Nilai Penyembuh Dari Antagonis

"Apa kamu sudah benar-benar baik-baik saja?"

Mara memegang lehernya yang sudah diperban dan mengangguk. Lalu dia menatap wajah tanpa ekspresi pria berpakaian dokter yang tidak lain adalah ayahnya—Wilson. Wajah itu terlihat tenang, tapi Mara tahu bahwa ayahnya cukup marah dan sangat khawatir dengan kejadian ini.

Kemarin malam adalah kejadian yang masih bisa dirasakan dengan jelas oleh Mara. Bahkan lengan yang mencekik itu seolah masih menempel di lehernya. Mara merasa menggigil jika terus mengingatnya, ketakutan yang baru pertama kali ia rasakan.

Setelah ia menopang Rahan pingsan, dia segera memanggil ambulans alih-alih polisi karena melihat keadaan Rahan yang cukup parah. Namun, setelah itu dia ikut pingsan karena keadaanya tubuhnya yang lemah, mentalnya pun masih syok dan trauma.

Saat bangun-bangun dia sudah di rumah sakit milik ayahnya. Bahkan Wilson sendiri yang mengobatinya. Lalu sekarang dia pasti akan menghadapi interogasinya. Nyatanya Wilson tidak mengatakan apa-apa dan hanya bertanya apa dia sudah baik-baik saja.

"Mara, Ayah tidak akan bertanya sekarang. Istirahatlah dengan baik."

Melihatnya akan pergi, Mara menahan tangan Wilson. "Ayah ... bagaimana dengan temanku?"

"Dia temanmu?"

Mara mengangguk. Tidak ada sebutan lain untuk hubungan Rahan dengannya bukan? Tidak mungkin dia bertanya bagaimana kabar targetnya.

"Kepalanya mengalami pendarahan pada luar kulit kepala. Karena lukanya besar, kulit kepalanya yang robek perlu dijahit. Untungnya tidak ada geger otak atau cedera serius lainnya. Dia sudah sadar dan pingsan beberapa kali. Lalu saat ini dia sedang tertidur."

Wilson menatap putrinya yang menghela nafas lega setelah mendengar keadaan anak itu.

Betapa terkejutnya Wilson saat mendapat kabar putrinya sendiri hampir mengalami pembunuhan.

Sebelum mengurus masalah ini ke pihak ke pengadilan, dia mengurus luka Mara terlebih dahulu dan anak lelaki itu untuk diobati. Sedangkan pria yang diduga dalang utama cedera keduanya, sadar dengan cepat dengan hanya sedikit luka di bagian samping kepala dan segera di bawa ke kantor polisi.

"Ayah, aku ingin melihat keadaan temanku."

Belakangan ini Wilson merasakan ada perubahan pada Mara. Yang awalnya selalu diam dan bahkan tak pernah berbicara padanya, tiba-tiba bergabung makan bersama dan bahkan mengungkapkan hal tidak adil yang dilakukan ibu dan adik tirinya terhadapnya.

Wajahnya tidak lagi murung dan terkadang sesekali ia melihatnya tersenyum, kepribadiannya pun menjadi lebih hidup. Ia sama sekali tidak tahu faktor apa yang menjadi penyebabnya.

Sampai istrinya mengungkapkan kekhawatirannya karena putri tirinya memberitahukan bahwa Mara mengejar dengan terang-terangan seorang anak lelaki yang dia sukai di sekolahnya. Bahkan sampai tersebar rumor buruk tentang.

Ia awalnya cukup marah dengan masalah ini karena bukannya Mara fokus belajar malah melakukan hal-hal yang tidak penting. Lalu ia berpikir apakah sesuatu yang merubah putrinya menjadi lebih banyak tersenyum dan ceria itu karena ada seseorang yang disukainya?

Berpikir seperti itu, Wilson tidak pernah menegurnya lagi tentang masalah itu. Bagaimana pun dia sangat menyayangi Mara jauh dibandingkan dia menyayangi istri baru dan putri tirinya. Ayah mana yang tidak senang dengan anak yang awalnya murung seolah lelah dengan hidupnya, tapi tiba-tiba kembali ceria dan lebih hidup?

Wilson akhirnya membiarkan meskipun istrinya terus mengungkapkan kekhawatiran tentang masalah ini. Jatuh cinta pasa saat remaja itu normal dan wajar, asal putrinya tidak melewati batas.

Hanya saja, untuk urusan sekarang, di mana putrinya harus terluka karena bergaul dengan anak itu, Wilson tidak terima dan sangat marah. Ia sudah mendengar bahwa anak itu dijauhi semua orang dengan alasan tertentu dan dianggap nakal, bahkan kepribadiannya sangat buruk, Wilson membiarkan selagi melihat putrinya selalu ceria dan baik-baik saja, tapi ia tidak tahu bahwa latar belakang anak itu bahkan lebih buruk.

Ayah anak itu yang selalu melakukan penganiayaan pada putranya sendiri, dan mengapa putrinya tiba-tiba terlibat sampai hampir terbunuh? Bagaimana mungkin Wilson tidak marah dengan ini?

Meskipun saat ini ekspresi putrinya kehilangan senyum, dan pastinya dia sangat trauma, tapi mengapa masih menanyakan keadaan anak itu?

Wilson yang menahan untuk bertanya akhirnya kehilangan ketenangan.

"Mara, apakah anak itu orang yang kamu sukai akhir-akhir ini?"

"... apa?"

"Selama ini Ayah membiarkanmu selagi kamu tidak terluka, tapi keadaan sekarang sudah berbeda. Mulai saat ini, Ayah akan melarang menemuinya lagi baik di sekolah atau di mana pun. Apakah kamu tahu betapa khawatirnya Ayah mendengar kamu hampir terbunuh?"

Mara tertegun dan tidak tahu harus menjawab apa.

"Ayah akan membiarkan anak itu tinggal di rumah sakit sampai sembuh tanpa bayaran apapun, dan Ayah akan mengurus Ayah anak itu di pengadilan. Kamu sangat menyukainya sampai berurusan dengan keluarganya, bukan? Ayah tahu kamu khawatir karena kekerasan yang dia alami, tapi sekarang Ayah tidak akan membiarkan anak itu merasakan hal yang sama lagi karena pasti ayahnya akan di hukum. Apakah ini cukup sehingga kamu tidak akan menemuinya lagi?"

Pikiran Mara masih kacau sehingga apa yang dikatakan Wilson tidak langsung dicerna otaknya.

Melihat Mara terdiam tidak membantah, Wilson menghela nafas dan mengusap kepala putrinya. "Istirahatlah. Ayah harus mengurus sisanya."

Mara menatap punggungnya linglung sampai keluar pintu.

Apa yang orang ini tahu? Mengapa harus melakukan sejauh ini? Dia bukanlah ayah sesungguhnya dan bahkan dia menganggapnya orang asing yang menjadi peran 'ayah' di dunia ini.

Mara tak pernah menganggap serius apapun di dunia ini, entah masalah hidupnya, penilaian orang lain tentangnya, bahkan 'keluarganya', kecuali meningkatkan nilai target sesuai yang diperintahkan sistem karena memang itu tugas utamanya.

Tapi bahkan di bagian hati terdalamnya ia tidak benar-benar menyukai Rahan, dan melakukan segalanya hanya untuk meningkatkan nilai sesuai tugasnya.

Tapi kejadian malam ini benar-benar membuatnya menyadari apa yang terjadi dan hidupnya di dunia ini bukanlah sekedar tugas, atau bahkan bukan ilusi atau mimpi.

Simpati nyata pada seorang tokoh yang katanya peran 'antagonis', rasa sakit nyata yang ia rasakan, ketakutan nyata yang membuatnya gemetar, dan rasa khawatir, lega, haru yang nyata pada Rahan saat ia diselamatkan ditengah lehernya tercekik.

Lalu saat ini, peran ayah pada Wilson serta emosi marah, khawatir itu benar-benar nyata untuknya.

Mara merasa dirinya akan segera tenggelam di dunia ini setelah sadar semua ini bukan hanya sekedar sebuah 'tugas'.

Ia terus melihat ke depan selama ini, namun ternyata ia harus menoleh ke samping untuk menyadari bahwa banyak hal yang harus ia pandang dan sadari keberadaannya.