Awalnya Zhea berpikir bahwa perasaannya selama ini kepada dokter tampan putra sulung Will dan Alea—Nathan Willy Coopers hanya perasaan kagum biasa. Namun kenyataannya Zhea salah!
Perasaan itu nyatanya adalah perasaan cinta sejak pertama kali mereka bertemu. Dan siapa sangka seiring berjalannya waktu, perasaan cintanya malah semakin tergila-gila untuk mendapatkan balasan cinta dari dokter nan dingin bernama Nathan itu.
“Aku sudah tergila-gila mencintaimu, Dr. Nath! Dan aku akan berjuang untuk mendapatkan cintamu dan membuatmu berhenti menganggapku sebagai anak kecil. Bahkan meski aku harus bersaing dengan wanita yang kau cintai!” ~Zheara Zaen Xavier~
Akankah Zhea berhasil mendapatkan balasan cinta dari Nathan? Ataukah Zhea harus merelakan cintanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Phopo Nira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29. Rencana Untuk Memastikan
...“Pah, apa yang terjadi? Aku dengar kalian mengadakan pertemuan penting dibawah?”...
...“Haruskah aku memberitahu Nathan bahwa kekasihnya sedang dalam pantauan keluarga Xavier, karena dicurigai sebagai dalang dari penyerangan Shea yang dikira adalah Zhea?”...
“Ya, aku sudah jauh lebih baik, Pah! Bolehkah aku pulang hari ini, aku tidak ingin merepotkan Tuan Rayden dan Kak Levi lagi,” ujar Nathan yang lebih tepatnya tidak ingin membuat kekasihnya salah paham karena dia tinggal di kediaman Mansion Xavier.
“Coba kau tanyakan sendiri kepada Tuan Rayden ataupun Nyonya Zhia, Papah tidak bisa membujuknya karena kau tahu sendiri itu perintah Nyonya Zhia langsung. Bahkan Tuan Rayden saja tidak berani menolaknya, apalagi Papah!”
Ya, Will tidak bisa menolak perintah Rayden apalagi menolak perintah dari istri kesayangannya, Zhia bisa mati kalau dia sampai menolaknya.
“Hmm, baiklah! Nathan mengerti, Pah!” ujar Nathan yang hanya bisa pasrah menunggu sampai Zhia mengijinkannya kembali ke rumahnya sendiri.
...****************...
Sementara di ruang keluarga, Rayden dan seluruh anggota keluarganya masih berada di sana untuk memastikan keadaan Shea. Meskipun mereka tahu bahwa Shea pastinya tidak akan mudah dilukai, tapi sebagai orang tua tetap saja perasaan khawatir itu akan tetap ada sehebat apapun anak dan cucunya.
“Shea, apakah kau yakin baik-baik saja? Tidak ada yang terluka, bukan? Coba Mommy lihat!” Lucia segera memeriksa setiap inci tubuh putrinya, sedangkan Levi memperhatikan dengan perasaan khawatirnya sebagai seorang ayah.
“Tidak, Mom! Dad, aku baik-baik saja bahkan tidak terluka sama sekali.” Shea sedikit merasa kesal, karena Daddy dan Mommy nya terlalu berlebihan mengkhawatirkan dirinya.
“Ouh, sepertinya memang tidak ada yang terluka! Mommy jadi merasa lega sekarang,” ujar Lucia sembari membelai lembut wajah putrinya.
“Ya, sudah kalau begitu Shea akan kembali ke kamar sekarang untuk membersihkan diri dan istirahat,” pamit Shea dirasa semuanya sudah selesai dan Lucia serta yang lainnya pun mengijinkan.
“Ehh, Shea! Bagaimana dengan tasmu?” seru Noah yang sejak awal memang membawakan tas milik Shea.
“Bawakan sampai kamarku!”
Shea memberikan perintah dengan santainya, sedangkan Noah hanya bisa menghela napas pasrah seraya meminta ijin pada Levi dan Lucia untuk masuk ke dalam kamar putrinya. Meskipun sebenarnya Noah sudah terbiasa keluar masuk kamar Shea, lebih tepatnya karena Shea yang menyeretnya.
“Zhea juga pamit ke kamar dulu.”
Tak lama setelah Noah menyusul Shea ke kamarnya, Zhea juga pamit dengan alasan ingin kembali ke kamarnya. Padahal sebenarnya Zhea pergi untuk menyusul Shea dan Noah untuk meminta bantuan keduanya.
Lucia dan Levi yang sudah tahu persis bagaimana sifat kedua putri kembarnya, dimana Shea memang sangat ahli dalam kemampuan bela diri. Maka berbeda dengan Zhea yang ahli dalam bersiasat untuk menjebak atau mengalahkan musuhnya.
“Zhea pasti sudah merencanakan sesuatu sekarang?” gumam Levi yang tentu di dengar oleh Rayden dan Zhia yang masih berada di sana.
“Biarkan saja, aku akan meminta Jack untuk mengawasi pergerakan mereka secara diam-diam.” Lucia jelas memahami apa yang akan dilakukan kedua putri kembarnya.
“Memang apa yang akan dilakukan Zhea?” tanya Zhia penasaran.
“Mamah, lihat saja nanti! Meski tidak memiliki kemampuan yang baik dalam bela diri, tapi Zhea memiliki otak yang sangat cerdas untuk menjebak dan mengalahkan musuhnya,” jawab Lucia yang tidak bisa menjelaskan karakter kedua putrinya secara mendetail, tapi dia bisa membuktikan bahwa kedua putrinya bukanlah anak yang bodoh dan lemah.
...****************...
Dan benar saja, Zhea datang ke kamar saudari kembarnya dengan penuh percaya diri. Sementara Shea dan Noah sudah menunggunya dengan tidak sabar, apa yang akan Zhea rencanakan untuk menjerat orang yang berniat membunuhnya.
“Kau terlambat 4 menit 37 detik dari dugaanku, Zhea!” Perkataan itu langsung Shea lontarkan begitu saudarinya masuk dan menutup kembali pintu kamarnya.
“Apakah itu penting?” balas Zhea sembari menyalakan laptop yang berada di atas meja kerja Shea.
“Tidak juga! Yang terpenting saat ini kami berdua hanya ingin mendengar rencanamu untuk menyelesaikan masalah penyerangan yang aku alami? Apakah kau sudah memikirkannya?” ujar Shea yang berjalan mendekat pada saudarinya yang tengah sibuk mengetik sesuatu di laptopnya.
“Aku hanya ingin memastikan dugaanmu tentang kekasih Kak Nath yang berada dibalik penyerangan kepadamu hari ini. Jika memang benar dia dalang dibaliknya, maka aku semakin memiliki alasan kuat untuk merebut Kak Nath dari penyihir licik sepertinya.” Zhea beralih menatap Shea dengan lekat mencari adanya jawaban di raut wajah Shea.
“Hmm, seperti kata Kakek Felix tidak baik berprasangka buruk kepada seseorang tanpa adanya bukti.” Kata Shea seolah benar-benar mendengarkan nasehat Felix sebelumnya. Hingga dia kembali berkata, “Tapi kita tidak bisa menilai seseorang hanya dari Covernya saja, bukan? Dan aku yakin bajingan itu pasti suruhan seseorang. Sebab dari caranya dia bertanya untuk memastikan aku adalah kau seperti orang yang tengah mendapatkan perintah,” sambungnya.
“Benarkah? Kalau begitu bantu aku melakukan sesuatu untuk memastikan apakah wanita itu memang benar pelakunya atau tidak?” pinta Zhea dengan senyuman penuh arti.
“Katakan saja apa yang harus kami lakukan?” balas Shea yang sudah pasti akan membantu saudarinya dengan senang hati, sedangkan Noah hanya akan mengikuti perintah dan membuang perasaannya kepada Zhea sejauh mungkin.
Sebab Noah menyadari bahwa cintanya tidak akan penah terbalas, apalagi melihat perjuangan Zhea dalam mengejar cinta Nathan. Saingannya Dr. Nathan, Bro! Bukannya mengalah sebelum berperang, hanya saja Noah tahu dia tidak memiliki kesempatan untuk membuat Zhea jatuh cinta padanya.
“Dengarkan baik-baik, karena aku tidak ingin ada kesalahan dalam prosesnya,” ujar Zhea meminta Shea dan Noah mendekat padanya, karena rencana yang dia telah susun cukup berbahaya dan juga sangat beresiko kegagalan.
Bersambung....
kaboooorrr
thooort jangan tamat dl yaaa... masak cuma dikit