Tawanya, senyumnya, suara lembutnya adalah hal terindah yang pernah aku miliki dalam hidupku. Semua yang membuatnya tertawa, aku berusaha untuk melakukannya.
Meski awalnya dia tidak terlihat di mataku, tapi dia terus membuat dirinya tampak di mata dan hatiku. Namun, agaknya Tuhan tidak mengizinkan aku selamanya membuatnya tertawa.
Meksipun demikian hingga di akhir cerita kami, dia tetaplah tersenyum seraya mengucapkan kata cinta terindah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sweet Marriage 16
Hari demi hari berlalu begitu saja. Ravi benar-benar melakukan rencananya untuk memerhatikan Leina dengan serius, dia juga memanggil asisten rumah tangga namun sesuai keinginan Leina, art itu tidak menginap di kediaman mereka. Hanya datang pagi dan kemudian pulang sore.
Ravi juga mendukung keputusan Leina untuk mengajari Leon lebih cepat. Hanya saja Ravi memberi peringatan kepada Leina untuk tidak memforsir otak dan tubuhnya.
Dan setelah beberapa hari Leon merajuk tidak masuk kantor, kini anak itu muncul juga di ruangan Leina. Sebuah senyuman manis Leina kembangkan untuk sang adik.
Leina menarik tangan Leon lalu membawanya duduk di sofa. Tangannya mengulur, lalu membelai rambut Leon yang halus.
" Maafin Mbak ya kalau Mbak agak maksa kamu. Kamu masih marah sama Mbak?"
" Udah nggak kok, tapi Mbak Na jangan gitu lagi ya. Aku kan nggak sepinter Mbak Na. Eeh Mbak Na pakai hijab sekarang? Cantik."
Mbak Na, adalah panggilan khusus Leon terhadapa Leina. Jika sudah memanggil begitu, maka itu tandanya Leon sudah tidak marah dan merajuk terhadap sang kakak. Dan ternyata Leon juga menyukai tampilan Leina yang sekarang.
Leina pun juga merasa sangat lega, Leon sudah kembali lagi seperti sebelumnya. Ya, dia memang harus lebih sabar dalam menghadapi Leon. Lagi pula dia masih memiliki cukup waktu untuk mengajari Leon. Dia tidak bisa memburu adik lelakinya itu karena memang cara berpikir dan pola belajar mereka yang berbeda.
" Kalau gitu, apa yang akan kita mulai untuk hari ini. Mau belajar atau ngerjain disertasi mu?"
" Ehmmm belajar dulu aja, beberapa hari aku nggak masuk kantor kan udah nyicil ngerjain penelitian."
Sebuah acungan jempol dilakukan oleh Leina, ia juga mengacak rambut Leon dan tiba-tiba memeluk sang adik. Begitu sayangnya Leina kepada Leon sehingga ia ingin membuat adiknya itu bisa menjadi seorang yang hebat dengan membawa nama Dewantara.
" Ish Mbak Na apaan ish, ngacak-acak rambut sama tiba-tiba meluk gini. Rambut aku jadi berantakan nih."
Leina terkekeh kecil melihat Leon yang langsung merapikan rambutnya dengan sisir yang ada di dalam sakunya. Adik lelakinya itu sebenarnya orang yang perfeksionis dalam berpenampilan. Dan ucapan kesal Leon tadi pun tidak sepenuhnya dari hati, karena setiap bertemu Leina pasti Leon akan mendapati rambutnya yang diacak-acak.
Detik berganti menit, dan menit berganti jam, keduanya terlibat dalam kegiatan yang seru. Ya Leina memberikan sebuah pembelajaran yang menyenangkan kepada Leon.
Hari ini Leon belajar tentang semua usaha yang dinaungi DCC, termasuk pengembangan real estate di dalamnya.
Bukan hanya itu, Leina juga menjelaskan mengenai DIS yang juga dibawah naungan DCC. Akan tetapi Leina menegaskan kepada Leon untuk tidak mengusik DIS karena itu sepenuhnya sudah diserahkan kepada keluarga paman mereka.
Sejarah keluarga DCC pun juga Leina ceritakan kepada Leon secara lebih rinci.
" Jadi maksud Mbak Na, dulu tuh Papa obses buat miliki DCC. Dan ngajak saingan Om Juna, tapi ternyata Om Juna nggak pengen sama sekali?"
" Yups bener begitu, Om Juna adalah cicit Kakek yang tidak pernah menginginkan DCC sama sekali. Padahal dia kandidat sempurna. Dan see, dia berhasil dengan usahanya sendiri mendirikan Star Building menjadi salah satu perusahaan yang patut diperhitungkan."
Leon terdiam, ia mencoba menelaah semua yang diberikan oleh sang kakak. Pelajaran selanjutnya pun harus terhenti karena pintu ruangan Leina diketuk. Seseorang yang keduanya sangat kenal itu masuk ke dalam dengan membawa beberapa paper bag.
" Ohooo cinta itu emang indah yak?" gurau Leon seketika.
" Mas, ada apa kemari?"
" Bawain kamu makan siang. Leon, kamu juga makan sekalian ya."
Jika Leon tersenyum penuh rasa senang, maka Leina terkejut melihat Ravi yang sekarang ini sudah duduk di depannya sambil mengeluarkan beberapa makanan yang ternyata adalah makanan kesukaannya.
Ia memandangi Ravi dengan penuh rasa bingung. Sikap Ravi benar-benar benar-benar menjadi lain. Bukannya berubah karena pada dasarnya Ravi memanglah seperhatian itu. Tapi Leina perasaan Leina menjadi aneh sekarang.
Ada rasa bergetar dalam dadanya, dan jantungnya mulai berdegup. Apalagi saat melihat Ravi yang menyiapkan makanan untuknya, Leina merasa ketampanan Ravi bertambah berkali-kali lipat.
Sejenak terlena oleh wajah sang sumi, Leina segera menggelengkan kepalanya cepat dan mengusir anggapan bahwa Ravi begitu tampan saat ini.
" Lei kamu kenapa? Apa makanannya nggak sesuai sama seleramu?"
" Eh, nggak kok Mas. Aku suka, makasih ya."
" Nah kalau gitu, nih kamu makan ya."
Melihat Ravi begitu lembut dalam memperlakukan Leina, Leon sungguh terkejut karena baru kali ini melihat sisi Ravi yang seperti itu. Tapi di sisi lain dia bersyukur bahwa keputusan sang kakak untuk menikah dengan Ravi adalah keputusan yang tepat.
" Ughhh maninya cinta dan pengantin baru ini. Duuug berasa jadi obat nyamuk nih. Buru-buru kabur ke tempat Papa ah."
Sraak
Tap tap tap
" Leoooooon!"
Leon benar-benar pergi meninggalkan Leina dan Ravi dengan membawa tempat makan yang tadi sudah mulai dia makan.
Revi hanya menggelengkan kepalanya pelan melihat tingkah adik iparnya itu. Sebenarnya Ravi sendiri tidak heran karena adiknya pun juga suka bersikap absurd.
" Lei jangan peduliin, makan lah. Kamu nggak lupa bawa obat kamu kan?"
" Iya Mas nggak, maaf dan makasih ya, kamu malah repot-repot buat kesini. Padahal aku yakin kamu lagi sibuk buat pembukaan cabang bari."
Hanya sebuah lengkungan senyum yang Ravi perlihatkan pada Leina. Sungguh dia tidak peduli dengan kantor cabang itu, saat ini dia hanya ingin membuat banyak kenangan dengan wanita yang duduk di depannya itu sebanyak mungkin.
" Entah perasaan apa ini, yang pasti aku hanya ingin lebih banyak menghabiskan waktu dengan mu Lei."
TBC
😭😭😭😭😭😭😭
Bnr" nih author,sungguh teganya dirimuuuuu
Semangat berkarya thoor💪🏻💪🏻👍🏻👍🏻
gara" nangis tnp sebab
😭😭😭😭😭
bnr" nih author
pasti sdh ada rasa yg lbih dari rasa sayang kpd teman,cuman Ravi blum mnyadarinya...
bab". mngandung bawang jahat😭😭😭😭😭
Mski blum ada kata cinta tapi Ravu suami yg sangat peka & diandalkan...
aq padamu mas Ravi😍