Mendapatkan perlakuan kasar dari ibunya membuat Violetta Margareth seorang anak kecil berumur 4 tahun mengalami traums berat.
Beam selaku ayah daei Violetta membawanya ke sebuah mall, sampai di mall Violetta histeris saat melihat sebuah ikat pinggang karena ia memiliki trauma dengan ikat pinggang. Renata yang saat itu berada di mall yang sama ia menghampiri Violetta dan menenangkannya, ketika Violetta sudah tenang ia tak mau melepaskan tangan Renata.
Penasaran kan apa yang terjadi dengan Violetta? yuk ikuti terus ceritanya jangan lupa dukungannya ya. klik tombol like, komen, subscribe dan vote 🥰💝
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bilqis menyesal
Foto Bram meraih penghargaan sudah tersebar di media sosial, kabar tersebut sampai di telinga Bilqis saat Gabriel sedang menyalakan televisi dikamar hotelnya. Bilqis penasaran akhirnya ia mendekat kearah Gabriel dan ikut menyaksikan berita mantan suaminya yang kini telah berhasil menjadi pebisnis terkaya nomor 2 di negaranya, rasa penyesalan langsung menyeruak kedalam hatinya, jujur saja rasa cinta masih tersisa untuk Bram meskipun ia sudah diceraikannya.
'Mas Bram sekarang udah sukses, nyesel udah selingkuh dari dia kalau tahu dia bakal sekaya ini. Tapi tenang saja, tidak ada kata terlambat bukan? Aku akan menaklukkan kembali hatimu mas kau tunggu saja' batin Bilqis.
"Hey babe, sudah mandinya?" tanya Gabriel seraya memeluk Bilqis dari samping.
"Sudah, sekarang giliranmu mandi. Bukankah kau sudah berjanji akan menemaniku belanja?" ucap Bilqis.
"Of course babe, wait." jawab Gabriel.
Gabriel turun dari kasurnya melangkahkan kakinya ke kamar mandi, melihat Gabriel sudah masuk ke kamar mandi Bilqis langsung mencari tahu Bram lewat intermet, ia sibuk berselancar di media sosial demi mendapatkan apa yang ia inginkan sebelum Gabriel mengetahuinya.
"Ternyata kau masih sendiri mas, aku tahu kamu tidak akan bisa berpaling dariku." ucap Bilqis tersenyum puas.
Bilqis menyimpan semua data Bram di hp nya, ia langsung berdandan secantik mungkin agar Gabriel tidak mencurigainya.
Renata sedang menemani Violetta bermain masak-masakakkan, tiba-tiba saja is merindukan sosok ibunya yang telah tiada. Violetta menatap Renata yang sedang melamun, dia menghampiri pengasuhnya kemudian duduk di sebelahnya.
"Tatak melamun?" tanya Violetta.
"Hah? Ohh, em tidak sayang kakak tidak melamun." kilah Renata.
"Tatak bolehkah aku manggil tatak bunda?" tanya Violetta.
"Vio sayang, panggilan bunda hanya di tujukan untuk orang yang terikat dalam suatu hubungan yang di sebut pernikahan lawan jenis, satu laki-laki dan perempuan sedangkan kakak tidak ada keterikatan dengan daddy Vio. Kakak disini hanya seorang pengasuh, jadi kakak harap Vio mengerti ya." jelas Renata.
"Iya tatak, maaf." ucap Violetta.
'Maaf Vio kakak tidak berniat membuatmu sedih, hanya saja kakak sadar akan posisi kakak sebagai pengasuh tetaplah pengasuh, bukan menjadi ibu pengganti.' batin Renata.
"Gapapa, jangan sedih ya kan Vio juga tetap punya ibu. Sejahat apapun seorang ibu dia tetap orang yang melahirkan Vio ke dunia, kakak harap Vio tidak menyimpan dendam kepada ibu Vio meskipun perbuatannya itu memang tidak bisa di maafkan, belajar ikhlas meskipun itu berat." ucap Renata.
"Iya tatak, Vio usahakan." jawab Violetta.
'Tatak aku belhalap tatak jadi ibuku, aku memang ndak menaluh dendam cama mommy cuman lasa sakitnya susah hilang, sampai kapanpun Vio akan ingat cemuanya, mungkin Vio memang tidak dendam semua kesalahan mommy Vio maafin tapi untuk kembali sama mommy Vio ndak bisa' batin Violetta.
Violetta memang masih sangatlah kecil di usaianya yang baru menginjak 4 tahun menjelang 5 tahun, tetapi pemikirannya jauh lebih dewasa daripada anak seusianya. Kecerdasan ayahnya menurun pada Violetta namun Violetta dua kali lebih cerdas dari ayahnya saat masih kecil dulu, Violetta butuh sosok ibu di usianya yang masih kecil ini. Sentuhan kasih sayang yang tulus dari Renata membuatnya merasa lebih di perhatikan sebagaimana ibu yang memperhatikan anaknya, sejak dulu Violetta mengharapkan semua itu dari Bilqis namun sayang justru semuanya berbanding terbalik, Bilqis malah menjadikan sikap cerdas Violetta sebagai budaknya yang bisa ia suruh kapanpun dia mau dan menyiksanya kapanpun jika ia membuat kesalahan.
Acara belanja yang sudah di rencanakan Gabriel dan juga Bilqis terpaksa dibatalkan, Gabriel harus segera kembali ke kantornya karena ada pekerjaan yang tidak bisa ditunda.
"Oh honey, i'm so sorry asistenku menelponku untuk kembali." ucap Gabriel.
"Apa tidak bisa ditunda?" tanya Bilqis kecewa.
"Tidak, soalnya dikantor ada pekerjaan penting dan tidak bisa diwakilkan. Aku harap kau tidak kecewa ya, sebagai gantinya aku akan mentransfer uang untuk belanja semua yang kamu mau." ucap Gabriel.
Bilqis awalnya cemberut dan kecewa karena harus batal shoping, namun Gabriel akan mengirimkan uang padanya yang mana membuat wajahnya kembali sumringah.
"Tidak apa-apa, kau pergilah hubungi aku jika kau sudah kembali dari pekerjaanmu." ucap Bilqis.
"Good girl, nanti aku kirimkan uangnya ke nomor rekeningmu dan jangan lupa kau belilah baju yang seksi untuk nanti malam." ucap Gabriel mengedipkan sebelah matanya.
"Oke, sesuai keinginanmu babe." ucap Renata bergelayut manja ditangan Gabriel.
Gabriel menautkan b**** nya dengan b**** Bilqis kemudian keduanya saling membalas c*****, tak ingin berlanjut Bilqis melepaskan b****** dari b**** Gabriel. Dengan mata sayunya Gabriel keluar daei kamar hotelnya, dia berjalan keluar menaiki mobilnya yang sudah terparkir di halaman hotel. Bilqis menatap kepergian Gabriel dari jendela kamar hotelnya, dia membuka media sosialnya mencari alamat rumah Bram.
"Ketemu." ucap Bilqis tersenyum.
Tanpa menunggu lama lagi Bilqis langsung mengambil tasnya keluar dari kamarnya, dia berjalan dengan anggunnya sampai orang-orang menatap kearahnya. Bilqis memiliki wajah yang cantik dan juga tubuh tinggi, bodynya juga idaman para lelaki jadi bukan hal yang sulit untuknya bisa menaklukkan pria hidung belang seperti Regan dan juga Gabriel.
Renata sedang membuatkan makan siang untuk Violetta, dia memasak capcai dan juga ayam goreng sesuai permintaan Violetta.
"Tatak wangi cekali, Vio jadi gak sabal." ucap Violetta.
"Sebentar lagi tuan puteri," ucap Renata.
Dengan cekatan Renat menuangkan ayam dan juga capcainya ke dalam piring, dia langsung menghidangkannya diatas meja.
"Sudah jadi." ucap Renata.
Prokk..Prokk..
"Wah kayanya enak, Vio mau langsung mamam ah." ucap Violetta.
"Sabar dong bu, ini masih panas." ucap Renata.
"Hahaha ibu, emangnya Vio udah ibu-ibu?" ucap Violetta tertawa.
"Kan kalau udah besar nanti bakal jadi ibu-ibu." jawab Renata.
"Iya nanti Vio jadi ibu-ibu, tatak jadi nenek-nenek." ucap Violetta.
Renata terkekeh mendengar celotehan Violetta, dia mengambilkan nasi beserta lauknya ke piring Violetta. Dilihatnya Violetta begitu tak sabar ingin langsung mencicipi hasil masakan Renata, dia menyendokkan nasi dan juga capcai ke mulutnya sampai mulutnya menganga karena kepanasan. Renata meminta Violetta mengeluarkan kembali nasinya, tetapi Violetta menolaknya ia mengunyah dengan mulut yang mengeluarkan asap lalu menelannya.
"Ya ampun Vio, tunggu nasi sama lauknya dingin dulu jangan dimakan selagi panas nanti mulutnya sakit. Sini biar kakak kipasin dulu ya, Vio yang sabar dulu jangan terlalu buru-buru oke?" tegur Renata.
"Maaf ya tatak cantik." ucap violetta mengatupkan kedua tangannya meminta maaf sambil mengerjap-ngerjapkan matanya.
"Iya, jangan diulangi lagi ya?" ucap Renata.
"Oke, tatak cantik." ucap Violetta mengacungkan jempolnya.
Renata mengipasi piring makanan Violetta menggunakan buku resep memasak, Violetta menatap tak sabar melihat ayam goreng dan capcai yang sudah melambai-lambai meminta di makan.
"Tatak masih lama ndak?" tanya Violetta lesu.
"Sebentar lagi." jawab Renata.
Dirasa sudah cukup Renata menyodorkan piringnya kearah Violetta, dengan wajah berbinar Violetta langsung menyantap makanannya dengan begitu lahap. Renata hanya melongo melihat tingkah Violetta, dia khawatir kalau Violetta tersedak jadi dia meminta Violetta makan dengan perlahan namun Violetta tak mendengarkan ucapannya. Dalam sekejap nasi beserta lauknya sudah habis tak tersisa, Violetta meminta menambah porsinya dan Renata dengan senang hati menuangkan nasi beserta lauknya ke piring Violetta.