Di usianya yang sudah sangat matang ini, Khalif Elyas Hermawan belum juga menemukan pasangan yang cocok untuk dijadikan pendamping hidup. Orang tuanya sudah lelah menjodohkan Khalif dengan anak rekan bisnis mereka, tapi tetap saja Khalif menolak dengan alasan tidak ada yang cocok.
Mahreen Shafana Almahyra gadis cantik berumur 25 tahun, tidak dapat menolak permintaan sang bibi untuk menikah dengan seorang laki-laki yang tidak ia kenal sama sekali.
Ya, gadis yang akrab di sapa Alma itu tinggal bersama paman dan bibinya, karena sejak umur 15 tahun, kedua orang tuanya sudah meninggal.
Bagaimana kisah Khalif dan Salma? Ikuti terus kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fana01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
..."Hidup memang penuh dengan perjuangan, dan dalam perjuangan tersebut, impian adalah bahan bakar yang dapat membakar semangat kita untuk mencapai impian dan cita-cita"...
...🌹🌹🌹...
Salah satu tempat yang menawarkan hiburan, musik dengan suasana yang unik adalah club malam. Industri hiburan di Indonesia terus berkembang seiring berjalannya waktu, dan perubahan gaya hidup masyarakat yang semakin modern. Bagi sebagian orang yang hidup di kota-kota besar club malam merupakan tempat untuk melepaskan diri dari rutinitas kehidupan sehari-hari. Jika seharian mereka disibukkan oleh pekerjaan yang menguras tenaga, maka club malam adalah pilihan untuk melepaskan penat yang sudah Meraka rasakan seharian.
Ada yang datang hanya sekedar ingin mendengarkan musik, ada juga yang sekedar minum atau berkumpul dengan teman-teman mereka.
Suara hingar bingar terasa memekakkan telinga, musik dengan bass yang sangat keras sampai membuat jantung terasa bergetar.
Di sebuah sofa yang berisikan empat orang, dua orang laki-laki dan dua perempuan. Kalau dilihat mereka adalah sekelompok pasangan. Yang salah satunya adalah Alex Hugo Edbert.
Dia sedang bersama Rey, disampingnya ada seorang perempuan yang dari tadi memeluk lengannya. Ya, perempuan itu adalah teman kencannya yang di atur oleh orang tuanya.
Perempuan yang dari tadi disamping Alex permisi sebentar ke toilet, melihat itu Rey pindah dari tempatnya ke samping Alex, memberikan segelas minuman pada Alex.
"Sepertinya baru lagi" ucap Rey, sudah beberapa kali dia melihat teman kencan Alex selalu ganti. Orang tuanya sudah banyak mengatur kencan buta untuknya, dia memang datang untuk kencan buta, tapi sehari setelahnya dia langsung memutuskan hubungan dengan teman kencannya itu.
Alex menenggak minuman yang ditangannya sampai habis. Lalu mengisi kembali gelasnya yang sudah kosong.
"Apa kali ini Lo akan serius?" tanya Rey.
Alex menggoyangkan minuman yang di tangannya, lalu meminumnya lagi.
"Menurut Lo gimana?" tanya Alex balik.
"Kenapa tidak Lo coba untuk serius, kalau diliat yang kali ini sesuai dengan tipe Lo" Rey memberikan saran pada Alex.
"Atau lo mau coba sama Zalfa?" Alex langsung menghunus Rey dengan pandangan tajamnya.
"Ck, dia itu anak kecil, dan dia itu sepupu gua"
"Tapi dia suka sama Lo" Alex tertawa mendengar ucapan Rey.
"Dia hanya menyukai gua sebagai kakaknya saja"
"Jangan pura-pura nggak tau sama perasaan Zalfa, jangan membohongi diri Lo sendiri. lo taukan kalau Zalfa melihat Lo bukan sebagai kakak sepupunya tapi sebagai seorang laki-laki" perkataan Rey tepat sasaran. Selama ini dia pura-pura tidak tau dengan perasaan Zalfa. Baginya Zalfa adalah adiknya, yang harus dia jaga sama seperti Chaterine. Dan dia tidak punya perasaan apapun pada Zalfa. Selain rasa sayang sebagai seorang kakak.
Rey menajamkan penglihatannya lagi, dia seperti melihat seseorang yang dikenalnya, setelah dia perhatikan lagi ternyata Memang dia kenal. Rey tersenyum ke arah Alex, Alex menatap heran Rey.
"Bukankah itu Zalfa?" tunjuknya ke arah seorang gadis yang sedang bersama teman-temannya. Disamping gadis itu ada seorang laki-laki yang sedang merangkul Zalfa.
Wajah Alex seketika mengeras, berapa kali dia melarang gadis itu untuk tidak datang ketempat yang seperti ini. Apa lagi dengan teman lelaki. Mungkin dia terdengar posesif terhadap Zalfa, tapi itu demi kebaikan Zalfa sendiri.
*****
Dia berjalan ke arah Zalfa dan teman-temannya tidak menghiraukan Rey yang memanggilnya dari tadi.
Alex langsung menarik tangan Zalfa, sontak gadis itu terkejut. Matanya melotot ke arah Alex, pegangan Alex di lengannya terlalu kuat sehingga menimbulkan rasa sakit. Mungkin lengannya sekarang sudah memerah.
"Kak Alex apa-apaansih" Zalfa menghentakkan tangannya, tapi tidak berhasil, malahan pegangan Alex semakin kuat.
"Aww kak Alex sakit" ringis Zalfa, barulah Alex melonggarkan sedikit genggamannya.
"Pulang" hanya itu yang di ucapkan Alex, kembali menarik Zalfa keluar dari club tersebut. Sekarang mereka ada didepan club, dia hendak menyuruh Zalfa masuk kedalam mobilnya, tapi Zalfa menolaknya.
"Masuk" perintah Alex.
"Aku tidak mau" dengan suara tinggi dia menolak Alex.
Alex menahan emosinya, tangannya sudah terkepal kuat. Rey yang menyusul Alex ikut mendekat ke arah dua orang yang sedang bersitegang itu.
"Lex, buat Zalfa gua yang antar" kalau mereka dibiarkan bersama, takutnya Alex kelepasan tidak bisa mengontrol emosinya.
"Dia pulang bareng gua" putus Alex.
"Aku pulang sama kak Rey aja" pinta Zalfa, dia tau kalau sekarang ini Alex pasti marah besar padanya.
"Kamu tidak dengar apa yang aku bilang, aku yang antar kamu pulang" sentak Alex, Zalfa kaget mendengar sentakan Alex. Mata Zalfa sudah berkaca-kaca, tapi dia menahannya jangan sampai dia menangis disini.
"Alex" panggil seorang perempuan yang ternyata adalah teman kencan Alex tadi. Dia sempat lupa kalau dia tidak datang sendirian.
Zalfa melirik perempuan itu, dia bisa menebak kalau perempuan itu dan Alex datang bersama kesini. Tanpa memedulikan Alex dia langsung masuk kedalam mobil Rey, Alex ingin menahan Zalfa tapi dihentikan oleh Rey.
"Biar gua yang antar Zalfa, Lo anterin Gea dulu" ucap Rey, perempuan yang bernama Gea itu menatap Alex dan Rey bergantian, dia tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Dan siapa gadis kecil yang tadi? Banyak pertanyaan yang bercokol di kepalanya. Ingin bertanya situasinya tidak memungkinkan.
Akhirnya Alex mengantar Gea duluan, baru menyusul Zalfa dan Rey.
Rey mengantar Zalfa sampai dirumahnya. Rumah mewah itu terlihat sepi, hanya ada beberapa pembantu saja yang sedang melakukan tugasnya masing-masing. Rey dan Zalfa duduk di ruang tamu. Sejak tiba dirumah Zalfa hanya diam saja, Rey juga tidak tau mau bilang apa, dia tau Zalfa dan Alex sudah sering berantam. Tapi itu hanya pertengkaran antara kakak dan adiknya saja. Tidak seperti sekarang ini, jelas-jelas tadi Alex terlihat sangat marah.
suara mobil jelas terdengar di luar, itu pasti Alex yang datang. Mendengar suara mobil Alex Zalfa langsung masuk kamar dan mengunci pintunya. Dia tidak mau kena marah lagi, sebenarnya dari dulu Alex selalu melarangnya datang ke club malam apapun alasannya.
"Kemana anak itu?" tanya Alex yang melihat Rey sendrian di ruang tamu.
"Masuk kamar, bro Lo kalau ngomong sama Zalfa jangan pake emosi lah, kasian tu anak ketakutan" ucap Rey yang tidak dihiraukan oleh Alex. Dia berjalan menuju kamar Zalfa, Alex membuka pintu kamar Zalfa yang ternyata dikunci.
"Zalfa buka pintunya"
Tok tok tok
"Zalfa" panggil Alex lagi, tetap tidak ada jawaban.
"Zalfa buka atau pintunya aku dobrak" ancam Alex, tidak lama kemudian pintu di buka oleh Zalfa. Alex masuk kedalam kamar Zalfa kemudian mengunci pintunya lagi, dia tidak menyangka ingin ada yang mendengar pertengkaran mereka.
"Sudah berapa kali kamu ke club malam?" tanya Alex langsung. Dia menghadap ke arah Zalfa yang duduk di atas ranjangnya.
"Aku baru tiga kali ke club malam" jawab Zalfa jujur, tidak ada gunanya dia berbohong yang ada Alex akan tambah marah padanya.
"Aku sudah sering melarang kamu pergi ke club, tapi kamu masih saja pergi" Alex mencoba menahan emosinya sekuat mungkin.
"Kak aku sudah dewasa, aku bukan anak kecil lagi yang tidak boleh pergi ke club" Zalfa masih saja menjawab perkataan Alex.
"Ini terakhir kalinya aku melihat kamu pergi ke club" ucap Alex, lalu hendak pergi meninggalkan Zalfa, tapi lemparan di punggungnya menahan langkahnya.
Ya, Zalfa melemparnya dengan bantal.
"Kenapa aku tidak boleh pergi?, kalau kak Alex saja boleh pergi kenapa aku tidak?" ucap Zalfa dengan suara yang tinggi. Mendengar Zalfa teriak padanya membuat emosi yang tadi ditahannya meluap kembali.
"Itu demi kebaikan kamu"
"Demi kebaikan aku?, memangnya kamu siapa bisa melarang aku seenaknya, kamu tidak berhak?" teriak Zalfa, dia sudah tidak bisa menahan kekesalannya lagi.
"Zalfa" bentak Alex.
"Apa kamu mau jadi pecandu juga seperti kakakmu yang sudah mati itu?" teriak Alex. Seketika Zalfa terdiam. Air matanya sudah tidak bisa di bendung lagi.
"Siapa lagi yang perduli padamu selain aku, apa orang tuamu peduli?, tidak, mereka hanya peduli dengan bisnis mereka. Kalau bukan aku siapa lagi yang peduli ha?" Alex tidak peduli dengan Zalfa yang sudah menangis di depannya. Semua ucapannya benar. Alasannya melarang Zalfa karena dia takut Zalfa akan kecanduan minuman yang bisa merusak tubuhnya seperti almarhum kakaknya Zalfa. Sedangkan orang tuanya yang merupakan adik dari ibunya tidak perduli dengan anak mereka sendiri.
*****