Aluna tiba-tiba diceraikan oleh suami nya Wardana, tepat saat anniversary pernikahan mereka yang ke 7 tahun. Padahal malam itu dijadikan Luna sebagai momen untuk membagi kabar bahagia, kalau ia telah sembuh dari sakit kanker yang menyerangnya selama 4 tahun terakhir.
Wardana mengatakan ingin menikahi Anita Yang sedang hamil anak kakak nya, Tapi fakta baru terungkap, keluarga Wardana menginginkan kematiannya, dapatkah Luna mengungkap tabir misteri yang keluarga Wardana sembunyikan?
Yuuk dukung karya terbaru aku.. jangan lupa subscribe nya ya..
karena subscribe kan kalian sangat berarti untuk menambah imun biar lebih semangat lanjutin cerita nya❤️🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sanayaa Irany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
Aku melangkah maju menuju kamar utama, memang aku masih berada disana, tadi malam mas Wardana yang memutuskan untuk pergi ke kamar tamu. Jadi aku masih tetap disini..
Aku kembali mematut diriku di cermin, jika dibanding kan dengan Anita, memang kulit ku sudah mulai kusam.. aku tidak memakai make up lagi sejak aku rutin kemo.
Apa aku akan mengalah begitu saja, dan membiarkan suami ku, bukan.. mantan suami.. bahagia dengan wanita lain?
Tapi jika aku mempertahankan juga untuk apa, laki-laki yang ku perjuangkan sudah memutuskan berhenti mengarungi rumah tangga bersama ku. Meski aku tahu dia nahkoda nya.. tapi tetap saja sekarang tujuan kami berbeda, kami tak bisa lagi dalam satu kapal pernikahan.
Baiklah Aluna.. mulai lah mencintai diri mu sendiri, berubah dan kuat lah untuk dirimu sendiri, bukan orang lain! Selama ini kau berharap sembuh karena ingin bersama suami mu lebih lama lagi kan? Tapi suami mu ingin bersama wanita lain.
Aku menyambar tas selempang dan kunci mobil.. hari ini rencana nya aku akan Mengunjungi rumah Abah yang sudah lama kosong, disana memang ada mbok Mar yang bersih-bersih setiap hari nya.. tapi tak apa, aku akan lihat barang-barang apa yang aku perlukan disana, mengingat selama ini rumah itu sudah kosong 6 tahun lama nya.
Aku melangkah perlahan untuk turun, ku lihat Anita masih disana, menyilangkan kaki dan mulut nya sibuk menamakan cemilan ku yang ada di kulkas sambil nonton tv.
Begitu melihat aku turun, dia langsung menghampiriku, persis seperti nyonya yang sedang kedatangan tamu.
“Mbak kamu mau pergi?” ia menelisik penampilan ku dari atas sampai bawah, tak banyak yang berubah.. aku hanya mengganti pakaian ku dengan gamis yang tak terlalu berat, plus hijab segi empat lebar yang bisa menutupi dada, tak lupa aku juga memakai masker.
Bintang bilang, meski aku sudah sembuh.. aku harus tetap keluar rumah menggunakan masker, tidak mengonsumsi micin selama satu tahun ke depan.
“Iya!”
“Mau kemana?? Mas Wardana bilang mbak sakit parah,,”
“Terus urusannya sama kamu apa? Apa aku harus absen kemana pun aku pergi,, hello! kamu itu hanya calon istri dari laki-laki yang sebentar lagi akan jadi mantan suami ku, mas Wardanaa saja tidak punya hak lagi untuk melarang ku pergi, apalagi kamu!”
“Ya jangan sewot dong!! Keliatan banget cemburunya!” jawab nya dengan senyum mengejek. Males banget liat wajah nya itu ya Allah..
“Terserah kamu lah.. kalau kamu pergi tutup pintu jangan lupa, dan pamit sama calon suami! Nanti ilang di cariin lagi, terus aku yang dituduh..” setelah mengatakan itu, aku langsung pergi begitu saja.
“Mbak! Kok malah pergi sih!” perempuan itu malah mengekori ku sampai di garasi. Aku langsung mengeluarkan mobil ku yang berwarna putih itu, sesaat aku melihat reaksi terkejut dari Anita. Aku pun ikut mengerutkan kening ku sendiri melihat sikap nya. Kenapa dia malah berhenti dan terkejut!
“Nit, awas! Aku mau mau lewat!” Sengaja aku agak teriak karena memang Anita berdiri tepat didepan jalan dekat pintu garasi.
“Ini mobil kamu, mbak! Dari mas Wardana ya.. bagus banget! Besok kalau kami nikah, aku mau di beliin yang kayak gini juga lah!” loh... Apa-apaan dia? tapi terserah lah..
Tak kupedulikan lagi dia mengoceh apa didepan sana, aku tipe orang yang malas meladeni seseorang yang kuanggap sudah keterlaluan, mungkin sebagian orang akan emosi jika di cerai suami nya tanpa sebab yang kuat, pasti dia punya wanita lain!! Tapi aku tidak ingin begitu, sakit memang.. sangat sakit malah.. siapa yang tidak sakit jika hubungan yang kita anggap baik-baik saja, justru ada masalah didalam nya!
Tapi kalau pasangan kita sudah memutuskan untuk meninggalkan kita, perlukah kita meraung histeris Bahkan sampai bunuh diri karena nya?
Tolong lah.. jangan jadi perempuan yang lemah hanya karena satu lelaki!
Cukup lama aku berkendara kerumah Abah, hingga sampai juga. Mbok Mar langsung menyambut hangat diriku, yang sudah seperti anak sendiri.
“Neng.. kurus banget sekarang! Tapi kayak nya udah agak seger ya?” tanya mbok Mar padaku.
“Alhamdulillah mbok, aku sembuh!! Bintang bilang kanker ku hilang total!! Alhamdulillah banget!”
“Subhanallah neng, Alhamdulillah... Terus neng ke sini karena kangen sama Ibu sama Abah ya..” sambung mbok Mar lagi, memang aku berkunjung ke sini selain karena ingin tinggal disini lagi, juga karena kangen dengan kedua orang tua ku.
“Enggak mbok, rencana Aluna bakal tinggal disini lagi!” lirih ku jawab, karena aku bingung harus menjawab apa.
“Sama den Wardana?” aku diam tak menjawab.
“Mbok.. Aku ke kamar Abah sama ibu dulu ya..”
Aku bergegas masuk ke dalam kamar Abah dan Ibu, sesampai disana aku mengambil bingkai kedua nya , mengusap nya pelan karena dengan begitu aku merasa berada dalam dekapan mereka berdua.
“Abah.. ibu.. Aluna kalah, maaf.. Luna gak bisa mempertahankan amanat Abah untuk bertahan dalam rumah tangga apapun masalah nya! Mas Wardana memilih mengakhiri hubungan kami, karena wanita lain, Bah.. Dia ingin bertanggung jawab dengan wanita itu!” tangis ku pecah disana, sekuat-kuatnya aku.. dihadapan mereka berdua aku tetap perempuan biasa, wanita yang lemah..
“Bolehkan, Luna kembali tinggal disini?”
“Neng...” suara mbok Mar terasa berat seperti menahan tangis.
“Jadi neng cerai dengan den Wardana?”
“Iya mbok!” aku pun menceritakan seluruh kejadian nya pada Mbok Mar, meskipun dia hanya mantan ART dirumah ini, tapi bagiku mbok Mar sudah seperti ibuku sendiri.
“Neng harus kuat, biarkan semua nya berjalan sesuai rencana Allah! Jadi kapan neng akan tinggal disini?”
“Setelah putusan surat cerai itu keluar mbok.. mas Wardana yang meminta nya!”
“Edan!! Jadi wong Lanang kok egois! Ngajak pisah tapi kudu tinggal seomah, Kui pikirane nangdi! ( Gila!! jadi lelaki kok egois! ngajak pisah, tapi harus tinggal serumah!)” mbok Mar marah menggunakan bahasa Jawa, aku paham maksud mbok Mar.. memang benar mas Wardana itu egois, kenapa aku harus menuruti permintaan nya?? Bukankah kami sudah bukan suami istri lagi? Melihat kemesraan nya dengan Anita pagi tadi saja sudah membuat hati ku panas, bagaimana dengan hari esok nya lagi? Apa aku masih bisa tetap tenang seperti ini?
“Mbok jangan marah-marah, nanti tensi mbok naik loh!”
“Mbok itu kesel sama suami kamu neng, seenak jidat dia memperlakukan anak Abah seperti ini! Kalau Abah masih ada, sudah di bawakan parang dia!”
“Aluna...” suara bariton laki-laki menghentikan obrolan ku dengan mbok Mar.
“Bintang!”
“Kamu disini?”
“Iya.. baru sampai.. kamu belum berangkat kerumah sakit?”
“Ini mau berangkat, tapi tadi pas mau masuk mobil gak sengaja aku liat mobil kamu! Jadi aku putusin buat liat kamu kesini! Mana Wardana?”
“Kerja! Aku sendiri kesini!”
“Neng Aluna bakal tinggal disini mas Bintang! Si mbok ada temen nya lagi!” sambar mbok Mar.
Bintang menatap ku dengan kerutan di keningnya, aku tahu dia meminta penjelasan.
“Pindah Kesini sama Wardana?”
“Enggak! Aku sendiri!”