Rama Abimana, seorang pengusaha mudah yang di khianati oleh tunangannya sendiri. Dia dengan sengaja berselingkuh dengan sekretarisnya karena alasan yang tak masuk akal.
Hingga akhirnya dia memutuskan untuk membalas dendam dengan menikahi seorang wanita secepatnya.
Siapakah wanita yang beruntung di nikahi oleh seorang Rama Abimana?
Seorang pengusaha muda terkaya sekaligus pewaris tunggal perusahaan besar Abimana Corporation.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rishalin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
Setibanya dirumah mereka disambut hangat oleh Bu Darmi yang sudah menunggu mereka sejak tadi, Bu Darmi sudah menyiapkan beberapa hidangan untuk disantap bersama.
Mereka akhirnya makan bersama dengan diselingi beberapa canda tawa, Vika bisa sedikit melupakan kesedihannya berkat kehadiran Rama, Syarin dan Bu Darmi.
Vika yang teringat akan sesuatu segera melangkah lebar menuju dapur, meraih sekotak makanan dalam kulkas lalu segera menghangatkannya.
"Ini makanan yang dibelikan Mas David untukku saat ia dalam perjalanan pulang sebelum mengalami kecelakaan, aku harap kalian bisa ikut menikmati satu-satunya peninggalan Mas David." Vika menyodorkan sebuah piring yang berisi cumi bakar yang sudah dihangatkannya tadi.
Satu persatu mereka meraih potongan cumi dalam piring tersebut dengan mata yang berkaca-kaca, kesedihan kembali melanda mereka disela-sela mengunyah makanannya.
Keheningan akhirnya begitu terasa saat Rama, Syarin dan Bu Darmi pamit pulang, dua pelukan hangat mendarat ditubuh Vika dengan usapan lembut dibahunya.
"Maaf ya kami tidak bisa berlama menemani kamu, karena kami masih punya beberapa urusan dirumah, kami harap kamu tetap tegar dalam menghadapi semuanya." sebuah usapan lembut mendarat dipuncak kepala Vika.
"Iya tidak apa-apa, aku tahu kalian punya urusan yang lebih penting selain mengurus hidupku. Kalian tenang saja, aku sudah bisa menerima keadaan berkat kehadiran kalian, terima kasih karena kalian masih menerimaku dengan baik." bibir Vika mengukir senyum yang sedikit dipaksakan.
Vika menatap nanar kepergian tiga orang yang sudah sedikit menghiburnya tadi, ia membalikan tubuhnya untuk melangkah masuk setelah tubuh mereka bertiga menghilang dibalik pagar.
Ia menghela napas berat saat menatap suasana rumah yang sebelumnya sepi kini semakin sepi setelah kepergian David.
Tidak ada lagi suara deru motor yang akan ia nanti kedatangannya, tidak ada lagi buah tangan yang selalu dibawakan David meski hanya berharga beberapa ribu saja tapi mampu membuat bibirnya mengukir senyum.
Kini ia menyeret langkahnya menuju kamar dengan tatapan kosong, meringkukan tubuhnya diatas ranjang lalu mulai memejamkan mata, hari ini benar-benar hari terberat dalam hidupnya.
Baru saja beberapa saat ia memejamkan matanya ia sudah kembali terbangun ditempat yang terasa asing, tempat ini nampak indah dengan limpahan cahaya terang.
Ia sedikit menyipitkan matanya saat melihat siluet seorang pria yang kini tengah membelakanginya.
Dengan perlahan Vika mendekati pria yang berpakaian serba putih itu yang nampak tidak asing meski terlihat hanya dari belakang.
"Mas!" tangan Vika terulur meraih pundak pria itu, membuat ia seketika berbalik dengan mengukir senyum manis
"Mas David!" Vika segera berhambur memeluk pria dihadapannya.
"Kamu harus kuat ya, Sayang, aku titip anak kita, tolong besarkan dia dengan baik, agar tidak jerumus kedalam jurang dosa seperti kita. Aku pamit ya, semoga kamu hidup dengan baik meski tanpa kehadiranku dan kamu segera menemukan pria yang tepat untuk kembali mengisi hari-harimu." David mengurai pelukannya lalu tubuhnya menghilang ditelan cahaya terang.
"Mas David!!!!!" teriakan Vika menggema saat dirinya kembali terbangun didalam kamar dengan mata yang basah.
"Apa tadi salam perpisahan dari Mas David untukku?" Vika menyeka ujung matanya lalu segera beranjak menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Selesai membersihkan diri dan berpakaian, Vika melangkah keluar kamar, ia melirik sebuah kotak yang tertutup kain hitam yang berisi pemberian dari para pelayat.
Ia melangkah pelan menghampiri kotak itu lalu menyibak kain yang menutupnya, ia sedikit terkejut setelah melihat isi kotak itu sudah dipenuhi banyak amplop.
Ia membuka amplop tersebut satu persatu yang rata-rata isinya lembaran uang merah, ia menghitung jumlah uang yang sudah terkumpul.
Ia semakin dibuat terkejut saat jumlahnya mencapai sepuluh juta lebih, ia yakin jika ini semua pasti ulah Rama.
Sementara ditempat lain Mama Susan mendaratkan kepalanya didada bidang milik sang suami.
"Apa ini sebuah karma atas apa yang sudah kita lakukan dulu, tapi kenapa karma itu harus menimpa anak kita? Kenapa tidak kita saja yang menerima semua karma itu?" Mama Susan mulai menitikan air mata dipelukan Suaminya.
"Tolong jangan pernah mengungkit hal itu lagi, akan bahaya jika ada seseorang yang mendengarnya, kita tutup rapat saja kenangan buruk itu. Jika bukan karena hal itu, mungkin hidup kita masih sengsara sampai sekarang." Pak Anton mengurai pelukannya lalu menatap Mama Susan tajam.
"Tapi Mama tidak mau hidup dengan terus dihantui rasa bersalah. Secara tidak langsung kita sudah membunuh dua orang." Mama Susan menundukan kepalanya.
"Cukup..!!" Bentak Pak Anton cepat. "Sebentar lagi anak pemilik restoran akan pulang dari luar negeri dan akan mengambil alih kepemilikan, jadi tutup mulutmu rapat-rapat." Pak Anton berlalu begitu saja meninggalkan Mama Susan disana.
***
Dan waktu...
Ia berlalu dengan cepat tanpa terasa, bergulir seiring hari yang berubah menjadi bulan, mengalir alami layaknya aliran air sungai, dan bertiup lembut layaknya angin.
Vika kini menjalani hari-harinya dalam sebuah kontrakan kecil dikota lain, Vika lebih memilih meninggalkan rumah kecil peninggalan David, karena rumah itu masih memiliki cicilan selama sepuluh tahun.
Vika tidak akan sanggup jika harus tetap tinggal dirumah itu, terlebih ia tidak ingin terus merepotkan Rama dengan beban hidupnya.
Vika kini berkerja disalah satu restoran sebagai buruh cuci piring, usia kandungan yang memasuki trimester akhir membuatnya harus berkerja lebih keras, mengumpulkan uang untuk biaya melahirkannya nanti.
Uang dari para pelayat Vika gunakan untuk menyambung hidup dan membeli beberapa pelengkapan bayi secukupnya.
***
Sementara Rama dan Syarin menjalani hidup mereka dengan lebih bahagia, kedekatan diantara keduanya sudah mulai terjalin dan kini Syarin tengah mengandung masa trimester awal yang di jaga ketat oleh Rama dan Bu Windy.
Mereka berdua kini tengah berada dibandara untuk menjemput keponakan Rama yang sudah cukup lama menimba ilmu diluar negri.
Darren Abimana, sebuah nama yang turut mengusung nama besar keluarga Abimana, namun sayang sebuah nasib na'as harus menimpanya ketika harus kehilangan kedua orang tuanya diusianya yang masih kecil.
Kedua orang tuanya meninggal dalam sebuah kecelakaan mobil, mobil kedua orang tua Darren disabotase oleh seseorang dengan memotong kabel remnya.
Darren terlahir dari pasangan suami-istri Salman Abimana dan Rianti Shana yang merupakan adik kandung Windy Abimana.
Ya, ayahnya Darren adalah adik kandung Bu Windy yang seharusnya kini mewarisi kekayaan keluarga Abimana, namun sayang dirinya lebih dulu dipanggil oleh Tuhan dengan cara yang cukup tragis.
Darren terpaksa dititipkan disebuah yayasan khusus anak-anak yang tidak memiliki orang tua, karena kalian tahu sendiri jika Bu Windy kurang suka dengan anak-anak.
Bahkan untuk membesarkan Rama saja ia serahkan sepenuhnya pada seorang ahli pendidik anak.
Tapi, Darren lebih senang di titipkan di yayasan daripada harus tinggal bersama wanita yang sering bertingkah diluar nurul.
Ya, Darren tahu betul bagaimana sikap Bibinya itu, karena dulu mereka sempat tinggal serumah sebelum neneknya meninggal.
Daren ditinggal kedua orang tuanya saat usianya masih 12 tahun, terlahir dari keluarga kaya membuatnya memiliki banyak warisan diusianya yang masih muda.
Ia bahkan kini sudah memiliki sebuah restoran dengan banyak cabang disetiap daerahnya, tak heran jika Darren kini tengah digandrungi banyak wanita.
"Kamu apa kabar?" Darren menjabat tangan Rama lalu disusul dengan pelukan erat setelahnya.
"Baik, gimana kuliahnya sudah selesai?" Rama mengurai pelukannya lalu menepuk bahu Darren.
"Alhamdulilah sudah, sekarang aku mau mulai menjalankan bisnis Ayah sekaligus mencari orang yang sudah membunuh kedua orang tuaku." Darren meremas erat bukti manifest penerbangannya.
"Kamu masih menyimpan dendam padanya sampai sekarang?" Tanya Rama saat dirinya hendak berlalu untuk menunaikan Shalat.
"Tentu saja, selama ini aku diam karena masih belum bisa memegang kendali atas kekayaanku sendiri, sekarang aku kembali dan akan menggantikan posisi Ayah untuk kembali menjalankan bisnisnya." tangan Darren terkepal erat.
"Syukurlah kalau kamu mau menggantikan posisi Ayahmu disini. Tapi, aku hanya ingin mengingatkan kalau memendam dendam terlalu lama itu, kurang baik."
"Iya aku tahu. Aku hanya mencoba melalukan sesuatu untuk mencari kebenaran tentang kematian kedua orang tuaku." Darren menghela napas panjang lalu melirik seorang wanita disamping Rama.
"Ah iya.. kenalkan, dia Istriku, namanya Syarin." Rama menggeser posisi Syarin untuk lebih dekat kearahnya.
"Apakah dia teman masa kecilmu yang selalu kamu ceritakan itu?" Darren berkata sambil mengulurkan tangannya.
Ia menatap kagum wanita itu, dia masih tetap terlihat cantik meski perutnya sedikit buncit.
"Ahh, bukan! Tolong jangan bahas dia lagi, dia kini sudah menjadi milik orang lain." Rama mengibaskan tangannya diudara.
"Ah iya.. aku paham." Darren mengangguk pelan.
Ketiganya kini melangkah keluar dari bandara setelah mengobrol selama beberapa saat, Darren terlihat menghirup udara segar disekitar bandara seperti seseorang yang baru saja terbebas dari penjara.
***********
***********
jadi penisirin.