Di nikahi Om Om sexy dan tajir melintir, siapa yang menolak?
Alula Humaira, gadis 18 tahun ini di nikahi oleh lelaki super seksi dan super kaya.
Rayden Mas Rafael, pria berdarah Jawa Italia ini terpaksa harus menikahi Alula karena jebakan lelucon dari kekasihnya.
Emelly, violinis super cantik yang menipu kekasihnya dengan mengirimkan Alula sebagai istri pengganti.
Bagaimana kisah selanjutnya? Mampukah Alula bertahan hidup dengan lelaki kaya raya yang asing baginya?
NB _ Ini termasuk cerita ringan dan santai, tapi masalah konflik, kita lihat saja kedepannya, hehe.... Biasanya aku suka konflik yang lebih greget....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Usaha melupakan
Malam ke dua Alula tidur di rumah lamanya, benar-benar sepi yang Alula rasakan meskipun Aryan, Nakula, Rini dan keponakannya ada, kebersamaan ini terasa asing, apa artinya Alula sudah terbiasa dengan kehidupan barunya? Entah juga.
Alula kembali tanpa Ayu yang manis, tanpa Arga yang rese, tanpa Karlina yang lembut, tanpa Raden yang selalu memperhatikan kondisinya secara mendetail.
Dalam ruang tengah sederhana Alula duduk pada sofa coklat usang menghadapi televisi, di meja makan sana ada Rini istri Aryan yang terus mengomel tidak jelas.
"Sudah bagus ada yang mau memberikan kita tempat tinggal baru, kenapa pindah ke sini lagi? Kalian kapan punya pikiran maju nya? Terus mengenang orang tua yang sudah tidak ada. Lula lagi. Jadi istri konglomerat harus menurut supaya tidak di pulangkan."
Bukannya menyahut Alula sibuk dengan pergulatan batinnya sendiri, menonton film Korea tapi pikirannya entah mengarah pada siapa.
"Kamu kapan diam nya? Sudah capek dengarnya. Urusan Lula bukan urusan kamu, Lula masih mau kuliah, menikah bukan rencananya, dia juga masih belum cukup umur untuk menikah." Bela Aryan.
"Kalian Abang adik sama saja!" Rini membanting lap di tangannya kemudian meraih putranya dan masuk ke dalam kamar miliknya masih dengan kecumik bibirnya.
Kemarin Rini bisa pamer rumah baru pada teman-temannya, karena Raden dia memiliki tempat tinggal yang layak lalu sekarang kembali ke rumah usang karena Alula lebih menginginkan itu.
Padahal di TK anaknya, semua ibu-ibu suka menghinanya. Dan semenjak Raden menjadi suami Alula Rini tidak lagi terhina.
Tak lama kemudian Aryan menyusul istrinya ke kamar sementara Nakula duduk di sisi saudara kembar nya yang menangis sesenggukan.
"Kamu nangis?" Nakula meraih tisu dari atas meja lalu memberikannya pada Alula.
"Filmnya sedih." Lirih Alula mewek.
Nakula mengernyit, tidak masuk akal jika film yang Alula tonton sedih. "Itu film komedi Lula."
"Tapi sedih." Sanggah Alula kekeuh.
Nakula meraih remote control lalu mematikan televisinya. "Ya sudah jangan nonton saja dari pada bikin kamu nangis!" Ketus nya.
"Jangan!" Alula berteriak sambil terisak memukuli saudaranya.
"Kenapa?" Balas Nakula yang juga berteriak.
"Nanti nggak ada alasan buat aku nangis lagi." Sendu Alula lirih.
"Ya bagus dong, ngapain nangis?"
Alula menggeleng. "Nggak tau, aku terus mikirin Om Raden, di kamar, di sini bahkan ke toilet pun Lula inget dia, huhu." Kembali wanita itu terisak.
"Kamu kangen?"
"Ngapain aku kangen? Dia ajah nggak kangen aku, setelah membuat ku di posisi tersulit, dia membuang ku."
Terkadang, Alula sendiri tak mengerti dengan perasaannya, kedewasaan masih perlu dia gali kembali untuk memahami situasi diri.
Pagi telah menebar aroma damai, kesejukan embun tersiar bersamaan dengan aroma nasi goreng yang membuat perut lapar.
Alula bersiap dengan pakaian kuliah, di lemarinya tak ada pakaian lama, jelas Raden sudah menggantinya dengan yang baru.
Mau tak mau Alula memakainya, Alula membereskan buku-buku, kemudian keluar dengan menenteng tas miliknya setelah rapi.
Di meja makan sana Nakula sudah menghadapi piring berisi nasi goreng spesial, Alula pun duduk di sisi Nakula menghadapi piring miliknya.
Aryan memang sering membuat sarapan untuk adik-adiknya sebab istri Aryan tak mau mengurus Nakula dan Alula.
Aryan menyusul duduk lalu memberikan uang saku Nakula dan Alula dengan jumlah yang sama besarnya yaitu lima ratus ribu rupiah.
Nakula melirik abangnya. "Kok banyak banget Bang? Memangnya kak Rini nggak marah? Nula memang masih punya kartu kredit fasilitas Bang Raden tapi Nula nggak berniat memakainya karena Lula sudah tidak tinggal di rumah Bang Raden, tapi lima ratus ribu dari mu terlalu banyak bagi ku."
"Tidak apa. Abang masih kerja di perusahaan Raden. Jadi Abang masih punya uang untuk jajan kalian, tidak usah memikirkan apa pun, tugas kalian cukup kuliah saja yang bener, tidak perlu protes." Sambung Aryan.
Alula menatap abangnya. "Apa Abang tidak mau keluar dari perusahaan Om Raden?" Tanyanya.
Aryan menggeleng. "Tidak Lula, kamu kan tahu, Abang sudah lama menganggur dan baru dapat pekerjaan lagi setelah sekian lama. Abang tidak mau kehilangan pekerjaan lagi sebelum mendapatkan pekerjaan yang baru, setidaknya Abang kan masih bisa memberikan uang jajan tanpa perlu berdebat dengan Ka Rini mu."
"Iya sih." Sahut Alula lirih, apa yang di ucapkan Aryan memang benar adanya.
Semua butuh materi, setidaknya sambil mencari peluang baru jangan membuang yang lama dahulu.
"Ya sudah, habiskan sarapan lalu berangkat." Titah Aryan.
Nakula kembali menatap Aryan sambil masih mengolah makanannya. "Oya, dua Minggu lagi Nula sama Lula mau ada camping mahasiswa baru. Abang punya duit kan buat kita ikutan?" Tanyanya.
Aryan mengangguk. "Ada. Kan sudah Abang bilang, kalian cukup kuliah yang bener. Uang jajan kalian nanti Abang yang tanggung."
"Iya. Terima kasih, semoga rezeki Abang terus mengalir dari arah mana saja." Timpal Alula.
...----------------...
Hari berlalu begitu saja, seperti biasa, sore ini Alula mengisi waktu luang dengan mendatangi toko komik.
Dari dulu, Alula memang gadis yang gemar membaca, bahkan sering kali ikut lomba menggambar karakter animasi di berbagai event.
Toko yang lengkap dengan ruang baca ini menjadi tempat favorit Alula dari semenjak dirinya masih duduk di bangku SMP.
Buku lebar dengan banyak sketsa itu Alula letakkan di meja kemudian membukanya setelah duduk.
Tas punggung miliknya pun Alula letakkan di atas pangkuannya. Dia mulai meraih tempat pensil khusus gambar dan mulai menorehkan goresan seni di atas kertas'nya.
Sudah sekitar satu Minggu Alula mengerjakan karya iseng dengan judul My Posesif Rich Man.
Rencananya, komik itu akan Alula alihkan ke digital dan di rilis setelah mendapatkan beberapa puluh bab alurnya.
Galang yang akan membantunya merilis karya isengnya tersebut. Dan ini adalah, karya pertama Alula.
Dari pada memikirkan kesakitan hatinya, Alula lebih memilih menuangkan kerinduannya kepada sebuah goresan pena arang.
Wajah karakter yang Alula buat tak jauh berbeda dengan fisik suaminya dan tokoh perempuannya pun sangat mirip dengan dirinya.
Di campakkan, adalah alur cerita yang Alula ambil untuk karya pertamanya.
"Cinta itu buta, cinta itu tidak nalar, cinta itu hanya menguras tenaga, cinta tidak layak di miliki, cinta perlu pemahaman yang baik, tapi untuk memahami sebuah cinta kita membutuhkan waktu setengah abad hidup bersama nya."
Untaian kata kata yang tiba-tiba Alula dengar membuat gadis itu menoleh ke samping kanan.
Sama persis seperti satu tahun yang lalu Arga duduk dengan menyertakan minuman kalengnya di atas meja.
"Ngapain kamu?" Sambar Alula ketus.
Arga menoleh dengan memasang wajah sok terkejut bahkan menutup mulutnya. "OMG kakak ipar. Kau di sini?"
Alula menggeleng. "Aku tahu kamu sengaja duduk di sini."
"Tidak sengaja seperti tahun lalu." Sanggah Arga dan Alula mengernyit.
"Kau tahu kakak ipar. Satu tahun yang lalu aku sempat berdoa kepada Tuhan yang maha esa, Ya Tuhan jangan buat gadis galak itu menjadi jodoh ku, akhirnya terkabul, kau menjadi istri Mas ku, syukurlah." Kata Arga menyengir.
"Dih." Kejut Alula. "Stress emang ni orang." Batinnya. Hanya dahi yang berkerut tanpa berani menyeletuk.
"Jangan GeEr, aku hanya salah satu korban novel online yang berkisah tentang pertemuan tidak sengaja, bertengkar hebat di toko komik lalu berjodoh."
Alula memutar bola matanya. "Astaga."
"Terlepas dari semua ketidaksengajaan ubsurd ini, aku pangling melihat mu, dulu kau sangat lusuh dan sekarang sangat manis setelah bertemu Mas ku." Puji Arga tersenyum.
Lalu bagaimana cara Alula melupakan Raden? Sementara semua yang berhubungan dengan lelaki penguasa itu masih sering nampak di retina.
bisa mati rasa