Kebaikan hati seorang Arsy yang menolong seorang pemuda dan seorang kakek, membuat dirinya harus di kejar-kejar seorang pemuda yang terkenal kejam di dunia mafia. Kenapa?
Jika penasaran, baca yuk!
Oya, semua kisah dalam cerita ini hanyalah fiktif belaka. Tidak bermaksud untuk menyinggung siapapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 33
Arsy dan Arsa akhirnya tiba dirumah Fay, Naura berlari kecil menghampiri mereka. Padahal mobil mereka belum terparkir sempurna.
"Kok lama, dari tadi ditungguin," kata Naura.
"Ya jika cuma lima langkah pasti cepat sampai," jawab Arsy.
Arsy membawa kantong plastik lalu menyerahkan kepada Fay yang sudah menunggu mereka didepan pintu. Fay tersenyum lalu memeluk Arsy dengan kasih sayang.
"Kalian jarang sekali kemari, apa sibuk dengan restoran dan kuliah?" tanya Fay setelah Arsa dan Arsy mencium tangannya.
"Iya Ma, apalagi hari Sabtu dan Minggu, untung ada Naura dan Naufal membantu," jawab Arsy.
"Eits ralat, sebenarnya Zio yang paling antusias," timpal Naufal.
"Zio siapa Nak?" tanya Fay penasaran.
"Pacarnya Ar, Ma," sahut Naura.
"Bukan Ma, cuma teman kok. Awas kamu Nau."
"Kabur, singa mengamuk," canda Naura.
Arsy pun mengejar Naura yang lebih dulu kabur. Jika Arsy sudah berkata awas, artinya tidak bisa ditunggu, pasti akan menjadi sasaran amukan Arsy.
Ya, meskipun mereka cuma bercanda. Tapi mereka tidak segan-segan adu kekuatan beladiri masing-masing. Hitung-hitung sebagai latihan bagi mereka.
"Mama buat minuman dulu ya," kata Fay tanpa menghiraukan Arsy dan Naura saling kejar-kejaran.
Arsa dan Naufal juga tidak menghiraukan mereka. Menurut mereka itu sudah biasa. Hingga ada suara menegur mereka yang spontan membuat keduanya berhenti.
"Sudah cukup!" Terdengar suara berat dari arah pintu. Mereka semua menoleh kearah suara itu.
"Papa!" seru mereka berempat serentak.
"Duduk!" perintah Aldebaran. Aldebaran memang tegas kepada anak-anaknya. Semua itu ia lakukan hanya untuk mendidik anak-anaknya agar lebih mandiri.
"Papa sudah pulang?" tanya Fay yang sedang membawa minuman untuk mereka. Kemudian meletakkannya di meja.
Aldebaran tersenyum saat melihat istrinya. Kemudian ia menghampiri istrinya lalu mengecup keningnya.
Mereka sudah terbiasa dengan pemandangan itu. Justru mereka bahagia melihat orangtuanya akur dan selalu bahagia.
Hal-hal kecil yang ditunjukkan oleh orang tua mereka membawa dampak baik terhadap mereka. Dan itu bisa memberikan pelajaran bermanfaat untuk mereka di masa depan.
Fay kembali ke dapur untuk menyiapkan minuman untuk suaminya. Aldebaran pun ikut duduk bersama mereka sambil menikmati kue yang tadi dibeli oleh Arsa dan Arsy.
"Siapa yang buat kue ini?" tanya Aldebaran dengan lembut. berbeda dari tadi saat menegur Arsy dan Naura.
"Kak Arsa yang beli," jawab Arsy.
"Bukannya kamu yang beli, Dek?"
"Tapi kakak yang bayar, jadi otomatis kakak yang beli."
"Sudah, tidak penting siapa yang beli. Yang penting kita bisa makan sama-sama kue itu." Fay menengahi. Lalu menyerahkan kopi kepada suaminya.
"Duduk disini sayang," pinta Aldebaran pada istrinya. Fay pun menurut dan duduk disamping suaminya.
"Aku jamin, kamu juga bakalan bucin seperti itu," bisik Arsa pada Naufal.
"Kamu juga," balas Naufal.
"Jangan iri, suatu saat kalian akan merasakan indahnya cinta," timpal Aldebaran.
Mereka terdiam, mereka masih terlalu muda untuk mengenal itu semua. Baik Naufal maupun Arsa belum kepikiran untuk menjalin hubungan dengan lawan jenis.
Mereka belum menemukan gadis yang membuat hati mereka bergetar karenanya. Semua gadis di kampus mereka anggap biasa saja. Tidak ada yang istimewa menurut mereka.
Walaupun keduanya sangat diidolakan oleh para gadis di kampus, namun tidak ada satupun yang menarik perhatian mereka.
"Papa mau ke kamar dulu," pamit Aldebaran setelah menghabiskan minumannya dan memakan beberapa potong kue.
Fay juga pamit untuk melayani suaminya. Mungkin suaminya mau mandi atau apa? Lalu membiarkan mereka berempat untuk ngobrol di ruang tamu.
"Kamu nginap disini Nau?" tanya Arsy. Naura mengangguk, jarang-jarang dia menginap. Biasanya jika ia berkunjung selalu pulang dan tidak menginap.
Naura lebih suka tinggal bersama kakek dan neneknya. Bukan berarti orang tuanya tidak baik. Tapi Naura lebih memilih tinggal bersama Ram dan Cahaya.
Bahkan sejak kecil pun, Naura lebih dekat dengan Ram dan Cahaya ketimbang kedua orangtuanya.
Hingga hari semakin sore, Arsy dan Arsa pun pamit. Namun Fay memintanya untuk makan malam terlebih dahulu. Karena Fay sudah masak untuk mereka.
Tidak ada pilihan lain selain menerima ajakan Fay, lagipula, mereka tidak enak untuk menolak. Arsy numpang mandi di kamar Naura, sedangkan Arsa di kamar Naufal.
Soal pakaian ganti, tubuh dan tinggi badan mereka sama, jadi ukuran pakaian mereka juga sama.
"Ar, aku lihat ada lagi cowok yang mengikuti kamu, siapa?" tanya Naura penasaran.
Naura malas untuk menyelidiki orang, jadi dia kurang tahu. Tidak seperti Arsy yang suka sekali mencari tahu latar belakang orang tersebut, semua itu hanya untuk mengantisipasi kejadian yang tidak ia inginkan.
"Kenapa tidak kamu selidiki sendiri? Kamu juga jago meretas, kan. Tidak ada salahnya mencari tahu tentang orang tersebut. Agar kedepannya kita bisa waspada dan kita akan tahu orang itu baik atau tidak?"
"Huft ... aku malas banget yang begituan. Mungkin karena aku tidak tertarik dengan mereka."
Arsy tersenyum, sebenarnya ia sering mengingatkan saudaranya itu. Agar kedepannya bisa lebih berhati-hati jika sudah mengetahui latar belakang orang tersebut.
"Terserahmu lah, jangan sampai setelah kamu tertipu baru mencari tahu."
Arsy pun keluar dari kamar, karena ia sudah selesai mandi dan berganti pakaian lengkap. Naura menghela nafas lalu menyusul Arsy ke ruang tamu.
Makan malam sudah siap, kini mereka sudah berada di meja makan. Fay dengan telaten melayani suami dan anaknya, termasuk Arsy dan Arsa.
Fay tidak membeda-bedakan antara Naufal dan Naura juga Arsa dan Arsy. Fay menganggap jika keduanya adalah anaknya sendiri.
Apalagi keduanya memanggilnya dengan sebutan mama, walaupun di ujungnya dengan sebutan nama.
Aldebaran juga seperti itu, tidak pernah membeda-bedakan mereka. Apalagi mereka seumuran, hanya beda sedikit saja.
"Bagaimana restoran yang kamu kelola?" tanya Aldebaran pada Arsy setelah mereka selesai makan.
"Alhamdulillah Pa, berkembang pesat. Apalagi aku merekrut tiga pelayan tampan dan satu pelayan cantik," jawab Arsy.
Arsa, Naufal dan Naura hanya diam. Mereka tahu yang Arsy maksud adalah mereka bertiga dan satunya adalah Zio.
Aldebaran dan Fay menoleh kepada Arsa, Naufal dan Naura. Mereka bertiga mengangguk serentak. Aldebaran dan Fay pun mengerti.
"Lalu yang satunya?" tanya Aldebaran penasaran.
"Pacarnya Arsy Pa, katanya sih teman. Tapi sepertinya Arsy juga demen," jawab Fay menggoda Arsy. Arsy tidak berani membantah, ia hanya menunduk.
"Apa sudah kamu selidiki orangnya? Baik atau jahat, seharusnya kamu harus lebih waspada sebelum dekat dengannya," tanya Aldebaran. Ia tidak ingin mereka salah pilih teman.
"Dia ketua mafia naga hitam," jawab Arsa.
"Ketua mafia naga hitam? Bukankah itu Zio Ramero cucu dari Kyro Ramero?" tanya Aldebaran.
"Ya, memang dia, bahkan kami sudah tahu saat Arsy diberi liontin oleh kakek itu. Mama yang pertama kali menyelidiki nya," jawab Arsa.
"Kenapa mamamu tidak pernah cerita tentang liontin itu? Boleh papa melihatnya?"
Arsy pun mengeluarkan liontin tersebut lalu menyerahkannya kepada Aldebaran. Aldebaran memperhatikan liontin tersebut dengan seksama.
Benar-benar liontin asli dari klan mafia naga hitam. Aldebaran mengambil komputernya lalu kembali menyelidiki liontin tersebut.
lagi thor