NovelToon NovelToon
Claimed And Kept

Claimed And Kept

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Cinta Terlarang / Beda Usia / Wanita Karir / Romansa / Office Romance
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: Kyurincho

"Aku memang lebih muda darimu, Elea," bisik Darren dengan suara rendah, nyaris berdesir di telinganya. Napas hangatnya menggelitik kulit Elea, membuat tubuhnya tanpa sadar bergetar. "Tapi, aku tetaplah seorang pria normal," lanjutnya, suaranya penuh keyakinan, meninggalkan ketegangan yang menggantung di antara mereka.

***

Darren Alaric Everleigh, pewaris tunggal sebuah perusahaan besar, memutuskan untuk menjalani kehidupan yang berbeda. Menyamar sebagai karyawan biasa, ia masuk ke perusahaan milik keluarganya tanpa seorang pun tahu siapa dirinya sebenarnya. Namun, hidupnya berubah saat ia ditempatkan sebagai asisten Elea Victoria Whitmore.

Elea adalah seorang wanita pekerja keras yang diam-diam menyimpan mimpi besar. Namun, mimpi itu selalu dihancurkan oleh suaminya, Adrian, seorang pria yang tidak pernah mendukungnya. Di tengah tekanan pekerjaan dan pernikahan yang dingin, Elea menemukan kenyamanan dalam kehadiran Darren—seorang asisten muda yang penuh perhatian.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kyurincho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

The Weight of Tears

Elea membeku, matanya sedikit melebar. Ia tidak menyangka Darren akan mengungkit itu. Perasaan malu dan sakit hati bercampur dalam hatinya. “Kau tidak perlu repot-repot. Aku baik-baik saja,” jawab Elea singkat, berusaha menjaga nada suaranya tetap stabil.

Darren mendekat, langkahnya perlahan di atas salju yang berderit. “Aku tahu kau selalu bilang begitu. Kau tangguh. Kau kuat. Tapi... tidak ada salahnya mengakui kalau kau butuh seseorang, setidaknya malam ini.”

Elea memalingkan wajah, menghindari tatapan Darren yang terasa begitu tajam, seolah menembus semua lapisan pertahanannya. “Aku tidak butuh siapa pun,” gumamnya lirih, meskipun suaranya terdengar bergetar.

Darren mendesah pelan, tetapi ia tidak mengatakan apa-apa. Sebaliknya, ia melangkah lebih dekat, hingga jarak mereka hanya beberapa inci. Dan sebelum Elea bisa bereaksi, Darren meraih lengannya dengan lembut dan menariknya ke dalam pelukan.

“Aku tahu kau ingin menangis,” bisik Darren, suaranya rendah tetapi lembut di telinganya. “Kau boleh menangis. Aku tidak akan bilang siapa-siapa.”

Nada suaranya membuat Elea ingin tertawa sekaligus menangis. Ada ledekan halus di sana, tetapi ada juga kesungguhan yang membuat hatinya terasa berat. Ia mencoba melawan dorongan untuk menangis, mencoba meyakinkan dirinya bahwa ia tidak butuh simpati siapa pun, apalagi Darren. Tetapi pelukan Darren terasa begitu hangat, begitu aman, seolah semua kesedihannya bisa ditampung di sana.

“Aku tidak akan menangis,” kata Elea, meskipun suaranya terdengar jauh lebih rapuh daripada yang ia inginkan.

Darren mengusap punggungnya dengan lembut, gerakan yang sederhana tetapi penuh perhatian. “Tidak apa-apa, Elea. Aku ada di sini. Kau tidak harus kuat sepanjang waktu.”

Kalimat itu menjadi titik balik. Dinding yang selama ini ia bangun mulai runtuh perlahan. Elea menggigit bibirnya, mencoba menahan air mata yang sudah menggenang, tetapi Darren semakin mengeratkan pelukannya, memberikan dorongan yang tak terucapkan untuk membiarkannya keluar.

Dan akhirnya, tangis Elea pecah.

Ia menangis dengan begitu keras, meluapkan semua rasa sakit, frustrasi, dan kehampaan yang selama ini ia simpan sendiri. Bahunya berguncang, dan ia menggenggam mantel Darren seolah-olah itu satu-satunya hal yang bisa menahannya agar tidak jatuh. Air matanya membasahi mantel hitam Darren, tetapi Darren tidak peduli. Ia hanya memeluknya erat, membiarkan Elea menangis sebanyak yang ia butuhkan.

“Darren, aku...” isak Elea di sela tangisnya. “Aku lelah mencoba menjadi kuat... Adrian bahkan tidak peduli... Dia... dia memilih bersama wanita lain di malam Natal.”

Darren tidak menjawab langsung. Ia hanya mengusap punggung Elea dengan gerakan pelan dan menenangkan. Setelah beberapa saat, ia berkata dengan suara rendah dan dalam, “Kalau dia tidak bisa melihat betapa berharganya kau, maka dia yang bodoh. Dia yang kehilangan, Elea. Bukan kau.”

Kata-kata itu menusuk Elea. Bukan karena itu menyakitkan, tetapi karena kalimat itu begitu jujur. Ia tidak pernah mendengar siapa pun mengatakan hal seperti itu padanya. Seolah-olah Darren melihat sisi dirinya yang bahkan ia sendiri tidak pernah benar-benar pahami.

Tangis Elea perlahan mereda, dan ia menarik diri sedikit dari pelukan Darren, cukup untuk menatap wajahnya. Mata Darren penuh dengan perhatian, tanpa jejak ejekan atau lelucon seperti biasanya.

“Kenapa kau melakukan ini?” tanya Elea, suaranya masih serak dari menangis. “Kenapa kau peduli?”

Darren tersenyum kecil, senyuman yang kali ini tulus. “Karena kau pantas mendapatkan lebih, Elea. Dan... aku tidak bisa melihatmu seperti ini tanpa melakukan sesuatu.”

Elea mengerjap, mencoba mencerna kata-kata Darren. Tetapi sebelum ia bisa membalas, Darren melanjutkan, “Aku tahu aku mungkin tidak punya hak untuk mengatakan ini, tapi... kalau kau butuh seseorang, aku di sini. Aku tidak peduli jam berapa, aku tidak peduli di mana. Aku akan selalu datang.”

Elea hanya bisa menatapnya, hatinya terasa campur aduk. Ada rasa terharu, tetapi juga kebingungan. Darren—pria yang selama ini ia anggap sebagai anak kecil yang suka bermain-main—tiba-tiba menunjukkan sisi yang tidak pernah ia duga ada. Dan anehnya, itu membuatnya merasa sedikit lebih ringan.

“Terima kasih,” kata Elea akhirnya, suaranya hampir tidak terdengar. “Aku tidak tahu harus berkata apa lagi.”

“Kau tidak perlu berkata apa-apa.” Darren melepaskan pelukannya perlahan, tetapi tangannya tetap berada di bahu Elea. “Ayo, kau tidak bisa berdiri di sini terlalu lama. Aku tidak mau kau sakit karena kedinginan.”

Elea mengangguk pelan. Ia membiarkan Darren menuntunnya kembali ke rumah, langkah mereka lambat tetapi penuh makna. Meskipun hatinya masih terluka, malam itu terasa sedikit lebih hangat berkat kehadiran Darren.

***

Setelah Darren menuntun Elea kembali ke dalam rumah, keheningan yang menggantung di antara mereka terasa seperti pedang bermata dua. Elea tidak tahu harus berkata apa, sementara Darren sepertinya memutuskan untuk memberinya ruang. Mereka berdiri di ruang tamu kecil yang remang-remang, hanya diterangi lampu baca di sudut ruangan. Salju yang menempel di mantel mereka mulai mencair, meninggalkan genangan kecil di lantai kayu.

Elea menyingkirkan mantelnya dengan perlahan, mencoba menghindari tatapan Darren. Ia merasa rentan, seperti seorang prajurit yang tiba-tiba kehilangan perisainya. Tapi Darren tidak mengatakan apa pun, hanya menyandarkan dirinya di ambang pintu dengan tangan dimasukkan ke dalam saku mantelnya. Tatapannya lembut, tetapi ada ketegasan di sana, seperti seseorang yang sedang mengamati dan menunggu waktu yang tepat untuk berbicara.

"Jadi, apa yang akan kau lakukan sekarang?" Darren akhirnya memecah keheningan. Nada suaranya ringan, tetapi ada sesuatu yang lebih dalam di balik pertanyaan itu. "Menangis lagi? Atau mau mengusirku keluar karena aku terlalu lancang tadi?"

Elea mendesah pelan, membiarkan dirinya duduk di sofa tanpa benar-benar menjawab. "Aku tidak tahu. Mungkin aku hanya butuh... diam. Atau mungkin aku butuh melupakan semuanya."

Darren tersenyum miring dan mendekat, duduk di sofa seberang Elea dengan gerakan santai yang kontras dengan ketegangan di ruangan itu. "Kalau begitu, mari kita lupakan semuanya. Aku ahli dalam itu."

Elea melirik Darren dengan skeptis. "Bagaimana caranya? Aku tidak bisa begitu saja melupakan apa yang terjadi. Adrian..." Suaranya tersendat saat nama suaminya terucap, dan ia menundukkan kepalanya, menggigit bibir untuk menahan emosi yang kembali menggelora.

Darren menggeser duduknya, mendekat hingga jarak mereka hanya beberapa langkah. "Adrian tidak ada di sini sekarang, Elea," katanya pelan, tetapi nadanya tegas. "Yang ada di sini hanya kau dan aku. Jadi, setidaknya untuk malam ini, jangan biarkan dia merusakmu lebih jauh. Dia tidak pantas mendapatkan itu."

Elea mengangkat wajahnya, menatap Darren dengan mata yang mulai memerah. "Kau tidak mengerti. Aku mencintainya, Darren. Meski dia tidak sempurna, meski dia... lebih memilih pekerjaannya dan Amanda. Tapi aku masih mencintainya."

Darren mengangguk perlahan, tetapi ada sesuatu di matanya yang berubah. Ketidaksetujuan itu tidak diucapkan, tetapi terasa jelas. "Aku tidak meragukan perasaanmu," katanya akhirnya. "Tapi aku meragukan apakah dia pantas menerima cinta sebesar itu dari seseorang seperti dirimu."

Elea tersentak, hatinya berdebar karena emosi yang campur aduk. "Kau tidak tahu apa-apa tentang pernikahan kami," jawabnya dingin, mencoba memotong diskusi yang mulai membuatnya tidak nyaman.

Darren tersenyum tipis, tetapi senyum itu penuh ironi. "Mungkin tidak. Tapi aku tahu tentang kau, Elea. Kau kuat, kau mandiri, kau selalu memikirkan orang lain lebih dulu. Dan Adrian... dia tidak pernah benar-benar melihat itu, bukan?"

Elea terdiam. Kata-kata Darren mengenai sesuatu yang ia coba abaikan selama ini. Adrian memang selalu sibuk, selalu mengutamakan pekerjaan, dan ia sendiri sering merasa seperti prioritas terakhir. Tetapi mendengar seseorang mengatakannya dengan lantang membuat perasaan itu semakin nyata.

"Aku tidak ingin membicarakan ini lagi," kata Elea akhirnya, suaranya hampir berbisik. Ia menatap ke arah jendela, melihat salju yang terus turun dengan lembut di luar. "Malam ini sudah cukup buruk tanpa kau menambahkannya."

Darren mendesah, tetapi ia tidak mendesak lagi. Sebaliknya, ia bangkit dari sofa, berjalan ke dapur kecil Elea tanpa izin. Elea menoleh, bingung dengan apa yang sedang dilakukannya. "Darren, apa yang akan kau lakukan sekarang?" tanyanya dengan nada kesal, mencoba mengalihkan pikirannya dari pembicaraan sebelumnya.

***

1
Sherin Loren
double up
Sherin Loren: harus thor,udh vote
Kyurincho: diusahain yaa /Sob/
total 2 replies
Sherin Loren
double up lah skali2
Kyurincho: oke siap, next part yaa 🤭
total 1 replies
Sherin Loren
up nya jgn 1 thor,kelamaan
Kyurincho: makasih ka, udah setia banget nungguin up nya /Whimper/
total 1 replies
Sherin Loren
lah,kok bolak balik
Sherin Loren: makanya,up aja smpe 45
Kyurincho: maafkan akuuuuu /Sob/
total 7 replies
Sherin Loren
lanjutt,lagi seru bangettt
Kyurincho: siap ka /Determined/
total 1 replies
Sherin Loren
next
Kyurincho: /Smile/
total 1 replies
Sherin Loren
kok diulang2 paragrafnya thor
Kyurincho: iya lagi /Sob/
kayanya authornya butuh liburan
total 1 replies
Sherin Loren
next thor,alurnya dipercepat
Kyurincho: sabar ya ka, lagi disusun biar pas timingnya /Whimper/
total 1 replies
Kyurincho
Recommended
Coffeeandwine
Bagus
Sherin Loren
up nya banyak dan percepat thor
Kyurincho: Ditunggu yaa kaa /Determined/
total 1 replies
Sherin Loren
lanjut byk2 thor
Kyurincho: siap ka, ditunggu yaa..
makasih udah komen, jadi semngat up /Sob/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!