Choki Zakaria atau yang biasa dipanggil 'Jack', adalah ketua geng motor yang ditakuti di kotanya mendadak harus menikah dengan Annisa Meizani karena kesalahpahaman dari para warga.
Annisa, seorang gadis muslimah dengan niqob yang menutupi sebagian wajahnya ini harus ikhlas menerima sikap cuek Jack yang mengira wajahnya buruk rupa.
Sikap Jack berubah setelah tau wajah Annisa yang sebenarnya. Bahkan ketua Genk motor itu menjadi pria penurut dan manja di hadapan istrinya.
Akankah niat Jack untuk bertobat mulus tanpa hambatan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chibichibi@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab#16. Istri Choki, Lagi Sakit.
"Kamu tega ya, ngomong gitu ke Mama!" pekik Eliana seraya membekap mulutnya. Kedua matanya yang indah pun berkaca-kaca.
"Selama ini apa Mama pernah peduli sama Choki? Apa Mama selalu ada buat Choki? Mama kan udah biasa gak peduli setiap apapun urusanku, jadi Apa Choki udah salah karena bicara seperti ini?" cecar Choki dengan emosi yang terdengar tertahan. Sehingga, pemuda itu masih berusaha menahan nada bicaranya agar tetap rendah.
Mendengar protes dari putranya seperti itu, tentu saja membuat dada Eliana tertohok sangat keras.
"Bagaimanapun, sikap Mama selama ini padamu, sebagai anak kau tetap tidak pantas berbicara seperti itu, Zakaria!" tegur Alberto dengan suara baritonnya.
"Jadi, maksud Papa dan Mama ... kalian berdua berhak berbuat apapun padaku, pada anak yang katanya kalian inginkan? Sementara, hal itu tidak berlaku padaku? Apa ini maksud Papa?" cecar Choki lagi.
Kali ini, nada bicaranya mulai naik satu setengah oktaf.
"Choki .... bagaimanapun kami berdua menyayangimu. Mama dan Papa sangat mengkhawatirkan keadaanmu. Tidak sepantasnya kamu berbicara menyakitkan seperti itu pada kami, Nak," tutur Eliana berusaha membalas ucapan sang putra dengan kelembutan.
Akan tetapi, semuanya nampak percuma. Hati dan perasaan pemuda ini telah lama kosong.
"Apa kata Mama? Kata-kata Choki menyakitkan? Itu semua adalah yang Choki rasakan selama ini. Mama yang mendengarnya saja merasa sakit ... bayangkan Choki yang selama ini merasakannya bagaimana, Ma," tutur Choki dengan nada pilu memelas.
"Choki ...,"
"Zakaria. Pulanglah, kita bicarakan ini di rumah. Jika di sini kita hanya akan menjadi tontonan gratis dari warga kampung ini. Mereka akan membuat setiap kejadian viral dengan ponsel di tangan mereka," ucap Alberto menahan dirinya dari suhu yang mungkin akan memancing emosinya.
"Kalian saja uang pulang. Choki punya tanggung jawab sekarang. Apalagi, istri Choki lagi sakit dan itu semua karena akulah penyebabnya," jelas Choki menerangkan keadaan dirinya saat ini yang nyatanya menolak pulang bersama mereka.
"Istri katamu!!" Alberto memijat keningnya yang mendadak nyeri.
"Nak, kuliahmu saja belum selesai. Bagaimana kau bisa berpikir kalau pernikahan dadakan karena sebuah insiden itu menjadi sungguhan. Jika kau memang tidak melakukannya ... maka batalkan pernikahan kalian dan kembalilah pada kehidupan kita masing-masing," tutur Eliana seraya menyarankan jalan keluar yang menurutnya baik itu.
Sementara, Choki hanya mendengus mendengar ucapan dari Eliana.
"Benar kata Mamamu. Perjalanan hidupmu masih panjang. Bagiamana kau bisa berpikir menjalani pernikahan sementara kau sendiri belum menjadi siapa-siapa," tambah Alberto yang satu pemikiran dengan istrinya itu.
Mereka berdua dengan minimnya ilmu, menggampangkan pernikahan yang nyatanya adalah sebuah hubungan yang suci dan di satukan oleh satu ritual yang sakral secara budaya dan juga agama.
"Sebaiknya Mama dan Papa pulang saja. Kalian nyatanya tidak mengerti apapun yang terjadi padaku. Kalian nyatanya hanya memikirkan popularitas dan nama baik. Tapi tidak dengan perasaan putra kalian sendiri. Kalian selalu saja menentukan jalan hidupku tanpa pernah bertanya apa yang aku inginkan sebenarnya," ungkap Choki lagi dengan nada bicara yang tetap rendah.
Pemuda ini nyatanya mati-matian menahan emosinya hingga sesak itu ia rasakan begitu menyiksa. Choki, ingin kedua orangtuanya cepat-cepat pergi sebelum Annisa mendengar apa yang mereka katakan.
Bagaimanapun kelakuan Choki di luar sana dengan genk motornya. Nyatanya, pemuda itu tetap tahu batasan ketika berbicara dengan orang tua.
Choki dan komunitasnya meskipun pernah melakukan hal kriminal, akan tetapi mereka belum pernah melukai masyarakat sipil hanya demi keuntungan semata.
Kejahatan mereka hanya sebatas menjarah dan mencuri dari orang-orang kaya. Mabuk dan bermain wanita. Tapi, tidak dengan Choki. Pemuda itu bahkan tak pernah menyentuh rokok jika tidak terpaksa.
Berbeda dengan Genk motor Storm yang terkadang memeras para pedagang kaki lima. Juga kerap melakukan tawuran dengan Genk motor lainnya yang memiliki skala atau level lebih kecil. Alias Genk motor kampung.
Choki selama ini memang tidak tau perihal agama yang tertulis di kartu identitasnya. Sebuah agama yang di sematkan oleh kedua orangtuanya sejak ia di lahirkan. Akan tetapi, ia sama sekali tidak mengerti esensi dari agama tersebut.
Selama beberapa hari ini, melihat pengorbanan yang Annisa lakukan untuknya dan kegaduhan hidup gadis itu sejak kehadirannya. Menjadikan Choki sadar bahwa ada sebab ada akibat, ada perbuatan maka harus tanggung jawab.
Choki, yang telah datang kerumah Annisa. Hingga, nama baik gadis itupun tercemar di kampungnya. Bahkan sampai berakhir di usir oleh sang pemilik rumah. Dalam sekejap, Choki telah merusak mimpi Annisa dan juga pandangan orang lain terhadap gadis muslimah itu.
Bahkan, selama ini Choki terus menghinanya. Menyimpan prasangka buruk tentang Annisa yang menutupi tubuh sebegitu rapat hingga ke wajahnya.
Ternyata, gadis muslimah itu tengah menjalankan kewajiban dengan menjaga marwahnya.
"Kau, beraninya mengusir Papa dan Mama!"
Prankkk!!
Terdengar suara benda yang jatuh dari dalam.
Menyusul pekikan dari Alberto yang meneriaki putranya sendiri.
Tanpa menunggu, Chiko melewati kedua orangtuanya dan berlari menuju kamar Annisa.
"Astaga!!"
"Annisa!" kaget Choki melihat gadis itu jatuh tertelungkup di atas lantai.
Suhu tubuh Annisa kembali demam. Dengan keringat dingin yang keluar masuk membasahi seluruh badan gadis itu.
"Aku akan benar-benar membawamu kerumah sakit," ucap Choki seraya mengangkat Annisa ke atas kasur dan kembali mengenakan Khimar serta niqob padanya.
"Pegangan. Aku akan menggendongmu keluar," ucap Choki lagi.
Annisa yang keadaannya sangat lemah itu tak mampu berkata apapun sekedar untuk menjawab maupun menolak perlakuan pemuda ini kepadanya.
Akan tetap, di sini Annisa bisa menilai sedikit banyak perubahan Choki kepadanya. Pemuda ini mulai mengerti apa itu tanggung jawab dan juga empati.
Choki keluar membawa Annisa yang kedua matanya hanya bisa terpejam dengan bibir yang bergetar lantaran menggigil. Bahkan, Choki sadar jika Annisa saat ini tengah menyembunyikan rintihannya sekuat tenaga.
Alberto dan Eliana membulatkan kedua mata mereka kala melihat sang putra mengendong seorang wanita bercadar.
"Maaf, Ma, Pa. Choki harus meninggalkan kalian. Istriku harus segera di bawa kerumah sakit.
Mendengar ucapan dari bibir Choki. Annisa yang nyatanya masih dalam keadaan sadar, merasa tersentuh hatinya. Tak menyangka jika Choki akan mengakui statusnya.
Gadis itu bisa menerka bahwa dua tamu yang sejak tadi ribut dengan Choki adalah keluarga pemuda itu.
"Biar, Papa yang antar. Masukkan dia ke dalam mobil!" titah Alberto.
Kebetulan, Choki memang membutuhkan tumpangan segera bukan.
Sehingga, pemuda ini tak memiliki alasan untuk menolak tawaran dari sang papa.
Di dalam mobil, Choki terus memangku kepala Annisa pada lututnya.
"Kenapa dia menutupi wajahnya. Apa tidak sesak dengan keadaannya yang seperti itu?" tanya Eliana, seraya menoleh kebelakang.
"Annisa sudah terbiasa. Choki yakin dia baik-baik saja mengenai itu," jawab pemuda tampan itu yang nampaknya sudah mulai mengerti. Annisa tersenyum tipis di balik niqob-nya.
Gadis itu merasa sakitnya akan membawa hikmah dalam kehidupannya ke depan.
Sebeb, Annisa yakin bahwa setiap rencana Allah pasti akan ada hal yang akan menentukan masa depan setiap hamba selanjutnya.
Sesampainya di rumah sakit terdekat.
Setelah melakukan berbagai macam jenis pemerikasaan. Maka dokter pun menyarankan dengan tegas bahwa Annisa yang sakit karena kelelahan dan tertekan sehingga memicu asam lambungnya, harus menjalani rawat inap selama beberapa hari.
Choki menjamin biaya perawatan Annisa dengan uang yang dia punya.
"Biarkan, Papa yang menanggung biaya pengobatannya. Sebagai wujud rasa terimakasih karena telah menolongmu saat itu. Papa juga akan memberikannya banyak hadiah," ucap Alberto.
Choki lantas berdiri dan menatap tajam sang papa.
...Bersambung ...
nya blm sadar pikiran dan hati hanya dunia beserta materi ya hanya doa anak Soleh Solehah ygjelas juga karena Pencipta yg menentukan🙂↕️