*Juara 1 YAAW 9*
Tiga tahun mengarungi bahtera rumah tangga, Vira belum juga mampu memberikan keturunan pada sang suami. Awalnya hal ini tampak biasa saja, tetapi kemudian menjadi satu beban yang memaksa Vira untuk pasrah menerima permintaan sang mertua.
"Demi bahagiamu, aku ikhlaskan satu tanganmu di dalam genggamannya. Sekalipun ini sangat menyakitkan untukku. Ini mungkin takdir yang terbaik untuk kita."
Lantas apa sebenarnya yang menjadi permintaan ibu mertua Vira? Sanggupkah Vira menahan semua lukanya?
Ig. reni_nofita79
fb. reni nofita
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20. Pertengkaran Ibu dan Vira.
Setelah Yudha pergi, ibu langsung mendekati Vira. Tampak wajahnya sangat tegang. Melihat Vira yang sedang membereskan meja bekas mereka sarapan, ibu lalu kembali memukul meja membuat makanan kembali berantakan.
"Apa yang kamu katakan sehingga Yudha mulai berani melawan?" tanya Ibu dengan suara tinggi.
"Aku tidak mengatakan apa-apa, Bu," jawab Vira dengan lembut.
"Jangan berbohong. Apa kau pikir aku percaya denganmu? Pasti kau ingin melihat Yudha melawanku!"
"Bu, aku tidak pernah menghasut Mas Yudha untuk melawan ibu. Aku juga tidak pernah berbohong!" ucap Vira dengan suara tinggi, mulai terbawa emosi.
Ibu yang mendengar suara Vira sedikit tinggi menjadi heran dan mulai terbawa emosi juga. Dia mengambil gelas lalu membantingnya ke lantai.
Vira tambah terbawa emosi, dia telah menahan dari satu tahun melihat perlakuan ibu mertuanya. Dia hanyalah manusia biasa yang memiliki keterbatasan kesabaran.
"Kenapa ibu membanting gelas?" tanya Vira ketus.
Ibu menatap Vira dengan berkacak pinggang. Napasnya tampak terburu. Ibu Desy sudah sangat emosi.
"Aku tahu kamu tidak pernah suka dengan kehadiranku di sini! Tapi perlu kamu tahu, aku bisa saja meminta Yudha untuk menceraikan kamu. Seandainya itu terjadi, kamu mau apa? Sudah syukur aku masih memikirkan kamu!" ucap Ibu dengan emosi.
Vira tersenyum dengan sinis. Dia menatap ibu mertuanya itu. Selama ini, mungkin ibu mertuanya tidak tahu dengan apa yang terjadi dalam rumah tangga anaknya. Mungkin dia berpikir, Yudha putranya bergaji sangat besar. Padahal baru enam bulan belakangan ini gaji Yudha besar. Selama ini gaji pria itu hanya cukup untuk biaya hidup ibunya dan kakak Yudha saja.
"Dengar, Bu. Rumah ini milikku. Dibeli dengan uang gajiku. Begitu juga semua perabot di rumah ini. Mas Yudha baru enam bulan ini naik jabatan. Uangnya hanya cukup buat ibu dan kakak Yuni. Sedangkan kebutuhan sehari-hari dari gajiku. Uang yang dia berikan pada ibu untuk kebutuhan itu, sebagian juga dari gajiku!" ucap Vira dengan penuh penekanan.
"Aku harap ibu bisa menjaga semua yang ada di sini. Aku membeli dengan uang hasil keringatku. Jangan pernah merusak apapun yang ada di rumah ini!" ucap Vira lagi.
Ibu Desy terlihat sangat kaget dengan penuturan yang Vira katakan. Dia tampaknya belum percaya. Terbukti setelah itu, dia tersenyum sinis.
"Apa kau sedang bermimpi? Mungkin rumah ini atas namamu, aku rasa itu juga diberikan karena Yudha yang terlalu bodoh, terlalu mengikuti maumu dan juga terlalu mencintai wanita seperti kamu yang tidak tahu asal usulnya. Jika saja dia mau dengan Diah, anak Pak Kades, mungkin hidupku telah tenang dan senang!"
Vira tersenyum mendengar ucapan ibu mertuanya. Jadi selama ini dia tidak menyukai Vira karena berasal dari panti asuhan. Yudha memang pernah mengatakan jika dia sempat dijodohkan dengan anak kepala desa tempat dia tinggal.
"Jika ibu tidak percaya, Ibu bisa tanyakan dengan Yudha kebenaran semua ini," ucap Vira.
Setelah mengucapkan itu, Vira melangkah meninggalkan dapur. Tidak peduli jika dapur yang masih berantakan dan juga kotor. Dari pada dia tetap didekat mertuanya, Vira takut nanti keluar kata-kata yang kasar.
Melihat Vira yang pergi meninggalkan dapur. Darah ibu terasa mendidih. Diikutinya langkah Vira. Baru saja dia ingin berteriak marah, terdengar suara ketukan dan suara seseorang memanggil dirinya.
Ibu mengurungkan niatnya. Dia lalu mengurungkan niatnya yang ingin kembali berdebat dengan Vira.
Saat membuka pintu dan melihat Weny yang datang, senyum semringah langsung diberikan ke wanita itu. Ibu mempersilakan Weny masuk.
Wanita itu langsung menuju dapur. Ingin mengambil piring buat makanan yang dia bawa untuk calon ibu mertuanya.
Melihat meja yang sedikit berantakan dan pecahan gelas berserakan di lantai, dahi Weny berkerut. Menebak apa yang baru saja terjadi.
"Apa ini? Apa tante dan Mbak Vira habis bertengkar? tanya Weny.
Kali ini kembali ibu menjawab dengan anggukan kepala. Weny tampak menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Mbak Vira keterlaluan, bertengkar sampai melempar ibu dengan gelas."
Weny menaruh makanan yang dia bawa ke atas meja. Mengambil sapu dan membersihkan pecahan kaca itu.
"Ibu memang tidak salah memilih kamu menjadi istrinya Yudha," ucap ibu dengan lirih.
...****************...