kita memang tak tau siapa yang tuhan takdir kan untuk kita,namun kita bisa melabuhkan hati kita pada siapa. namun bagaimana jadinya jika ternyata hati dan takdir tak sejalan. Begitulah yang di rasakan oleh Aidan Arsyad Rafardhan,dia mencintai seorang wanita dan berniat akan melamar nya,namun bagaimana jadinya malah dia menikah dengan adik dari sang pujaan hati?
"menikahi orang yang di cintai memang impian,tapi mencintai orang yang di nikahi adalah kewajiban."
Aidan Arsyad Rafardhan
yukkk simak cerita lengkapnya di sini 👇
tinggalkan like,komen dan follow setelah membaca yah ☺️😆
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon h.alwiah putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 8. pernikahan
Hari ini tepat hari acara pernikahan antara Maureen dan juga Aidan.
Ya, nyatanya hari ini mereka menikah. Sayang sekali,Shafa tak bisa membujuk kedua orang tuanya untuk menggantikan Maureen.
Tak ada yang bisa Shafa lakukan,dia berpikir mungkin Aidan pun tak memiliki rasa yang sama seperti dirinya hingga menerima perjodohan ini. Jadi,Shafa mencoba ikhlas walaupun itu begitu sulit baginya.
Shafa hanya bisa berdoa semoga dengan pernikahan ini, Aidan maupun Maureen bisa hidup bahagia. Mungkin memang bukanlah Aidan yang Alloh gariskan untuk dirinya.
Pernikahan itu di gelar di salah satu hotel bintang lima. Tampak sekarang ini Maureen tengah di rias oleh salah satu MUA terkenal. Tak lupa Shafa pun selalu senantiasa berada di samping Maureen.
Entahlah,sedari kemarin Maureen tak mau berjauhan dengan kakaknya itu. Bahkan malam tadipun Maureen meminta Shafa untuk tidur bersama dengannya.
Shafa pun hanya bisa menyetujui nya.
Akad nikah akan di mulai beberapa menit lagi, Maureen pun juga sudah siap. Sekarang dia di temani kakaknya dan juga sang sahabat sedang duduk menyaksikan Aidan yang akan mengucapkan ijab qobul di sebuah layar laptop.
Tampak disana Aidan tengah duduk di kursi akad,yang di mana di depannya sudah ada pak penghulu dan juga pak Latif. Di samping nya ada sang ayah dan juga di sisi kanan dan kirinya ada dua saksi.
Serta keluarga dan beberapa saudara dari pihak nya dan juga Maureen yang turut serta menyaksikan akad nikah itu.
"Apakah sudah siap?"tanya pak penghulu di balas anggukan oleh Aidan.
Setelah tadi sempat mendengarkan tilawah Al-Qur'an,dan juga beberapa patah kata tentang ceramah dan juga nasihat pernikahan kini tinggal ke inti acara. Yaitu prosesi pengucapan ijab qobul.
"Baik kita mulai, silahkan ayah dari pengantin wanita untuk menjabat tangan pengantin lelaki."intrupsi pak penghulu.
Sebelum menjabat tangan calon mertua Aidan terlebih dahulu menetralkan kegugupan nya,dengan menarik nafas dan membuangnya secara perlahan.
"Bismillahirrahmanirrahim, Aidan Arsyad Rafardhan bin Khalil Faturrahman. Saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan putri kandung saya Maureen Raisya rahdatul ulfah dengan mas kawin,uang tunai sebesar sembilan ratus juta tiga ratus dua puluh dua ribu,logam mulia lima puluh gram,dan satu set perhiasan diamond di bayar tunai."
"Saya terima nikah dan kawinnya, Maureen Raisya rahdatul ulfah dengan mas kawin tersebut tunai."ucap Aidan secara lantang dengan satu kali tarikan nafas.
"Bagaimana para saksi?"
"SAH."
"SAH..."
Bersamaan dengan kata dah di ucapkan, bersamaan dengan itu pula air mata kedua pengantin itu turun. Di ikuti dengan air mata dari sanak saudara yang hadir,entah itu dari Kaka,ibu,bibi,paman. Pasti ada beberapa orang yang mengeluarkan air matanya.
"Alhamdulillah,Baarakallahu laka wa baarakaa alaika wa jama'a bainakumaa fii khoir.” pak penghulu pun memimpin doa untuk kedua pengantin yang sudah sah menjadi suami istri itu.
Setelah doa selesai,Aidan langsung memeluk tubuh sang ayah yang berada di samping nya.
"Barakallah nak, sekarang kamu sudah menjadi seorang suami."ucap pak khalil.
"Silahkan pengantin wanita bisa di bawa kesini."
"Alhamdulillah barakallah dek."Shafa langsung memeluk tubuh adiknya.
"Aaa sahabat gue udah jadi bini orang."kedua wanita tersebut saling memeluk tubuh Maureen dengan berlinang air mata.
"Nak ayo bawa Maureen nya ke aula."ucap mama Hana menghentikan tangisan mereka.
Maureen pun berjalan ke arah aula akad nikah,dengan kakak nya di samping kiri,mama Hana di samping kanan dan juga Kanara di belakang.
Maureen tampak anggun dengan balutan kebaya putih nya,serta mahkota kecil di atas kepalanya yang saat ini sudah tertutup dengan hijab.
Mama Hana melihat ke arah Maureen,ada perasaan haru,sedih, bahagia yang mama Hana rasakan. Walaupun Maureen bukan anak kandungnya,tapi rasa sayangnya pada Maureen pun besar.
Apalagi wajah Maureen yang sangat mirip dengan madunya yang dimana madunya sendiri itu adalah sahabat nya, membuat dia seakan bisa melihat madunya dalam diri Maureen.
"Nisa sekarang anak mu sudah menikah nis,aku sudah menepati janjiku membawanya sampai ke laki laki yang insyaallah bisa menjaga dan membahagiakan dia."batin mama Hana.
Tanpa terasa air matanya pun menetes,namun segera mama Hana hapus.
Setelah sampai di hadapan Aidan,ketiga perempuan itu pun pergi meninggalkan Maureen sendiri.
Aidan sempat terpaku dengan kecantikan Maureen. Tidak pakai make up saja sudah Aidan akui jika Maureen itu cantik, melebihi Shafa. Apalagi ini memakai make up apalagi dengan balutan hijab semakin membuat Aidan terpesona.
Aidan pun mengulurkan tangannya,dan di terima oleh Maureen lalu mencium nya. Saat tangan kanan Aidan di cium oleh Maureen,maka tangan kiri Aidan bergerak ke atas ubun ubun Maureen lalu mengucapkan doa untuk keberkahan rumah tangganya.
Setelah Aidan menyelesaikan doanya barulah tangan Aidan kembali pada posisi semula, Maureen pun melepaskan tangan Aidan.
Awalnya Maureen ingin mundur sedikit karena jaraknya dengan Aidan sangat dekat,namun tangannya malah di tahan oleh Aidan dan malah Aidan menarik nya untuk lebih dekat.
Maureen pun melototkan matanya,menatap garang ke arah Aidan,namun tak sama sekali di hiraukan oleh Aidan. Malah Aidan mendekatkan wajahnya pada wajah Maureen.
Melihat wajah Aidan yang maju, Maureen pun langsung menutup matanya,dia kira Aidan akan mencium nya ternyata....
"Pede banget mau saya cium sampai tutup mata."bisik Aidan dengan nada meledek nya.
Maureen pun langsung membuka kembali matanya,dan langsung menatap Aidan dengan tajam dan kesal.
Aidan pun puas mengerjai Maureen.
"Bap-"geram Maureen terpendam.
Cup
Belum sempat Maureen menyelesaikan ucapan nya,Aidan sudah mencium kening Maureen. Semakin membuat Maureen kaget dengan perbuatan dari dosen sekaligus suaminya itu.
"Assalamualaikum istri ku."bisik Aidan sebelum kembali menjauhkan wajahnya.
Setelah nya mereka pun berjalan beriringan naik ke atas pelaminan,dengan kedua tangan saling bergandengan.
Ya, sejujurnya sih Maureen enggan bergandengan,namun karena heels yang dia pakai tinggi serta Aidan pun mengulurkan tangannya,dengan terpaksa Maureen menerima nya.
"pak lepasin ih."ucap Maureen saat mereka sudah berada di atas pelaminan.
Aidan pun melepaskan tangan nya. "senyum jangan cemberut gitu, nanti di kira kamu gak bahagia sama pernikahan ini. terus nanti gimana respon para tamu yang datang kalau liat muka kamu,kayak terpaksa gitu nikah sama saya."ucap Aidan.
Walaupun sebenarnya wajah Maureen tak menampakkan dengan jelas cemberut ataupun apa yang di katakan oleh Aidan,masih terlihat biasa datar dan dingin tanpa ekspresi.
Namun alangkah baiknya Aidan menegur itu agar Maureen sedikit memperlihatkan wajah bahagia nya, walaupun sebenarnya terpaksa.
"Emang kenyataan gitu pak."jawab Maureen.
"setidaknya tunjukkan sedikit senyuman agar orang lain tak berpikir macam macam tentang itu,jangan menampilkan muka dingin tanpa ekspresi seperti itu."ucap Aidan.
"ck bapak juga sama kok."
Ya,memang benar Aidan pun sama menampilkan muka tanpa ekspresi nya seperti Maureen. Namun ya memang seperti itu setelan dari pabriknya.
Entah mungkin jika Aidan terlihat tersenyum lebar di hadapan orang banyak, sepertinya pabrik gula akan tutup.
mewek, emosi, gregetan pokoknya jd satu.
biar tau rasa