Jillian Amberly, seorang gadis muda, menginjak usia 18 tahun yang masih duduk dibangku sekolah tidak sengaja melakukan One Night Stand di tempat kerjanya dengan seorang lelaki bernama Alfred Dario Garfield seorang pria Bergelar Dokter spesialis Patologi, ternama disalah satu rumah sakit besar di kota Milan.
Lelaki berprofesi dokter itu, berniat menikahi Jillian sebagai bentuk tanggung jawab atas kekhilafan nya yang tidak disengaja tapi Jillian menolak mentah-mentah seolah mengatakan dirinya tidak akan hamil hanya karena bercinta satu malam.
Tapi! semua itu hanyalah angan dan mimpi dalam tidur Jillian nyatanya saat ini ia memegang teshpeck yang menunjukkan garis dua, tangan Jillian bergetar air matanya sudah tidak dibendung lagi.
Bagaimana ia harus memberitahu kebenaran ini pada keluarganya? keluarganya saja tidak memperdulikan nya. Lalu pria yang bercinta dengan nya bagaimana? apa dia percaya dengan Jillian?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon adelita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 4
KE ESOK KAN HARINYA.
Jillian merapikan tampilan nya dalam balutan kaos longgar dan celana Levis ketat, sebenarnya perut perempuan itu merasa tidak nyaman karena terhimpit celana jeans yang ketat dibagian pinggangnya.
Mau bagaimana lagi, ingin membeli baju ia cukup sayang dengan uangnya karena dirasa tubuhnya tidak akan membesar saat itu membuatnya enggan beli pakaian baru dan sekarang ia menyesalinya.
" Huh! sabar ya anak Mommy, jangan buat Mommy sakit ya. hari ini Mommy mau kerja dulu buat cari duit. " ucap Jillian mengusap perutnya yang mulai sesak sampai dia harus memakai korset menutupi perut buncitnya.
Jillian keluar kamar dan menuruni anak tangga tanpa menoleh kanan dan kiri Jillian meneruskan langkahnya tukang gojek yang dipesan nya sudah menunggu didepan rumah.
" Mau kemana Lo? " tanya Kakak tiri perempuan Jillian.
" Mau keluar kenapa? " tanya Jillian tampak acuh.
" Mau kerja lagi? ini hari minggu? " tanya Chloe menghampiri adik tirinya.
Chloe Kayona, Kakak tiri Jillian. sifat dan kelakuan Chloe bertolak belakang dengan Eleanor, Chloe begitu baik, penyayang dan sabar menanggapi sikapnya hanya saja Chloe tidak berani melawan ucapan Eleanor ia takut menjadi seorang anak durhaka kalau ketahuan menolong Jillian dan membelanya.
Walaupun begitu, Jillian tidak menyalahkan Chloe karena ia tahu bagaimana mengerikan jika nenek sihir itu berbuat ulah kalau bisa seluruh isi bumi di hancur lebur kalau Eleanor mengamuk.
" Namanya pekerja restoran gak ada kata tanggal merah Kak, aku pergi dulu. " ucap Jillian menyalami Chloe.
" MAU KEMANA KAMU. " suara yang menggelegar yang menyadarkan keduanya.
" Mau keluar, aku pergi dulu Tante. " ucap Jillian tanpa mau menyalami wania tua itu yang melangkah menghampiri nya didepan pintu keluar.
" Mau jadi cewek murahan kamu? apa gak puas setiap malam mengangkang? pagi ini juga mau mengangkang lagi? curiga client kamu laki-laki beristri. " decih Eleanor menatap jijik.
" Mama!!! " seru Chloe marah tidak senang.
" Kamu diam saja!!! lebih baik kamu masuk sana ke kamar kamu! " bentak Eleanor pada Chloe.
" Mama aku sudah besar! tidak seharusnya Mama bersikap seperti itu pada Jillian! " ucap Chloe membela.
" Kamu lebih membela wanita jalang ini dari pada Mama? " ucap Eleanor melotot kan matanya.
" Tap- "
" Cukup! aku mau keluar dulu, terserah tante mau bilang aku seperti apa! aku tidak perduli. " ucap Jillian melerai keduanya.
BLAM...
Chloe menatap sendu kepergian Jillian, pasti hati wanita itu sakit atau sudah mati rasa setiap hari mendengarkan ucapan menohok dari Eleanor.
" Kenapa kau jadi menatapnya iba? dia bukan saudara kandung kamu! jadi, jangan pernah kau membelanya atau semua hak warismu Mama cabut! " ancam Eleanor melangkah pergi.
" Mau sampai kapan Mama akan seperti ini? " tanya Chloe.
" Aku sudah besar Ma, umurku sudah 25 tahun! Mama tidak berhak mengatur dan mengontrol setiap yang ku lakukan! " sambung Chloe.
" Termasuk membela anak sialan itu! kau tidak ingat bagaimana ibunya dulu merebut Papa mu Chloe!!!! " bentak Eleanor mengguncang tubuh anaknya itu.
Hikss...
Hiks...
Hikks..
" Tapi, bukan seperti ini caranya Mama balas dendam! Jilli hanya anak yang tidak tahu menahu mengenai masalah kehidupan orang tua nya, dia hanya anak yang tidak berdosa yang dilahirkan ke dunia ini! " balas Chloe mengusap air matanya.
" CUKUP! MAMA TIDAK INGIN BERDEBAT DENGAN KAMU! " bentak Eleanor meninggalkan Chloe disana.
...✿ ✿ ✿ ✿...
Di sebuah cafe kekinian, lumayan begitu ramai pengunjung. seorang perempuan yang memakai seragam atasan dengan apron yang sama tampak sibuk dan kewalahan melayani para pengunjung anak muda dan kalangan remaja.
" JILLIAN! PERGI KE NOMOR 05 YA! JANGAN LUPA BAWA MAKANANNYA! " teriak teman Jillian memberitahu.
" OKE BAIK! " balas Jillian keluar dari dalam dapur membawa satu set makanan dalam nampan besar.
TRING...
Pintu Cafe terbuka seorang pria baru saja masuk dengan setelan santai nya, pandangan nya memperhatikan area sekitar tapi tidak menemukan objek yang dicarinya.
" Selamat datang, mau pesan apa Pak. " tanya seorang wanita di depan kasir.
" Pesan Capuccino 1 dan ice Cream strawberry 2 ya. " ucap Dario.
" Apa ada yang mau ditambahkan lagi? " tanya nya.
" Tidak ada, em apa ada yang reservasi atas nama Jillian? " tanya Dario.
" Jillian? tidak ada Pak, maksud bapak Jillian Amberly gitu? " tanya karyawan wanita itu.
" Iya, saya ada temu janji dengan nya. " ucap Dario.
" Oh, itu dia anaknya Pak. " tunjuk wanita itu arah pandang Dario mengikuti.
Dilihatnya Jillian memakai seragam seperti karyawan dihadapannya sedang melayani para pengunjung.
" Jadi dia bekerja. " batin Dario.
" Sebentar saya panggilkan. " ucap perempuan itu.
" Tidak usah, saya yang akan kesana. " ucap Dario.
" Baiklah Pak, pesanan nya akan segera tiba nomor meja 10 ya Pak terimakasih. " Ucap perempuan itu.
" Ya,sama -sama. nanti suruh Jillian temuin saya di meja nomor 10 ya. " jawab Dario.
" Baik Pak. " balas Jillian.
Jillian tampak sibuk melayani para pengunjung, sampai ia melupakan janji nya dengan Dario yang sejak tadi memperhatikan setiap kegiatan yang dilakukan JIllian yang tampak lues kesana kemari sangat gesit.
Pandangan Dario tertuju pada celana jeans yang dikenakan Jillian terlihat beberapa kali raut wajah itu tampak menahan sakit.
" Ck, kenapa dia pakai Jeans! sudah tahu hamil sukanya cari resiko. " dumel Dario dalam hati.
" Jillian, antar pesanan ke nomor 10. " ucap Gilbert memberitahu.
" Oke, berikan padaku. " ucap Jillian menerimanya.
" Habis ini kau istirahat saja, ada seseorang yang ingin bertemu denganmu. " ucap Gilbert.
" Siapa? aku tidak ada janjian dengan siapapun. " pikir Jillian.
" Ck, kau seperti nenek Rose saja pikun nya. " ucap Gilbert berdecak kesal.
" Pria, atas nama Dario kalau gak salah kata Misya tadi. " ucap Gilbert mengingat lagi.
" Dario? ah iya, aku ingat. " ucap Jillian segera pergi.
Jillian pergi keluar dapur mengantar pesanan di meja nomor 10, ternyata Dario yang berada untungnya keadaan Cafe sudah mulai berkurang para pengunjungnya.
" Maaf Om, aku baru ingat sekarang. " ucap Jillian meletakan nampan dihadapan pria itu yang bersedekap dada menatapnya datar.
" Saya juga baru disini, tidak masalah." Jawab Dario.
" Langsung saja Om, jadi bagimana? " tanya Jillian memelankan suaranya.
" Kau tidak bekerja? " tanya Dario basa-basi.
" Ah, ini jam istirahat jadi tidak masalah. " jawab Jillian.
" Kenapa pakai Jeans. " tanya Dario.
" Hah? "
" Kenapa kamu pakai celana Jeans, lagi hamil gak boleh pakai celana pinggang yang ketat. " ucap Dario.
" Oh, gak ketat kok. " jawab Jillian nyengir pelan.
" Bohong! saya lihat kamu kesakitan! kamu ingin membunuh bayinya! " tuding Dario.
" Sembarangan kalau ngomong ya! " kesal Jillian mendelik tajam.
" Kenapa pakai celana ketat? kamu bisa pakai yang lain selain itu! " balas Dario.
" Y-ya, celana ku Jeans semua! " jawab Jillian.
" Kenapa kau tidak membelinya? kau tidak diberitahu dokter? kalau keseringan memakai celana ketat membuat perutmu tertekan mengakibat keguguran fatal kau ingin mati cepat! " ucap Dario.
" Ya, jangan doakan aku matilah Om ! " dengus Jillian.
" Seandainya, aku banyak uang aku akan membeli baju banyak! " sambung Jillian.