SYSTEM PERAWAN

"Aku mendapat kabar dari ibuku, katanya paman kamu bekerja sama dengan juragan Slamet nyuruh orang untuk nangkap kamu, Kal. Karena ada yang lihat kamu naik bis jurusan ibu kota."

Kalian terperangah. Dia terdiam dalam keadaan bingung. Tak lama setelahnya Rafi malah membalas pesan chat dari aplikasi kencannya. Lagi lagi Kalina dibuat tercengang dengan ucapan pria itu. dari pesan chat tersebut Rafi mengatakan kalau dia serius akan membayar mahkota sesuai harga yang di tawarkan.

Sungguh, Kalina dilema untuk saat ini. Di satu sisi dia sangat marah dengan kelakuan paman dan bibinya, tapi dia lemah tak bisa melawan. di sisi lain tawaran Rafi begitu menggiurkan. Jika benar Rafi sanggup membayar mahkota miliknya dengan harga lima puluh juta, tentu saja Kalina mau menyerahkan mahkotanya demi membalas sakit hatinya kepada keluarga pamannya. Kalina bisa menebus sertifikat rumah milik orang tuanya dan mengusir sang paman dari rumah itu.

Di dalam hati Kalina terus bertarung. Dia sangat ingin menerima tawaran dari Rafi, tapi dia takut dengan masa depannya. Kalina pasti akan kesulitan mencari jodoh jika dia sendiri sudah tidak suci lagi. Namun dengan menerima tawaran dari Rafi, setidaknya Kalina bisa menyelamatkan tanah peninggalan orang tuanya dan dia juga bisa memiliki uang untuk bertahan hidup.

Rafi sendiri masih menunggu balasan dari wanita yang katanya bernama Viona. Rafi sungguh ingin segera menyelesaikan misi yang kedua dengan hadiah yang lebih fantastis. Selain hadiah yang mengiyurkan, Rafi juga sangat ingin menikmati kembali mahkota yang seperti dia rasakan beberapa hari yang lalu bersama Nancy.

"Kamu kenapa keluar? Katanya mau istirahat?" tanya Rafi begitu melihat wanita yang baru saja datang mendekatinya. Kalina memutuskan kembali keluar kamar untuk menemui Rafi dan membicarakan sesuatu.

"Aku mana mungkin bisa tidur setelah apa yang menimpaku tadi siang. Aku kepikiran, Fi," jawab Kalina setelah duduk di tembok seperti biasa.

"Kan aku sudah bilang, urusan makan pakai uang aku dulu."

"Ini bukan sekedar urusan uang untuk makan, Rafi! ini lebih dari itu," Kalina sedikit meninggikan suaranya hingga cukup mengejutkan pria yang ada disana.

Rafi penatap lekat lekat wanita yang nampak begitu frustasi dan gelisah. Rafi tahu apa penyebab itu semua. "Apa kamu dapat kabar dari kampung?"

Kalina terdiam sambil menggigit kuku kukunya. Dia lalu menatap Rafi lekat lekat dan sesekali menghirup nafasnya dalam dalam untuk menetralkan gemuruh di dadaanya. Fi," panggilnya lirih.

"Humm, kenapa?"

"Aku ingin menjual diriku ke kamu, kamu mau?"

Rafi sontak membalalak. Dia menatap mata wanita itu dan berusaha mencari kebohongan disana. "Kamu serius?" tanya Rafi begitu dia merasa kalau kalian tidak sedang bercanda.

"Aku tidak punya pilihan lain, Fi. cuma ini satu satunya cara agar aku bisa mengatasi semua masalah yang menghimpitku."

Sejenak Rafi terdiam. Biar bagaimanapun dia tahu masalah yang sedang dihadapi teman barunya itu. "Bukannya aku menolak. Tapi pikirkan dulu aja dengan baik. aku takut kamu nanti kedepannya akan menyesal, Kal."

Kalina mengangguk pelan. "Aku sudah memikirkannya dengan matang, Fi,. Aku memutuskan mengambil langkah itu. Asal kamu memang berniat membayar diriku dengan harga tinggi sesuai yang aku butuhkan."

Rafi sontak tersenyum tipis. "Memang berapa banyak yang kamu butuhkan?"

mata Kalina yang sedari tadi menatap Rafi, kini dialihkan pandangannya ke arah deretan motor yang terparkir. "Sama yang kamu katakan pada Viona dalam aplikasi kencan."

"Astaga!" Rafi nampak terkejut. "Viona itu kamu?"

Kalina mengangguk sembari tersenyum canggung. "Maaf, aku tadinya hendak ngerjain kamu, tapi kelihannya kamu punya uang yang banyak."

"Ada ada aja, kamu, Kal. Kamu serius butuh lima puluh juta?" Rafi nampak tak marah. Dia malah merasa senang karena Kalina sudah jujur.

"Aku butuh sekalian buat buka usaha, Fi."

"Kalau mau membuka usaha ya jangan pakai uang itu. Kata orang itu uang panas. Jadi kalau untuk usaha mending kamu cari uang yang benar."

Kalina malah tersenyum lebar. "Tapi kamu serius kan, Fi? Mau bayar aku mahal?"

"Memang tampang aku menunjukkan kalau aku bohong? Nggak kan?"

Kalina kembali tersenyum tipis. "Lalu kapan kita akan melakukannya? Sekarang?"

"Jangan, besok siang saja saat penghuni kost psda pergi. Lagian kamu juga pasti sangat capek. mending kamu sekarang istirahat saja, sipain tenaga buat kita. oke?"

"Baiklah. kalau begitu akau ke atas dulu."

Rafi mempersilakan, dalam hati dia bersorak ."Akhirnya dapat menjalankan misi kedua. Sepuluh miliar, tunggu aku ya?"

...@@@@@...