mengangguk.
"Coba kamu baca ulang, dan yang kamu pahami tulis di kertas kosong ini." Dirga memberikan sebuah kertas kosong sebagai coretan.
Samudra mengerti dan mencoba mempelajarinya, Dirga tidak memberitahu jawabannya, ia hanya mengarahkannya saja agar Samudra mengerti dan tidak bergantung hingga membuat Samudra malas berpikir.
"Seperti ini, Pi?" Tanya Samudra dan Dirga melihatnya.
"Tepat sekali, dan jawabanmu benar, Boy." Kata Dirga sambil tersenyum. "Anak Papi memang hebat." Imbuhnya lagi.
"Karena Papi juga hebat." Balas Samudra.
Dirga terus menemani Samudra hingga tugas tugas itu selesai. Dirga selalu berperan sebagai ayah yang baik meski pada kenyataannya Dirga bukanlah ayah kandung Samudra.
"Pi, aku ingin mencari sepatu futsal." Ucap Samudra sambil merapihkan alat tulisnya ke dalam tas.
Dirga melihat jam di pergelangan tangannya, ia memang tudak akan kembali lagi ke kantor karena menghindari suatu hal.
"Mau mencarinya sekarang?" Tanya Dirga.
"Papi tidak kembali lagi ke kantor?" Tanya Samudra.
"Tidak, hari ini jadwal Papi longgar, bisa menemanimu."
Samudra tersenyum. "Tunggu sebentar, Pi. Aku ganti baju dulu."
Dirga tersenyum, ia memang sangat menyayangi Samudra dan sudah menganggap Samudra seperti anaknya sendiri.
"Ayo, Pi.." Ajak Samudra pada Dirga.
Mereka menaiki mobil Dirga menuju sebuah pusat perbelanjaan ternama.
"Ini bagus." Kata Dirga menunjuk pada sepatu berwarna merah dan hitam.
"Tapi aku lebih suka ini, Pi." Balas Samudra menunjuk sepatu berwarna Biru muda dan putih.
"Kalau begitu ambil dua, yang satu untuk cadangan."
Samudra mengangguk, "Terimakasih, Pi."
Dirga hanya membalasnya dengan tersenyum.
"Mau beli tas nya sekalian?" Tanya Dirga menawari.
"Kakek sudah membelikannya, Pi." Jawab Samudra.
"Baiklah, ayo kita bayar." Ajak Dirga.
Selesai dari toko sepatu, Dirga mengajak Samudra untuk makan siang bersama. Dirga sangat menyukai steak dan Samudra pun juga menyukainya.
"Ini selalu enak, Pi." Kata Samudra.
"Kalau begitu habiskan. Mau tambah potato wedgesnya?" Tanya Dirga karena melihat Samudra makan dengan lahap.
Samudra mengangguk, "Mau Pi, aku juga mau sauce mushroom creamy nya lagi."
Dirga memanggilkan waiters dan memesankannya lagi untuk Samudra.
"Dirga." Panggil seorang wanita bersama seorang pria.
Dirga terkesiap kemudian berdiri. "Kak Yola."
Wanita bernama Yola itu melihat ke arah Samudra yang masih asik memakan steak dan potato wedgesnya.
"Kak Yola disini?" Tanya Dirga mengalihkan perhatian sang Kakak.
Namun Yola tetap fokus pada Samudra, membuat Samudra yang sadar diperhatikan oleh Yola menghentikan aktifitasnya.
"Siapa anak kecil ini?" Tanya Yola.
Dirga tampak grogi, "Dia anak temanku, Kak." Jawab Dirga.
"Pi.. Aku sudah kenyang." Kata Samudra.
"Whatt?? Pi? Maksudmu Papi?" Tanya Yola pada Samudra dan membuat Samudra takut.
"Pi, siapa dia?" Tanya Samudra.
"Kak, jangan buat Samudra takut." Pinta Dirga.
Yola menatap tajam Dirga. "Jadi benar ya kabar yang Kakak terima, jika kamu dekat dengan janda beranak satu."
"Kak tolong pelankan suara Kakak, tidak baik di dengar Samudra." Ucap Dirga.
"Sayang, sudah." Sahut Reza suami Yola.
"Biar Mas. Dirga ini keterlaluan, di jodohkan dengan Yuri tidak mau, malah maunya sama janda beranak satu." Geram Yola yang merupakan kakak tiri Dirga.
"Kak aku bilang hentikan, aku tidak mau Samudra mendengar apa yang Kakak bicarakan." Kali ini Dirga bersikap tegas.
Yola menatap Samudra yang sedari tadi diam menatapnya. "Hei anak kecil, bilang pada ibumu untuk menjauhi adikku, bilang padanya jangan menjualmu untuk menjerat adikku." Kata Yola seakan memarahi Samudra.
Samudra yang sudah mengerti akan hal itu pun berani mengucapkan sesuatu. "Maaf Aunty, Papi Dirga hanya teman baik Mommy ku. Meski aku memanggilnya Papi itu bukan berarti Papi Dirga adalah Papiku yang sesungguhnya, aku menyayangi Papi Dirga karena Papi baik padaku." Ucap Samudra yang terlihat lebih dewasa dari usianya.
Kemudian Samudra melihat ke arah Dirga. "Maafkan aku, Pi. Karena aku Kakaknya Papi jadi salah paham dan Papi kena marah."
Dirga mengusap kepala Samudra yang sudah semakin pintar berbicara meski baru kelas satu sekolah dasar. "Papi tidak apa apa, ayo kita pulang." Ajak Dirga.
"Sam..." Panggil seorang wanita dan ternyata itu adalah Disya yang sedang berada di mall untuk mencari perlengkapan bayinya yang masih berada di dalam perutnya.
"Aunty Sya." Dirga medekat ke arah Disya. "Aunty, aku ingin pulang, bisakah Aunty mengantarku?" Tanya Samudra.
Disya menatap ke arah Dirga, Disya mengenal Dirga meski tidak terlalu tau soal Dirga. "Aku akan mengantar Samudra pulang." Kata Disya.
"Maafkan aku, Kak Disya. Nanti aku akan jelaskan pada Nadlyn." Ucap Dirga dan Disya hanya mengangguk lalu membawa Samudra pulang.
"Kak Yola keterlaluan." Kata Dirga yang kini duduk dan Yola bersama Reza juga ikut duduk di depan Dirga.
"Keterlaluan kamu bilang? Kamu yang jeterlaluan bertahun tahun ngurusin janda anak satu, kayak gak ada wanita lain aja. Apa lagi usia anak itu sudah besar, sementara usiamu belum genap 25 tahun, apa kata orang, Ga?"
"Jangan ikut campur urusanku, Kak." Kata Dirga.
Yola tersenyum sinis, "Baiklah, Kakak tidak akan ikut campur urusanmu. Biar Mami yang mengurusimu."
Deg...
"Jangan bilang apapun pada Mami, Kak." Pinta Dirga.
"Kalau begitu jauhi wanita itu, jangan kau kira Mami tidak akan mencari tau alasanmu menolak dijodohkan dengan Yuri." Ucap Yola menegaskan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Aku lagi gak Mood nulis karena jarangnya komentar yang mampir di kolom komentarku.
Merasa gak semangat aja gitu kalo lihat kolom komentar sepi tuh.. 🥲
kayaknya author ya nulis nya Nggak pakai outline.Karena kadang diawal gimana ,sampai bab selanjutnya kontra . Andai runut tiap Bab nya novel ini bagus banget karena ceritanya kuat ,bahasa nya asik ,ceritanya juga clear ,plot nya seru .